Bagian 24

1.8K 47 0
                                    

"Lucu. Bukan punya mu tapi cemburu."


PS:, jangan jadi pembaca gelap

Di lain tempat, tepat nya di kediaman Ratu. Makan malam tengah berlangsung, yang biasanya keadaan hangat sekarang tergantikan menegang, rasanya aura di meja makan sangat panas. Rama yang memang jarang sekali berbicara dan Kevan yang tidak tau kenapa ikut bungkam seperti yang lainya, Ratu tidak suka suasana malam ini, sangat mencekam. Ratu ikut tidak membuka suara, sedar dari tadi Kinan juga sama ikut diam. Ratu jadi takut sendirian dengan keadaanya saat ini.

"Maaf, Bella tau kalo salah. Jangan diam Bella mohon," pinta Ratu dengan nada memohon. Tidak ada yang berubah, bahkan Rama dan Kinan bertambah bisu, seolah-olah ucapan Ratu hanya angin lalu yang tidak penting untuk dijawab.

"Makan, jangan bicara tidak sopan." tegur Rama tanpa menatap Ratu.

Semuanya membisu kembali, hawa di meja makan sangat berbeda kali ini, semua ke hangatkan yang biasa tercipta hilang begitu saja. Tanpa mau mendengarkan alasannya, keduanya diam seperti tidak terjadi sesuatu tetapi dengan sikap yang berbeda, demi apapun Ratu lebih baik dimarahi habis-habisan dari pada mendiamkannya seperti ini.

"Bella selesai mau kekamar ngerjain pr." Hening. Tidak ada yang menyahut, bahkan Kevan saja tidak berani mengeluarkan suaranya, Ratu menghela nafas pelan, berdiri dari kursinya berniat pergi.

"Selamat malam." Ucap Ratu.

Ratu menaiki tangga dengan langkah gontai, tidak ada energi dalam dirinya hanya untuk berjalan saja.

Tidak perlu ada yang disalahkan seharusnya, semuanya memang konflik duniawi. Konsep alam yang memang seharusnya terjadi, bukan akal-akalan Ratu sembarang yang sangat Ratu hafal akan menimbulkan masalah.

Ratu sampai di kamarnya. Berjalan menuju ke meja belajarnya dan mengeluarkan buku pr nya, mulai mencoret-coret buku pr nya.

Jika kalau boleh jujur, dirinya sangat kesal dengan keadaan dimana dirinya hanya diantar oleh Raja, bukan dengan orang yang Ratu tidak kenal, mereka memang tidak akrab, tetapi ia dan Raja tidak asing. Seharusnya Rama dan Kinan tidak bereaksi berlebihan.

Dirinya harus sabar menghadapi sikap keluarganya yang sangat over protektif denganya. Kadang-kadang dirinya berandai-andai ingin seperti teman-temanya yang bebas kemana saja, tidak seperti dirinya yang setiap pulang sekolah harus cepat-cepat pulang kerumah. Kadang jika dirinya sangat ingin sekali keluar bersama teman-temannya, Ratu harus rela berbohong kepada Rama dan Kinan, itu memang tidak baik, tapi memang ada remaja normal lainya yang ingin seperti Ratu?

Secara pandangan teman-temannya, Ratu adalah gadis yang beruntung memiliki lingkungan hidup yang selalu mengabulkan keinginannya, iya Ratu menyetujui itu. Tetapi tidak kenyataan, kenyataan bahwa dirinya seperti boneka yang sedang main peran, bedanya Ratu bermain peran di dunia nyata, dan yang mengendalikan dirinya bukan Tuhan melainkan keluarganya sendiri.

Ego berteriak menyuruhnya berontak dan mengajukan tidak setuju dengan semua ini, tetapi hati memohon jangan. Lantas ia harus bagaimana? Ikuti terus alur drama menyedihkan ini?

"Bella." Di barengi ketukan pintu dan suara yang memanggilnya dari luar.

Ratu tak langsung menjawab, kembali menghela nafas cukup panjang. Sudah Ratu pastikan semuanya tidak baik-baik saja. Ayolah, dirinya tadi membutuhkan bantuan, seharusnya menerima bukan menolak akan fakta Ratu yang tidak sungguh-sungguh minta diantar oleh laki-laki.

"Di panggil Bunda dan Ayah," ujar Kevan saat Ratu membuka pintunya.

"Ada apa?" Kevan menggeleng, mengedikan bahunya tidak tahu.

 DOUBLE R [COMPLETED]Место, где живут истории. Откройте их для себя