(15B) NECESSITY

4.8K 741 125
                                    

****

"Kini kau pergi dan merajut kasih bersamanya, membiarkan raga ini ditikam sesak. Hati ini bersimbah darah." - unknown

***

Keesokkan harinya Eka kembali datang ke rumah orang tua Dara. Tidak hanya itu, calon mantan suaminya itu membawa buah durian serta nasi gurih yang menjadi favorite mereka dulu. Nasib buruk seolah tak berhenti menghakimi Dara karena papa dan mama mempersilahkan Eka masuk ke dalam rumah. Bahkan kedua orang tua Dara berbincang dengan hangat pada Eka seolah selama ini tidak ada persoalan yang benar-benar serius terjadi diantara mereka.

"Iya,pa,ma. Eka berencana mau membawa Dara dan William kembali ke rumah. Eka tahu Eka salah. Eka benar-benar menyesal." ujar Eka sambil tersenyum membuat Dara mendidih seketika. Rasanya Dara ingin mengusir Eka tetapi tidak tega 'mematikan' suasana bahagia mama dan papa untuk sementara.

Dara memilih mengasingkan diri ke kamar. Dada Dara terasa berat. Ia merasa .... Kecewa. Entahlah. Rasanya Dara tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata lagi. Dadanya berkecambuk dan Dara seperti selalu ingin menangis lagi dan lagi. The point is .... Dara tidak mungkin kembali lagi dengan Eka.

Lagipula .... Eka hanya bersandiwara bukan?

"Sayang, kenapa kamu...." Wajah Dara mengeras saat melihat Eka masuk ke dalam kamarnya, bukan William. Sial. Dara bergegas bangkit dan berencana keluar dari kamar tidak lebih dari semenit tetapi Eka yang seperti mengetahui Dara akan keluar itu pun menghentikan akses Dara dengan berdiri membelakangi pintu. Double sial.

"Selain ngga bisa membuat William bahagia, kamu juga ngga bisa membuat papa dan mama kamu bahagia?" ujar Eka sambil tersenyum mengejek

"Tau apa kamu tentang kebahagiaan? Udah deh. Urus saja urusanmu sendiri. Untuk apa mengurus hidupku!" jawab Dara benar-benar ketus

Eka tertawa. Apa? Eka tertawa? Dara langsung memalingkan wajahnya, merasa tidak mampu melihat tawa itu. Bagaimana bisa Eka tertawa setelah menodai janji suci mereka?

"Kamu masih seperti dulu.." gumam Eka. Dara mendengus. Bullshit!!

"Sebenarnya apa mau kamu? Kamu ngga mungkin mau repot-repot datang ke keluarga yang sudah bangkrut bahkan membawa barang sogokan." sindir Dara. Alih-alih membuat Eka marah, laki-laki itu malah tertawa kencang. Sialan. Rasanya Dara akan kehabisan akal sehat jika melihat Eka tertawa lagi. Sewaktu-waktu Dara pasti bisa menggores wajah tampan calon mantan suaminya itu.

"You know me so well. Aku mau membuat perjanjian dengan kamu. Simbiosis mutualisme? Kita akan sama-sama menguntungkan." ujar Eka.

Kedua mata Dara membulat. Apa? Perjanjian?

"Sebelum otakmu memikirkan hal-hal lain, biar kujelaskan terlebih dahulu. Like you know, Jessica hamil. Dia akan melahirkan sekitar tujuh bulan lagi. Selama itu aku mau kamu menunda perceraian kita setidaknya sampai tiga bulan setelah Jessica melahirkan. Aku yang akan memikirkan cerita dibalik perceraian kita. Sementara kamu akan kufasilitasi semuanya. Aku juga akan membangun usaha untuk papamu." sambung Eka ringan, terlalu ringan bahkan tetapi tetap menggores luka hati Dara.

"William?" gumam Dara tanpa sadar

"Bukankah itu anakmu? Kamu selalu mengatakan itu. Then William akan kuberikan untukmu. Oh aku lupa. Aku juga bisa membelikanmu mobil dan rumah serta asuransi sebagai jaminan hidup kalian. Bagaimana? Apa kamu tertarik?" Eka memiringkan kepalanya dengan sebelah alis terangkat.

Dara tidak langsung menjawab. Ia memilih 'mendinginkan' diri dengan berdiri di balkon kamar. Air mata Dara jatuh. Dara bahkan tidak bisa berkata apapun lagi. Jantung Dara terlalu sakit bahkan hanya untuk bernapas.

KALEIDOSCOPICМесто, где живут истории. Откройте их для себя