(21D) IF

4.9K 375 33
                                    

****

Aku gelisah berat. Sumpah. Aku tidak bisa tidur semalaman. Satu pertanyaan sederhana dari David benar-benar berhasil mempropoganda hidupku. Alhasil, aku sudah berdiri di depan mesin kopi untuk menyeduh kopi. Berkali kali aku menepuk kepalaku sambil mencubit lenganku dengan keras. God! Aku sama sekali tidak ingin disebut pelakor. I need to do anything to get rid this feelings!

David telah berada di ruangannya begitu aku tiba. Tak sengaja kedua pasang mata kami beradu ketika aku mengintip ke arahnya. Shit! Aku langsung memalingkan wajahku sambil pura-pura menyibukkan diriku. Jantungku berdebar kencang dan pipiku memanas. Oh Jane! Inhale Exhale…! Keep calm!

Telepon di mejaku tiba-tiba berdering. Firasatku memburuk. Telepon kantor di mejaku tidak pernah berdering sepagi ini. Tak sadar aku melirik ke dalam ruangan David and gotchaaa. Laki-laki itu sedang melihatku dengan telepon di telinga kanannya. Shit! Sudah kuduga. Hariku tidak akan pernah berjalan seperti yang kuinginkan. Aku mengigit bibirku ragu sementara sambil melirik lift. Oh please. Please. Kenapa Jessica tidak muncul muncul? Padahal waktu hampir menunjukkan pukul Sembilan pagi

Akhirnya aku tidak punya pilihan lain selain mengangkat telepon tersebut pada last minute

“Kenapa lama angkatnya? Are you going to avoid me?”

Deg. David langsung meluncurkan pertanyaan tersebut tanpa menyapaku. Aku meremas tanganku gelisah tanpa berani menoleh kearahnya. Aku tidak berani membayangkan bagaimana tatapannya yang terasa mencabik-cabik relung hatiku. Kutarik satu napas pelan sebelum menjawab,“Saya tadi sedang mencari….,”

“Saya mengawasimu dari tadi,Jane. Are you going to lying again?” Tanya David

WHAT! Sejak kapan aku pernah membohonginya? Well. Yesterday was an exception. Bukankah David lah orang yang selalu berbohong padaku?

“Apakah ada yang bisa saya bantu,Pak David?”

kuputuskan untuk memberi jarak yang kentara diantara kami. Aku mendengar David mendengus dari ujung telepon. Syukurlah aku tidak melihatnya langsung kali ini

“Kenapa kamu nggak balas pesan saya semalam?” Tanya David

Oh?

Aku menelan ludahku dengan pelan sambil menjawab dengan hati-hati agar tidak terdengar curiga,“Saya sudah tidur,”

Then?

Then… saya rasa itu bukan keharusan saya membalasnya. As you told me. Both of us should be professional,

Tidak ada jawaban selama itu dan aku tidak tahu apakah aku harus berbangga hati karena berhasil skak mat David. Kuharap jawabanku bisa melukainya meski hanya 0.000001%. Well. That’s all only exists in my dreams

As you are growing older, kamu semakin pandai berbicara sarkastik,”

Is that a praise?”

“Yeah. Ofcourse,”

“Then I should thank you,”

“Jessica tidak datang hari ini. Please be well prepared,

David memutuskan panggilan itu tanpa menunggu jawabanku. Aku mendengus kesal. What? Jessica tidak datang LAGI?!

Oh welcome to the hell~~~

***

Seperti yang telah kubayangan, David memintaku melakukan hal yang bahkan tidak dilakukan Jessica. Laki-laki itu memintaku membuatkannya kopi hingga harus melewatkan makan siangku karena deadline yang David berikan padaku.
Perutku berbunyi lapar namun aku bahkan tidak punya cukup waktu hanya untuk memesan makanan dari aplikasi online. Oh! Hidupku yang malang. Kulirik jam dinding yang menunjukkan tepat pukul dua siang.

Aku setengah berlari menuju ruangan David. Shit! Aroma makanan membuatku semakin lapar
Aku memutar keras otakku. Sejak kapan David memesan makanan? Oh. Apakah aku terlalu sibuk tadi hingga tidak memperhatikannya?

“Ini dokumen yang Pak David mau,” tukasku sambil meletakannya di meja David

David meliriknya sekilas sebelum kembali fokus ke komputernya. Huh. Dasar laki-laki tidak berperasaan. Laki-laki itu tidak menginstruksikan aku melakukan apapun namun juga tidak memintaku untuk keluar dari ruangannya. Kuputuskan untuk berdeham pelan lalu bertanya,“apakah ada yang ingin disampaikan,Pak David?”

David tidak menjawabku. Laki-laki itu sibuk mengetik dan meng-klik sesuatu di komputernya. Dua menit. Selama itu aku menunggu sebelum dia menekan enter dan bangkit dari kursinya

“Kamu belum makan bukan?” Tanya David tiba-tiba mengejutkanku

Laki-laki itu sepertinya menangkap arti kebinggunganku. Dia menunjuk meja tamu di ruangannya yang terletak makanan yang super wangi itu.

“Mama membawa terlalu banyak makanan untuk saya. So. Let’s share it together,” lanjut David sambil menarik kursi untukku. Laki-laki itu tidak tersenyum namun entah mengapa hal itu tetap membuat jantungku berdebar.

Sumpah. David tidak pernah memperlakukanku seperti itu sebelumnya. Dia tidak pernah menarik kursi untukku atau bahkan memintaku agar makan bersamanya apalagi itu adalah masakan mamanya sendiri
Oh God! Should I be happy or sad?

Aku hampir tergerak menerima permintaan sederhana itu. Hatiku menjerit-jerit. Namun logikaku berteriak lebih keras. Apa yang akan dikatakan orang lain jika melihat kami berdua makan bersama? Bahkan aku tidak pernah melihat Jessica makan berdua bersama David di dalam ruang kerja. Well. Im not going to say that Im special if it looks like that. Aku hanya akan terlihat murahan

Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran David namun sikapnya yang tiba-tiba berubah menjadi lebih ‘lembut dan baik’ hari ini membuatku curiga, takut, marah, kesal dan sedih. Bagaimanapun aku hanya bekas sex partner nya yang tidak berarti sama sekali. Selain itu, kita tidak harusnya saling berbagi makanan bukan?

Aku menggelengkan kepalaku setelah berpikir keras

“Maaf. Saya sudah pesan makanan tadi. Enjoy it by yourself,” tukasku

David menghentikan langkahku dengan suaranya ketika aku hampir melewatinya

I watched you from here,non. Kamu bahkan tidak pegang handphone sama sekali dari tadi,” tukas David terdengar sedikit errrr kesal?

Aku sedikit terkejut. David memperhatikanku LAGI? Mengapa aku tidak sadar? Ah. Pasti gara-gara deadline tadi. Huh!

Kutarik satu napas sebelum menjawab,“Sorry. Pak David better makan sendiri. I have no intention to eat with my boss,”

David tidak menjawabku. Bagus. Aku berhasil menunjukkan keprofesionalitas diantara kami lagi. Kugunakan kesempatan itu meninggalkan ruangan David. Aku tidak langsung kembali ke tempatku melainkan ke kantin kantor. Rupanya semua makanan berat sudah habis setelah aku tiba di kantin kantor
Aku tidak punya pilihan lain selain menjatuhkan pilihanku pada satu satunya gorengan yang tersisa dengan minuman bersoda.

Hufft… tidak dapat kupungkiri, aku merasa lebih aman dan nyaman meski aku hanya dapat menikmati satu satunya gorengan yang dipadukan dengan minuman bersoda sebagai makan siangku daripada makanan sehat yang sangat lezat. Well.. life is a choice and I need to be wiser

***









You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now