(15D) NECESSITY

4.8K 670 127
                                    

****

"Bisakah aku mempercayaimu?"

***

Dara mengurung diri di kamar sepanjang hari. Pikirannya berkecambuk. Mengapa ia membalas ciuman Eka tadi? Apa dirinya benar-benar sudah tidak tahu malu lagi sampai-sampai membalas ciuman itu seolah dirinya telah kehilangan sentuhan laki-laki?

Dara mengigit bibirnya sambil menundukkan kepala. Air matanya sudah kering, menyisakan kedua matanya yang membengkak. Hari sudah subuh. Tiba-tiba Dara merasa lapar setelah menangis dan meratapi nasib buruknya. Setelah membasuh mukanya, Dara pun bergegas turun untuk mencari makan. Beruntung Dara menemukan mie instan di lemari makan. Dara bergegas memasaknya dan memakannya seperti orang yang tidak makan selama berhari-hari.

Dara baru saja akan menghembuskan napas, puas, sebelum mendapati Eka berdiri dihadapannya. Dara mengerjap tidak yakin. Tunggu. Ini pasti bukan Eka. Tidak mungkin Eka berada di rumahnya subuh-subuh. Tetapi Eka masih berdiri disana, tidak menghilang sama sekali dari pandangan Dara walau Dara telah mengerjapkan kedua matanya berkali-kali.

Laki-laki dihadapannya memang benar-benar adalah Eka. Bukan hanya sekedar khayalan Dara. Dara bergegas bangkit, berniat meninggalkan piring-piring kotor itu serta Eka dan menuju ke kamar tetapi Eka menghentikan langkah Dara. Laki-laki itu menahan pergelangan tangan Dara.

"Ada yang perlu kita bicarakan." Ujarnya.

"Tidak ada satupun yang perlu dibicarakan lagi. Lepas. Aku mau tidur." balas Dara dingin.

"Dara .... Tolong jangan bersikap kanak-kanak. Kita benar-benar butuh bicara." ujar Eka lagi. Kali ini suaranya terdengar lembut dan tidak memaksa, sama seperti dulu saat Dara sering merajuk dengan Eka. Tiba-tiba Dara merasa sedih. Buru-buru ia menarik napas pelan untuk mengusir rasa sedih di hatinya.

"Apa-apaan sih kamu?! Kita benar-benar sudah pada keputusan final. Tidak ada yang perlu dibicarakan, dibahas, dirundingkan, atau apapun itu. Titik." Dara menekankan setiap patah katanya sambil mencoba menarik tangannya menjauh tetapi Eka mengengamnya lebih erat kali ini.

"Kali ini benar-benar ada yang perlu kita bicarakan dengan sangat serius." Eka berkata penuh penekanan tetapi Dara tidak peduli. Ia memalingkan wajahnya.

"Ngga ada lagi yang perlu dibicarakan." balas Dara. Tak berselang tiga detik kemudian Dara menemukan bokongnya telah merapat di meja makan dengan posisi Eka yang begitu rapat dengannya. Dara mencoba mendorong tubuh Eka tetapi tidak bisa. Eka jauh lebih besar dan kuat dari Dara. Dara menjadi pasrah. Ia menatap Eka dengan sorot marah tetapi Eka malah membalasnya dengan sorot lembut?

Tidak. Tidak. Dara pasti salah melihat. Dara mencoba mendorong Eka lagi tetapi kali ini Eka benar-benar menghentikan akses Dara dengan meletakkan tangan kirinya di pinggang Dara dan menarik Dara agar benar-benar merapat padanya hingga tak berjarak sedikitpun. Kemudian tangan kanannya mendorong kepala Dara dan mencium Dara lagi.

Kali ini benar-benar lembut seolah ingin memberitahu Dara akan cintanya, akan ketulusannya. Kedua mata Dara berkaca-kaca. Dara tidak bisa menerima perlakuan ini jika ia masih benar-benar mau bersikeras mengakhiri hubungan ini. Dara mencoba melawan. Ia mencoba mengigit bibir Eka tetapi Eka tidak melukainya seperti yang Dara lakukan.

Eka memperdalam ciuman mereka dengan sangat sangat lembut seolah Dara adalah benda paling berharga Eka yang bahkan tidak boleh lecet sedikitpun. Akhirnya Dara pasrah ketika Eka menariknya lebih dalam, lebih rapat dan tidak berjarak akan ciuman itu. Dara tak sadar meneteskan air matanya saat membalas ciuman itu.

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now