(7) My Big Boss

13.6K 687 65
                                    

****

"Aku ingin membingkai cinta kita agar tetap abadi sampai ajal menjemput." - Unknown

***

Dunia ini telah berubah. Kerendahan hati yang begitu kental pada zaman dahulu sama sekali tak dapat Ia temukan lagi pada kehidupan saat ini. Jiwa individualitas mengalir kental di darah setiap manusia, meresap begitu dalam sampai ke tulang mereka. Seperti saat ini. Tak ada seorang pun yang bertegur sapa, tak ada seorang pun yang menunjukkan jiwa sosial mereka. Keramahan tertenggelamkan dengan kemesraan setiap mereka yang berpasangan. Saling bertatapan dibawah teriknya matahari, saling tersenyum dan bersentuhan dengan mesra. Apakah karena ini bukan di Asia?

Semilir angin membelai mesra rambut seorang wanita yang sedang duduk di tepi pantai. Ia dengan balutan tank top bertulisan 'who cares' serta hotpans biru dongker tampak tidak peduli dengan sekitarnya. Kedua matanya terpejam, menikmati sinar matahari yang membakar kulit, beriringan dengan hembusan angin yang begitu menyenangkan kemudian kedua matanya terbuka, menatap jauh kedepan dengan tatapan yang menyiratkan kesakitan yang begitu mendalam. Ia mendongkak sambil mengigit bibir, menahan rasa kekecewaan yang tiba tiba menyesakkan dada. Kembali Ia teringat dengan kejadian beberapa tahun lalu, kejadian yang berusaha sekuat tenaga tuk Ia lukapan dari dulu ..........

"BELOVY CATHERINE!!!!" Teriak Dianna membuat satu ruangan kerja itu menoleh ke sumber suara dengan terkejut.

Wanita yang bernama Belovy Catherine itu menoleh ke arah sahabatnya dengan sorot tajam yang mengisyaratkan dengan jelas bahwa ia sedang tidak mau diganggu oleh siapapun terutama ketika sedang menuangkan idenya ke dalam sebuah tulisan.

"Celaka! Kau benar benar celaka kali ini Cath!" Ucap Dianna sambil berdecak pinggang. Tangan tangannya memijit pelipis kepala, seolah ada begitu banyak hal yang terpikirkan.

"Dianna, please deh. Aku sedang membutuhkan konsenterasi tinggi." Tukas Catherine kesal. Ia menggerakkan kepalanya ke meja tempat Dianna seharusnya berada sambil berkata,"Mending kamu ketempatmu aja deh!"

Oh Tuhan. Dianna mengumpat dalam hati akan sikap sahabatnya yang selalu seperti ini jika saja ada orang yang menganggu kegiatan menulisnya. Ia menghembuskan napas kuat sambil berjalan mengelilingi Catherine, membuat Catherine menyergit binggung. Catherine mengangkat tangannya, mengusir Dianna. Catat, Ia juga benci jika ada orang berdiri disekitarnya, terutama disampingnya, membaca setiap tulisannya ketika sedang melakukan proses menulis.

"Habis riwayatmu. Habis sudah,Cath." Tukas Dianna kesal setengah mati.

"Tenanglah. Aku tidak akan celaka jika si gila Revan belum pulang." Tukas Catherine ringan sambil menyuruput jus jeruk yang baru dipesannya tadi. Catherine melepaskan kacamata yang membingkai wajahnya kemudian duduk bersandar di kursi sambil melipat tangan di dada. Ia mengangkat bahu sambil mengusap lembut lengannya, kembali terpikirkan dirinya dengan sosok pria yang bernama lengkap Revan Alex Jayanta, pria paling mengesalkan sejagat raya yang seenak jidatnya mengganti kedudukan Catherine dari sekertaris manager sales menjadi staff admin hanya karena Ia tidak sengaja menjatuhkan kopi disepatunya.

"Masalahnya adalah kamu tidak tahu apa yang akan aku bilang. Kamu lebih milih ceritamu itu daripada ...." Ucap Dianna terhenti ketika Catherine berdecak pelan, kesal dengan sahabatnya yang terlalu bertele tele dalam berbicara.

"Masalahnya adalah kamu menganggu konsenterasiku yang baru mau mulai membuat cerita baru! Oke!" Tukas Catherine sambil mendengus kesal.

Dianna mengangkat tangan ke udara, meminta maaf. Ia menghembuskan napas pelan sambil bergedik ngeri, tak mampu membayangkan keterkejutan yang pasti akan dialami Catherine sesaat setelah Ia memberitahukan suatu hal padanya. Katakan, katakan saja Di. Cepat atau lambat Catherine akan tahu dan dia pasti akan datang mengusik sahabatnya, sudut batin Dianna berteriak.

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now