(6A) PLETHORA

8.6K 735 66
                                    


***

James menyergit. Gerakannya terhenti ketika mendengar suara Darren sementara tubuh Joanna menegang. Tangannya yang masih berada di bahu James terasa melemah. Darren datang menghampirinya? Mengapa? Cemburu kah Darren pada James yang sedang berdansa dengannya?

Seketika sudut hati Joanna terluka. Ingin tuk Ia percayai namun mustahil tuk terjadi. Ia menggerakan kepala, menatap Darren yang sedang memandangnya dengan tajam. Tatapan menusuk itu bahkan terasa begitu menyakiti hati, terasa meremukan jantung.

Kedua mata Darren menyipit. Ia melangkah mendekat. Sontak hal tersebut membuat Joanna melangkah mundur. Melihat hal tersebut, James berdeham pelan.

"Oh,Maaf, ku kira kau sudah keluar bersama wanita lain tadi jadi ...."

Perkataan James terhenti ketika Darren menggerakan kepalanya menatap James. Rahang Darren mengeras. Kobaran amarah terpancar jelas dari kedua mata Darren. Kedua matanya bergerak, menatap tangan Joanna yang masih berada di bahu James dan tangan James yang masih melingkari pinggang Joanna.

"Jauhkan tanganmu. Dia istriku." Tukas Darren penuh penekanan tanpa melepaskan tatapannya dari kedua tangan tersebut, membuat James mengangkat sebelah alisnya dan menarik tangannya menjauh dengan hati yang terasa enggan.

"Oh ayolah. Aku tidak bermaksud jahat pada istrimu. Aku hanya berdansa dengan wanita cantik yang duduk sendiri tadi. Apakah itu masalah yang besar? Tukas James ringan

Darren menggeram. Tak sadar kedua tangannya mengepal. Ia melangkah mendekati James. Sebelah tangannya terangkat, menarik kerah pakaian James sementara sebelah tangannya yang lain hendak memukul James namun Joanna lebih dahulu menahan tangan Darren.

"Ini bukan salahnya. Aku yang menerima ajakannya. Jangan menyalahkannya." Ucap Joanna khawatir. Kedua matanya melirik sekeliling mereka yang mulai memandang mereka dengan tatapan keingintahuan.

Darren marah. Ia menepis tangan Joanna dengan kasar hingga membuat Joanna mundur beberapa langkah. Joanna tidak menyerah. Ia kembali melangkah mendekat dan mencoba menahan Darren kembali. Rasanya Ia ingin berteriak di hadapan Darren dan mengatakan ada begitu banyak orang yang sedang melihat mereka. Nama baik Darren bisa tercoreng jika Darren bertindak lebih jauh.

"Darren, lepaskan dia." Ucap Joanna lebih keras kembali menyentuh lengan Darren

Darren memilih menghiraukan Joanna dan berniat untuk memukuli James namun langkahnya terhenti ketika kedua mata Darren menemukan keberadaan Claura di belakang James. Claura seolah menyampaikan begitu banyak hal melalui kedua matanya.

Darren mengerjap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Darren mengerjap. Ia memejamkan kedua matanya sesaat, mencoba melenyapkan rasa amarahnya dan sesaat setelah Ia membuka kedua matanya, Claura sudah menghilang. Darren menarik nafas pelan, Ia mendorong tubuh James hingga membuat James jatuh ke belakang.

Joanna mengerjap. Tak sadar kedua matanya berkaca kaca. Ia melihat dengan jelas Claura berdiri di belakang James tadi. Ia juga melihat dengan jelas bagaimana Darren mencoba melawan rasa amarah mengikuti permintaan Claura agar tidak membuat keributan. Hanya dengan tatapan mata dan Darren melakukannya demi Claura sementara dirinya ... Ia hampir terjatuh, tangannya di tepis ... dan Darren sama sekali tidak mendengarkan dirinya.

Jantung Joanna teremas kuat. Tak sadar Ia memandang tangannya yang masih berada di lengan Darren. Seketika Ia merasa tolol. Ia merasa begitu murahan, begitu tidak berguna. Ia langsung menjauhkan tangannya. Ia memilih menautkan kedua jemari tangannya dan memberi jarak di antara mereka. Bagaimanapun Darren datang bukan karena cemburu. Pria itu datang karena merasa egonya tersakiti sebagai seorang suami.

"Jangan pernah menunjukkan dirimu dihadapanku lagi terutama di hadapan istriku atau kau akan tahu akibatnya." tukas Darren dingin memandang James yang terkekeh.

Darren menggerakan kepalanya ke belakang, memandang Joanna yang sedang memandang James. Ia kembali menggeram sementara Joanna menahan nafasnya. Jemari tangannya terasa mendingin. Dadanya berdebar keras. Ia tahu ... Ia tahu Darren sedang melihatnya tapi Ia tidak memiliki kekuatan untuk memandang Darren. Ia ... terlalu lemah saat ini. Hatinya terasa sesak untuk sekedar melawan pria itu dan ketika Darren menarik tangannya meninggalkan ruangan tersebut, Joanna memilih pasrah.

Joanna menunduk, memandang tangan Darren yang sedang mengengam tangannya dengan begitu erat hingga terasa hampir meremukkan tulangnya. Joanna ingin marah. Ia ingin memberontak namun tertahan ketika kedua matanya menemukan cincin emas yang masih berada di jari manis Darren. Cincin yang sama dengan cincin yang ada di jemari tangannya. Cincin pernikahan mereka.

Darren melepaskan tangan Joanna dengan kasar ketika keduanya berada di lobby. Kedua matanya berkobar amarah. Terlihat dengan jelas Darren ingin marah. Ia meremas bahu Joanna dengan begitu kuat. Bibirnya terbuka, hendak meneriaki Joanna sebelum akhirnya Ia mendengar suara itu ... suara lembut yang terasa menggetarkan hatinya.

"Darren ..." Panggil Claura

Baik Darren dan Joanna menggerakkan kepalanya, memandang ke arah sumber suara. Joanna tercekat mendapati Claura berada di lobby. Claura berlari mendekat, menubruk dada bidang Darren kemudian memeluknya dengan erat.

"Aku takut ..." bisik Claura

"Aku di sini. Aku di sini, Cla." Bisik Darren di telinga Claura

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now