Bagian 17

1.7K 52 0
                                    

PS: jangan jadi pembaca gelap

Seorang lelaki berperawakan tinggi tengah berbaring di ranjangnya dengan posisi tengkurap, dagunya ia tumpukan dengan bantal dan sang tangan tengah lincah menari di atas keyboard dan memasang wajah kesal.

Aplikasi Line nya tengah ramai bak pasar ayam, bukan personal melainkan grup chat bersama teman-teman kuliahnya. Dan sekaligus di buat kesal oleh orang yang tercantum di dalam grup.

Teman-temannya tengah merencanakan untuk berkumpul-kumpul, dengan niatan membawa pasangan masing-masing. Hal ini pun sudah Kevan simpulkan bahwa dirinya tengah di permainkan oleh teman-temannya, mereka tau ia tidak punya pasangan.

Kevan tak mau kalah dirinya membuktikan dengan mengatakan akan datang dengan pasanganya.

Dalam diri Kevan pernah ada niat untuk mencari pasangan, tetapi balik lagi mengingat ia dilarangan keras berpacaran hingga tamat kuliah. Ia tau ini semua untuk kebaikan ia menempuh pendidikan, tetapi laki-laki seumurannya memang sedang gila akan asrama, dan Kevan harus membuang rasa ingin itu karena keluarganya.

Dirinya tengah mencari mangsa untuk dijadikan pacar pura-pura nya. Berganti posisi, yang tadi tengkurap kini menjadi terlentang, matanya fokus menatap langit-langit kamarnya, pikiranya melayang-layang entah kemana.

Tubuhnya bangun secara reflek, akhirnya setelah berkelana hingga tak terjangkau. Kini ia menemukan siapa yang akan menemaninya berkumpul dengan teman-temannya.

"Bella," gumamnya dengan senyuman lebar.

"Kenapa gak kepikiran sama tuh anak!" monolognya.

"Tapi Bunda ngijinin gak ya gue bawa tu anak," senyuman lebarnya perlahan menghilang dan harus menerima kenyataan. Ratu yang sangat susah jika diajak keluar karena Bunda dan Ayah.

Dirinya harus bisa menyakinkan Kinan, dirinya harus berpikir keras bagaimana cara untuk mendapatkan izin dan harus merencanakan alasan yang benar-benar menyakinkan.

"Gimana pun caranya gue harus bisa!" Yakin Kevan bersungguh-sungguh.

"Kena lo semua sama wajah Bella." senyumnya kembali terbit.

"Terlalu meremehkan gue sih!" Kevan tersenyum bangga.

"Gue harus nyusun alesan yang benar-benar ampuh buat Bunda bisa ijinin gue bawa Bella pergi,"otaknya kini berpikir lebih keras, mungkin lebih susah menyelesaikan ini dari pada soal pelajaran di kampusnya.

Tubuhnya ia baringkan lagi. Matanya kembali menatap langit-langit kamar, perlahan ia pejamkan.

****
19.43

Kevan bangun dari ranjang. Kepalanya ia arahkan ke jam dinding kamarnya, dirinya berfikir cukup lama sampai-sampai mencakup satu jam setengah. Hanya mencari alasan agar bisa membawa Ratu keluar susahnya minta ampun.

"Oke alasan sudah ditemukan, mari berpindah membujuk anak manja agar mau diajak keluar." Kakinya mulai melangkah, berjalan dan berhenti tepat dihadapan kamar adiknya.

Dengan tidak sabaranya Kevan menerobos masuk tanpa mengetok terlebih dahulu, perlahan ia membuka pintu berwarna pink itu dan menjembulkan setengah kepalanya. Mendapati Ratu yang sedang duduk diranjang dengan ponsel ditangannya.

****

Urusan dengan sang adik telah usai, dan sudah bisa ditebak menjawabnya pun pasti akan berbelit-belit. Ini baru sang adik belum Bundanya, semoga saja rencananya tersusun lancar.

Kevan kembali ke kamarnya, mengganti pakaian dengan buru-buru . Ia juga harus menyiapkan mentalnya untuk sesi tanya jawab berikutnya, semoga saja hanya ada Kinan tidak dengan Rama. Jika ada Rama maka akan menggagalkan semuanya.

 DOUBLE R [COMPLETED]Where stories live. Discover now