(6C) PLETHORA

8.5K 741 47
                                    

****
"Bila cinta menjadi tuan, mengapa ego masih bertahta? Hati berbisik tetap bersama, logika meronta ingin berpisah saja." -unknown

***

Jakarta,Indonesia, 2016.

Kala itu langit masih begitu terang. Cahaya matahari seolah siap membakar kulit manusia yang menetap di bumi. Dengan kacamata hitam yang selalu Ia bawa kemana mana, Joanna yang berdiri di luar bandara soerkarno hatta, mengangkat kepalanya memandang langit.

Langit Indonesia ...

Berkali kali Joanna mengumamkan kata itu dalam hati, mencoba mengingatkan dirinya akan rencana pelariannya berhasil. Indonesia, negara yang kaya akan alam, negara yang tak mampu tuk Darren jangkau. Seketika seulas senyum getir terukir di sudut bibir. Batinnya bersorak lega walau tidak mampu baginya untuk memungkiri akan rasa sakit yang masih terasa menyesakkan.

Chris menepuk bahu Joanna, menyadarkan Joanna. Kedua mata Joanna bergerak, menatap beberapa kopernya dan keluarganya yang telah selesai diambil.

"Selesai?" Tanya Joanna lembut

"Ya. Selesai kak. Jadi sekarang kita akan kemana?" Tanya Chris

"Kita akan tinggal dimana kak?" Tanya Selena ikut menimpali

Joanna melirik Ayah dan Ibu yang sedang sibuk menyimpan paspor dan beberapa hal lain ke dalam tas. Seketika Joanna menghembuskan napas lega. Kedua matanya kembali bergerak menatap kedua adiknya. Rasa bersalahnya kembali menjadi jadi. Ia mencoba menyamarkannya dengan seulas senyum hangat. Dirangkulnya tubuh kedua adiknya tanpa menjawab pertanyaan mereka karena sesungguhnya Joanna juga tidak tahu kemana mereka akan tinggal.

Ia terlalu sibuk memikirkan pelarian mereka ke Indonesia sehingga tidak sempat mengurus hal seperti itu. Ia hanya sempat menghubungi seseorang yang mungkin tidak akan datang membantunya. Oh Tuhan. Seketika kepala Joanna terasa berat. Bagaimana ini?

"Sayang. Kita akan kemana?" Tanya Ibu setelah memastikan semua barangnya tersimpan dengan baik.

"Eh ... ibu ..."

Ayah menggelengkan kepala. Ia menatap Joanna dengan curiga.

"Jangan bilang kamu tidak tahu." Tukas Ayah curiga

Joanna menggeleng. Ia mengigit bibirnya sembari menahan napasnya berkali kali. Dadanya berdebar kencang. Bagaimana ini? Ia bahkan hampir melupakan seluk beluk negara ini dikarenakan masa lalu yang mati matian coba untuk Ia musnahkan dalam pikirannya.

"Eh ... sebenarnya aku ..."

"JOANNA!"

Tubuh Joanna membeku. Kedua matanya terbuka lebar. Bibirnya yang semula terbuka, terkantup rapat. Perlahan namun pasti tubuhnya berbalik, memandang ke sumber suara. Kedua matanya mengerjap, masih tidak menyangka akan kehadiran seseorang dihadapannya.

"Joanna? Maaf, kamu menunggu lama? Siapa ini? Keluarga yang kamu ceritakan dulu?"

Pertanyaan berutun itu membuat sudut bibir Joanna menyunggingkan senyum tipis. Ia mengangguk kemudian berjalan menghampirinya dan memeluknya dengan hangat.

Suara tawa itu ... tawa yang masih sama sejak bertahun tahun lalu ... tawa yang masih selalu membayanginya sampai saat ini.

"Oh. Maaf. Hi Aunt, Uncle, oh Hi, Chris and .... Selena??"

Ayah, Ibu, Chris dan Selena menyergit. Keempatnya terlihat begitu canggung namun kenyataan seseorang di hadapan mereka mampu mencairkan suasana membuat mereka akhirnya tersenyum bahkan tawa kini mulai terdengar.

"Selamat datang di negara ku, Indonesia. Semoga kalian menyukainya dan ... selamat datang kembali,Jo."

Joanna berusaha tersenyum ketika kedua pasang mata mereka bertemu. Sesaat, hanya selama sesaat Joanna melihat dengan jelas raut kekhawatiran dari kedua mata seseorang dihadapannya, namun secepat itu Ia menyamarkannya dengan seulas senyum hangat. Ia mengangguk kemudian membantu Joanna dan keluarga memasukan koper ke dalam mobil.

"Ayo,Jo. Kamu tentu tidak mau ketinggalan kan?"

Joanna mengerjap. Tak tersadarkan bahwa Ia sedang melamun sedari tadi. Ia tersenyum malu kemudian mengangguk dan mengikuti mereka. Sesaat setelah semua keluarga Joanna telah memasuki mobil, orang itu berhenti bergerak dan melirik Joanna sesaat. Kedua mata hitam itu menatapnya dengan kerutan di dahi seolah menanyakan apa yang terjadi pada Joanna.

Joanna menggeleng sembari mengangkat bahu acuh kemudian tersenyum tipis.

"It's okay. Thanks Di." Ucap Joanna tulus

"My pleasure,Jo. By the way kamu tidak lupa nama lengkapku kan?" Tanyanya

Joanna membasahi bibirnya. Sudut hatinya terasa sesak. Bagai ratusan palu menancap kejantungnya namun kembali Joanna menghiraukannya. Ia mengangguk tegas kemudian berjalan mendekat dan merangkul tubuh sang pemilik mata hitam tersebut.

"Tentu saja. Dinna Sastro Paramita. What a nice name. Aku enggak akan lupa,Di." Tukas Joanna membuat keduanya terkekeh kemudian memutuskan masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil menuju restoran terdekat.

Ya inilah Dinna.

Sahabatnya, dan

Sang pujaan hati Darren,

Cinta sejati Darren.

KALEIDOSCOPICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang