(15C) NECESSITY

4.7K 651 89
                                    

****

"Kamu bersikap begitu nyata seolah-olah mencintaiku yang tidak kau cintai." - Author's quote

***

Dara tidak merasa lebih baik setelah mengatakan itu. Justru Dara merasa semakin sedih dan menyedihkan. Beruntung Dara bisa menahan air matanya dihadapan Eka tadi. Dengan langkah lebar Dara kembali ke kamar. Kali ini Dara memastikan telah benar-benar mengunci pintu kamarnya agar Eka tidak bisa masuk ke dalam kamarnya lagi.

Dara menghabiskan waktu hampir tiga jam untuk menenangkan diri. Selebihnya Dara tidur sampai malam hari. Dara bergegas mandi dan turun ke lantai dasar untuk masak. Tetapi yang Dara temukan adalah Eka sedang menyuapi Richard William makan dengan tatapan yang membuat orang bodoh pun mengerti jika Eka sebenarnya menyayangi William.

Tidak! Dara menahan napas. Ia tidak boleh terpengaruh akan sandiwara Eka. Eka mungkin saja melakukan itu semata-mata untuk menarik perhatian papa dan mama atau .... Laki-laki itu ingin menyakinkan Dara akan cinta sandiwaranya.

"Dara. Ngapain disana? Ayo makan." ujar mama mengejutkan Dara. Dara mengangguk dan bergegas menuruni anak tangga. Dara sebenarnya ingin mencoba makan dengan tenang tetapi melihat William tertawa bahagia bersama Eka, sudut hati Dara terusik. Bukan. Bukan karena Dara egois karena mau William juga tertawa seperti itu dengan Dara tetapi Dara tidak mau jika William akan merasakan rasa ditinggalkan atau dicampakkan seperti yang telah Eka lakukan pada Dara.

Dara mengambil piring yang masih berisi setengah milik William tanpa permisi dan mulai menyuapi William. Dara merasakan hembusan berat napas Eka. Mungkin Eka marah karena Dara merampas 'miliknya' begitu saja tetapi Dara tidak peduli.

"Dara. Kamu kok begitu sama Eka?" tegur papa

Pa! Eka itu ngga pantas dibaikin. Eka ngga pantas nyuapin William. Dia sama sekali ngga pantas untuk duduk makan bersama kita!, teriak Dara dalam hati. Rasanya Dara ingin meneriakkan kata-kata itu tetapi bibirnya bahkan tidak bisa terbuka untuk mengatakan itu. Sial.

"Tugas Dara menyuapi William makan." ujar Dara singkat dan padat.

"Ma.. tapi William mau disuapin papa."

Kedua mata Dara membulat. Dara tidak percaya. Bagaimana mungkin hanya dalam kurang dua minggu Eka sudah bisa mempengaruhi William seperti ini? Dara semakin kesal saat melihat Eka tersenyum seolah menghina Dara.

Siaaal.

Dara mau tidak mau menyerahkan piring William pada Eka. Napsu makan Dara tiba-tiba meluap tidak bersisa. Dara meninggalkan ruang makan menuju taman belakang. Angin sepoi-sepoi membelai mesra Dara. Dara menghembuskan napas berkali-kali sambil memejamkan mata.

Bau rokok 'membangunkan' Dara. Eka telah berdiri disampingnya sampai menghisap puntung rokok. Sebenarnya Dara terkejut. Tidak hanya itu. Dara bahkan ingin marah dengan Eka. Kenapa Eka merokok? Eka tidak pernah menyentuh rokok sepanjang Dara mengenal Eka. Tidak. Tidak. Yang terpenting adalah Ayah William tidak boleh merokok! Tetapi buru-buru Dara mengurungkan niatnya itu mengingat akan posisinya yang sama sekali tidak berhak berkomentar akan privasi Eka.

"Kamu marah?" Eka memulai percakapan

Apa pedulimu?!

"Apakah aku punya alasan untuk marah?" balas Dara mencoba seringan mungkin

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now