(16A) DAY DREAM

5.5K 777 151
                                    

****

"Posisi kita tidak lagi sama. Kau biarkan aku terpaku dalam bayang-bayang sedangkan aku, kubiarkan kau mencintainya begitu dalam." - unknown

***

Alarm bawah sadarku telah berbunyi dengan keras bahwa keadaan saat ini adalah bahaya. Firasatku mulai tidak enak. Jantungku berdebar setiap saat tangan kami ( suamiku dan aku ) bersentuhan. Entahlah. Rasanya aku ingin menyangkalnya tetapi aku tidak bisa. Aku merasakan gelenyar aneh menyelimuti tubuhku.

Gila. Aku benar-benar jatuh cinta pada Dicky!

Aku menepuk pipiku, mencoba mengusir bayangan senyum manis Dicky. Bagaimanapun kami tidak pernah sedekat ini untuk saling membantu seperti membawakan air mineral ketika aku sedang asyik membaca novel di sofa. Perilaku Dicky yang mulai berubah ke arah positive padaku selama beberapa minggu ini hingga membuatku berpikir positive akan hubungan ini juga.

Disatu sisi aku khawatir pada perasaanku sendiri. Akankah ini membahayakan diriku sendiri? Tetapi disisi lain .... Aku mencintainya dan kami adalah sepasang suami istri. Salahkah kami saling belajar mempercayai dan membangun fondasi kuat akan hubungan kami yaitu cinta?

"Lagi mikir apa?" Dicky mengejutkanku hingga membuatku mundur beberapa langkah dengan refleks. Keterkejutanku bertambah berkali-kali lipat saat kurasakan sentuhan di perutku. Aku hampir berteriak sebelum kurasakan jari telunjuk Dicky melekat di bibirku.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" aku berbisik dengan nada gemetar. Dicky membalik tubuhku yang semula menghadap permandangan cukup indah dari balkon kamar Dicky di rumah orang tuanya agar menghadapnya.

"Lagi mempelajari kamu." jawabnya dengan ringan sambil mengedipkan sebelah mata. Oh my god.... Tiba-tiba kurasakan tubuhku melemas. Bagaimana bisa Dicky menjadi seromantis ini?

"Belajar dari mana kamu bicara kaya begitu?" aku membalas dengan nada ketus, mencoba menyamarkan kegugupanku.

"Nope. By the way, kamu cantik hari ini."

Tubuhku menegang. Wajahku memerah malu. Oh shit. Ini bukan timing yang tepat untuk menunjukkan perasaanku pada Dicky. Aku mencoba berbalik tetapi Dicky menahanku dan segalanya berjalan begitu cepat, diluar dari perkiraanku.

Dicky menarik daguku dengan lembut dan menciumku. Aku terkejut, tentu saja, sampai tidak percaya jika Dicky, laki-laki TERganteng yang pernah kutemui dan juga merupakan suamiku itu, menciumku dengan mesra. Kurasakan lingkaran tangannya di pinggangku dan aku merasa dengan jelas keintiman kami.

Aku mencoba mendorong Dicky menjauh. Bukannya aku menolak tetapi aku masih belum siap. Aku memang mencintai Dicky tetapi segalanya masih terlalu cepat bagiku. Kedekatan kami yang secara tiba-tiba dalam beberapa minggu belakangan membuatku semakin binggung. Rasanya hubungan kami masih begitu abu-abu walau sebenarnya kami sah secara hukum.

"Dick, stop. Kita ngga harus..." Dicky berhasil membuatku berhenti berkata akan ciumannya. Sepertinya Dicky tidak mau mendengar kata penolakan dariku dan aku pun mulai terbuai. Fucking shit untuk pemikiranku. Aku menjilat ludahku sendiri karena sekarang telah melingkarkan tanganku di lehernya. Kami mulai bercumbu mesra dan Dicky segera membawaku ke ranjang untuk melanjukan misi selanjutnya.

Tatapan Dicky mulai membara penuh gairah dan aku membuka kancing kemeja Dicky tanpa instruksi sama sekali. Ternyata aku juga mulai bergairah dengan Dicky dan menginginkannya. Oh, goodbye with virginity. I need him like hell.

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now