(19E) STARLIGHT

5.7K 818 245
                                    

"Aku bukan tabir mimp indah yang kamu inginkan di setiap malam. Aku hanya pemantra agar kamu tercegah dari mimpi kelam" - unknown

***

Dua garis merah yang tercetak dengan begitu jelas dari test pack yang kugengam membuat sekujur tubuhku lemas. Aku hamil? Tidak. Tidak. Aku menggelengkan kepalaku dengan tegas. Kukeluarkan lima test pack baru yang kubeli dan mengulangi pengujian dari urineku. Aku tidak boleh hamil. Aku tidak boleh hamil, aku mengulangi kata itu setidaknya sampai seratus kali tetapi hasilnya tetap sama. Dua garis merah itu tercetak dengan begitu jelas hingga rasanya mencekikku. Aku hamil? Aku mengacak rambutku dengan frustasi. Mengapa aku bisa hamil hanya dalam sekali masa percobaan? Oh Tuhan! Aku merasakan beban berat menimpa sekujur tubuhku

Aku mendengar ketukan dari balik pintu kamar mandi yang sedang kumasuki. Sial! Dama belum pergi ke kantor? Aku merutuki diriku sebelum membuang enam buah test pack ke dalam kloset

"Vina?"

Aku menyisir rambutku dengan jemari tanganku. Jantungku berdebar tidak karuan. Aku merasakan kegelisahan luar biasa. Tenang,Vin. Tenang! Aku mencoba menguatkan diriku sendiri sambil menghembuskan napas kuat. Tangan Dama hampir menyentuh kepalaku pada detik aku membuka pintu kamar mandi. Dia memakai pakaian yang formal seperti biasa. Tatapannya masih dingin bahkan lebih dingin empat kali lipat sejak kami kembali dari Bali. Aku menduga Dama sedang betengkar dengan Vanessha

"Gimana hasilnya?" tanya Dama terdengar tergesa-gesa. Aku terkejut luar biasa tetapi aku mencoba menyamarkannya sebisa mungkin. Aku tahu arah pembicaraan Dama tetapi aku tidak mengerti bagaimana caranya Dama tahu aku membeli test pack? Apakah Dama meminta seseorang membuntutiku?

"Apa maksudmu?" tanyaku berpura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Dama

"Kamu tahu maksudku,Vina. Jangan membuatku mengulanginya," Dama memberiku tatapan tajam yang terasa menusuk relung hatiku. Shit! Aku mengepalkan kedua jemari tanganku sambil berkata,"negatif. Aku belum hamil,"

"Mana test pack nya?"

Sial. Dama tidak mudah tertipu. Aku gugup memikirkan alasan yang tepat. Dama bisa membaca gerak-gerikku dengan baik. Dia menyipikan sebelah matanya menatapku. Tatapannya jatuh pada kloset

"Jangan bilang kamu membuangnya?" tanyanya curiga

"Aku tidak mungkin membuangnya, aku hanya...., tidak sengaja menjatuhkannya di kloset saat kamu mengetuk pintu dengan buru-buru," jawabku gugup

Dama memijit pelipis kepalanya. Dia melirik jam tangan yang terpasang di tangan kirinya sebelum beralih melihat ke arahku. Sepertinya dia sedang terburu-buru. Dama mendorongku agar memberi jalan padanya. Gawat! Dama berniat mengecek test pack yang sudah kubuang ke dalam kloset. Mendadak aku dilanda kegelisahan luar biasa. Apakah test pack nya sudah hancur atau belum?

Aku mencoba menghalangi Dama. Aku berhasil memosisikan diriku tepat di depan kloset sebelum Dama berhasil melihatnya. Dama terlihat kesal. Aku harus mengangkat kepalaku agar bisa menatap Dama

"Apa yang coba kamu tutupi? Apakah kamu berbohong?" tanya Dama sebelum aku berhasil mengemukakan pendapatku

"Aku tidak berbohong!" jawabku dengan memberi sedikit tekanan pada suaraku

Dama memalingkan wajahnya dariku. Dia melonggarkan dasi yang ia kenakan lalu kembali menatapku dengan tajam. Sorot matanya menunjukkan kecurigaan luar biasa padaku. Aku bahkan merasakannya dengan keras hingga rasanya seolah Dama sedang meremukkan tulang-tulangku melalui tatapan tajamnya. Ponsel Dama berdering. Aku mendengar Dama mengumpat

KALEIDOSCOPICOnde as histórias ganham vida. Descobre agora