Bagian 21

1.8K 48 2
                                    

Happy reading

Bel berkumandang lima menit yang lalu. Normal orang akan segera berlom-lomba agar cepat sampai dikantin, karena perut yang sudah meraik-raik minta diisi membuat nafsu makan terus meningkat, itu yang dilakukan Ratu, Yora dan Ana sekarang. Ketiganya tengah menyantap makanan masing-masing, melahapnya dengan santai.

"Semalam gue diajak kumpul bareng sama teman-teman bangke." Ujar Ratu seraya menyesap minumannya.

"Di jadiin pacar pura-pura lagi?" tanya Ana dengan sedikit tertawa pelan, ia sudah hapal dengan gelagat Kevan. Ratu mengangguk menyetujui.

"Biasalah,"

"Dia benar-benar frustasi gak di bolehin pacaran sama Om Rama dan Tante Kinan sampai adik sendiri dijadiin korban," kelakar Yora menggelengkan kepalanya. Ini bukan pertama kalinya Ratu diajak seperti ini oleh Kevan.

"Di kasih jaminan apa lagi?" tanya Ana sembari tersenyum penuh arti.

"Apapun yang gue minta dikasih!" jawab Ratu bersemangat. Merasa bangga dengan dirinya karena bisa memanfaatkan Kevan.

*****

Raja menatap hampa kearah depan. Sedangkan 2R sedang berebut cireng, padahal bisa pesan lagi kenapa juga harus berebut, mereka akan mendapatkan pelayanan cepat tidak seperti yang lainya yang harus mengantri terlebih dahulu. Randi tetaplah Randi, pria itu yang memulai merecoki Rafael yang sedang makan cireng dengan tenang.

Rafael menyikut pelan lengan Randi yang sedang memakan cireng hasil rebutan. Randi membalas dengan isyarat mata tanpa mengeluarkan suara, mata Rafael bergerak kearah Raja.

"Ngomong kali Ja, kalo kesurupan gimana, gue gak mau ya capek-capek lari buat manggil guru." Seru Randi seraya mengambil minumannya dan menyesapnya.

"Yang nyuruh lo manggil guru siapa juga, setan yang takut sama gue," sinis Raja menatap Randi.

"Iya juga, dia kan gak kalah seramnya." ujar Randi pelan, membenarkan ucapan Raja barusan.

"Kenapa?" timpal Rafael.

"Gak," cuek Raja.

"Kenapa sih lo banyak utang? Enggak deh kayanya mana mungkin orang sekaya dia punya utang," ujar Randi dengan nada menurun diakhir kalimat. Rafael menatap Randi miris, manusia macam apa yang menjelma ditubuh temanya ini, bertanya dan di jawab dengan sendirinya, ia jadi ngeri.

"Mau disimpan sendiri aja? Kita teman kan?" tanya Rafael sembari menatap Raja, pria itu mengalihkan pandangannya.

"Gue gak ada niat buat ngeluarin kata-kata panjang, malas." Balas pria dingin itu lalu berdiri, keluar dari area kantin meninggalkan Rafael dan Randi.

"Gue benar-benar perduli Ja, bukan cuman pengen tahu doang," pelan Rafael dengan mata terus menatap punggung tegak Raja.

"Lo mau beli tahu? Nitip dong!" celetuk Randi tiba-tiba. Rafael mendesis pelan melihat melakukan Randi, bisa-bisanya ia kuat berteman lama dengan pria gila ini, kenapa ia ditakdirkan berteman bersama pria sarap ini.

*****

Sudah setengah jam Ratu berdiri di depan gerbang, jemputanya tidak datang-datang. Dirinya sudah lelah menunggu dengan disini sendirian, Ana dan Yora sudah duluan pulang.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Ratu mengambilnya dengan gerakan pelan seraya mata yang tidak lepas dari jalan, Ratu menempelkan ponselnya dan sambungan terhubung.

"Hallo Pak,"

"Hallo Non"

"Lagi di mana Pak?"

 DOUBLE R [COMPLETED]Where stories live. Discover now