Bagian 22

1.8K 45 2
                                    

Happy reading!

Pradipta June Evando. Wajahnya tidak ada soft-soft nya, sangar tetapi cukup banyak di idam-idamkan oleh kaum hawa. Pentolan sekolah dari sekolah SMA Bima, ketua pentolan dari anak-anak nakal yang tidak bisa diam.

Bersekolah di SMA Bima, biasa di panggil Dipta di kalangan teman-teman sekolahnya, di sekolah Dipta cukup populer, tentu karena ia pentolan sekolah. Siapa yang tidak mengenal pria ini di SMA Bima, laki-laki yang setiap harinya selalu membuat rusuh. tapi sayangnya Dipta mempunyai sifat yang kurang enak di pandang, yaitu dia terkenal juga dengan sebutan playboy, laki-laki ini sering gonta-ganti cewek.

Siswi di sekolahannya berlomba-lomba mengbil perhatian Dipta, meskipun sudah tau sifatnya yang seperti itu tetapi tidak untuk menyurutkan semangat para kaum hawa untuk mendapatkan hati Dipta, dan mereka juga tau, dan sangat hafal dengan konsekuensinya untuk mendapatkan hati Dipta. Sakit hati.

Malam ini pukul 19.50 Dipta dan teman-teman satu geng nya berkumpul di salah satu cafe. Berniat hanya untuk nongkrong biasa. Dirinya kini tengah di jalan menuju cafe yang di janjikan oleh teman-temannya tadi di grup.

Beberapa menit berlalu kini Dipta sudah berada di parkiran cafe, kakinya melangkah masuk, saat sudah di depan pintu masuk cafe matanya menelusuri dimana teman-temannya duduk untuk berkumpul.

Matanya berhenti di meja yang terletak di tengah-tengah cafe. Ilham, temanya menyadari dirinya yang sudah sampai, pria itu melambaikan tangan dan menyuruh Dipta untuk segera menghampiri.

"Lama amat kaya prawan aja lo," ledek Fais, temannya.

"Jakarta, biasalah,"

"Dikit amat yang dateng," ucap Dipta seraya memandang semua teman-temannya.

"Banyak alesan yang lain." Balas Raka seraya menyesap minumannya.

Posisi duduk Dipta yaitu memandang ke tiga temannya dan berhadapan langsung dengan kaca belakang cafe. Saat matanya tengah menelusuri setiap sudut cafe berniat mencari waiters tapi bukanya waiters yang ia dapat melainkan perempuan yang wajahnya cukup tak asing baginya.

Otaknya tengah mengingat-ingat wajah perempuan tadi. Wajah itu sangat familiar sekali, tetapi ia lupa akan nama gadis itu yang pernah menyebutkannya.

Ratu! batin Dipta mengingat nama gadis itu.

Tapi sedang apa ia berada disini? Okeh mungkin kalau pertanyaan ini tak usah di jawab. Semua orang pergi ke cafe kalau bukan untuk makan ya untuk bertemu dengan teman.

Tapi dengan siapa gadis itu kesini, dan siapa mereka yang makan di meja yang sama dengan Ratu. Wajahnya seperti bukan anak SMA lagi, wajahnya cukup dewasa untuk ukuran anak SMA, kecuali laki-laki yang berada di sebelah Ratu yang sepertinya seperti wajah anak SMA.

"Liatin apa sih Dip?" Yuki menepuk bahu Dipta dengan tiba-tiba, Dipta di buat kaget oleh tepukan tiba-tiba barusan, menyadarkan dirinya dan mendapati tangan Yuki yang berada di pundaknya.

"Enggak," Dipta langsung mengalihkan pandangannya ke lain arah dan segera mencari waiters cafe ini.

Saat dirinya sudah menemukan waiters nya, ia pun segera memesan makanan. Saat teman-temannya tengah sibuk dengan makanan dan handphone masing-masing, matanya kembali melirik ke meja Ratu yang tengah asik bersama teman-temannya.

Waiters datang mengantarkan makanan yang ia pesan. Segera Dipta menyantap makanannya dan menyudahi pandanganya ke arah meja Ratu, itu tidak mendapatkan jawaban malah membuat radar ingin tahunya bertambah saja.

Sepuluh menit berlalu, makanannya sudah habis. Matanya kembali tertuju di meja pojok cafe dekat jendela, mengamati kembali meja Ratu dan teman-temannya.

 DOUBLE R [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang