(19B) STARLIGHT

4.3K 622 96
                                    

AKu bukanlah seseorang yang dapat merubah racun menjadi madu karena aku sadar kisah kira adalah hal tabu yang jauh dari kata restu." - unknown

***

Sekujur tubuhku merinding begitu pesawat landing di Ngurah Rai International Airport. Gadis batinku berteriak 'God! I'm in Indonesia after fourteen years!'. Perasaan bahagia dan haru menguasai perasaanku tetapi aku mencoba menutupi perasaanku di dekat Dama. Dama menghabiskan waktu belasan jam dengan tidur, menonton dan memainkan ponselnya. Dia bahkan tidak menghabiskan satu detik pun hanya untuk melihatku sementara aku hampir mati kebosanan di dalam pesawat. Aku tidak memiliki teman bicara.

Kami sedang menunggu jemputan saat aku tiba-tiba penasaran sampai berapa lamakah kami akan berada di Bali? Aku berniat menanyakannya setelah Dama mengakhiri panggilannya. Hem. Dia bahkan masih saja sibuk saat 'liburan'. Aku memalingkan wajahku sambil memeluk tubuhku sendiri.

Dama tidak memanggilku ketika mobil kami telah tiba. Dia masuk ke dalam mobil tanpa memberitahuku. Beruntung aku menyadarinya tidak lama kemudian. Suasana di dalam mobil benar-benar awkward. Aku mencoba peruntunganku dengan menyuarakan rasa penasaranku

"Berapa lama kita akan berada di sini?" tanyaku

"Satu minggu," jawab Dama singkat

Aku mengangguk mengerti. Dama langsung memalingkan wajahnya setelah itu seolah dia tidak ingin terlibat pembicaraan lagi denganku. Huh. Aku ikut memalingkan wajahku sambil memandang ke luar jendela mobil. Satu minggu? Apa saja yang bisa kami lakukan selama itu? Dama tidak mungkin repot-repot mau mengajakku berjalan-jalan bukan?

"Persiapkan dirimu. Aku akan kembali agak sore nanti," tukas Dama begitu kami meletakkan tas kami di kamar hotel

"Kamu mau ke mana?" tanyaku refleks

Dama terlihat tidak menyukai pertanyaanku. Dia tidak menjawab seperti biasa dan meninggalkanku seorang diri di dalam kamar. Sikap dinginnya membuatku marah dan juga sedih. Aku tidak punya pilihan lain selain menonton siaran televisi. Tiga jam sudah berlalu. Aku benar-benar bosan. Kulirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul dua sore. Kuputuskan untuk mengelilingi hotel daripada terkurung di kamar.

Permandangan hotel tidak melebihi waktu dua jam untuk kukagumi. Setelah itu aku kembali merasa hampa. Apakah aku bisa jalan-jalan ke luar hotel? Tetapi aku bahkan tidak punya uang untuk itu. Sial. Seharusnya aku membawa kartu atm ku bersamaku saat menikah dulu. Alhasil aku tidak punya apa-apa sekarang. Apakah papa dan mama puas?! Aku berteriak dalam hati sambil mengusap pipiku dengan frustasi

Secercah ide terlintas ketika aku melewati kolam renang. Kuangkat kepalaku melihat langit yang belum sepenuhnya gelap. Apakah aku masih sempat berenang? Hum. Kuurangkan niatku dengan keras sebelum kembali ke kamar. Dama belum kembali seperti dugaanku. Aku terlalu lelah untuk memikirkan kemungkinan Dama berada.

Kurendam diriku di bathtub sambil memejamkan kedua mataku. Pemikiran 'malam pertama' tiba-tiba mengusikku dengan luar biasa. Dama... akan melakukan seks denganku malam ini. Oh! Dewi batinku bergetar hebat. Wanita seusiaku tentu tidak lagi asing dengan 'seks' (meski aku sendiri belum pernah melakukannya) tetapi aku tidak pernah menduga akan melakukannya bersama Dama yang notabane merupakan suamiku.

Bagaimana kalau aku hamil? Bagaimana Dama akan memperlakukan anak kami? Apakah Dama akan mencintainya? Ataukah dia akan membuangku setelah aku melahirkan satu, dua atau tiga orang anak?

KALEIDOSCOPICKde žijí příběhy. Začni objevovat