(8) INCARNATE

10.4K 602 61
                                    


****

Ciuman itu begitu membara dan kian lama kian mendalam seolah ada begitu banyak rasa yang ingin tuk disalurkan, ingin tuk dimengerti, namun dua orang itu tidak lagi memerdulikan hal itu. Hasrat mengambil alih segalanya. Mereka terlarut dalam suasana nan intim dan romantis itu.

Tangan James tidak tinggal diam. Ia pun menyentuh setiap inchi tubuh Stella yang tampak pasrah dalam dekapannya. Wanita ini begitu menggoda dan lemah akan setiap sentuhannya. James tidak lagi tahan akan godaan semacam ini. Ia pun menyobek pakaian Stella hingga membuat Stella meringis karena jemari James mengenai kulit tubuhnya.

"Sakit?" Tanya James mencoba untuk sadar ditengahhasrat yang mengebu. Ia menunduk, menatap pinggang Stella yang tergores kuku
tangannya hingga memerah.

"Ngga ... ngga kok." Jawab Stella sambil membasahi bibirnya. Tiba-tiba Ia gugup akan tatapan nan dalam dari James.Tatapan itu seolah membakar tubuh Stella. Ia pun mengerang saat James mengelus rona merah akibat tindakannya.

"Maaf." Bisik James sambil mengecup
pinggang Stella dengan lembut.

Stella meleleh. Ia tidak mampu menahan senyum bahagianya. Tak sadar Ia pun mengelus kepala James dengan lembut sambil menunduk dan mencium puncak kepala laki-laki yang Ia cintai sambil berbisik lembut,

"Aku mencintaimu. Sangat ... sangat mencintaimu."

Keheningan menyelimuti keduanya. Suasana yang terasa begitu membakar tadi menghilang begitu saja. James mengangkat kepalanya, menatap kedalam mata Stella, mencoba menyelami tatapan itu, mencoba menemukan kebenarannya. Napasnya tercekat saat menemukan raut berbinar dimata Stella. Wanita ini ... mencintainya.

Dada James berkecambuk. Ia bahkan tidak mampu membalas pernyataan itu selain menarik tubuh Stella mendekat kemudian menciumnya dengan rakus. Desahan napas Stella melumpuhkannya. Ia menarik dirinya menjauh sebelum kehilangan kewarasannya kemudian dengan napas terengah Ia mencium puncak kepala Stella sambil memejamkan matanya.

"Aku menginginkanmu ... sangat ... tapi aku harus menahannya karena aku tidak mau menghancurkanmu. Biarkan itu menjadi yang terindah saat kamu menikah nanti."

Bisikan itu membuat Stella tersenyum. Laki-laki itu memang tahu cara mencintainya dengan menjaga keperawanannya selama ini.Walau tidak ada kata cinta yang terlontar sama sekali dari bibir James tapi laki-laki itu selalu menunjukkannya secara tersirat.

Perhatian dan kasih sayang James membuat Stella tidak lagi membutuhkan penyataan cinta karena yang terpenting saat ini adalah mereka ada disini, berdua dan saling mengisi.

"Terindah untuk kita,Jamie. Kamu dan aku."Bisik Stella mesra sambil mencium James kembali.

Tubuh James menegang. Ia bahkan tidak membalas setiap ciuman dan sentuhan Stella karena mencoba membangunkan dirinya.Ia mencoba tidak tergoda sama sekali namun tak mampu. Saat Stella menyentuh bagian dirinya, ketika itu Ia mengerang dan langsung membalas setiap sentuhan Stella dengan hasrat yang membara.

"Kamu yang menginginkan ini,Stel. Kamu ..."gumam James sambil mengigit bibir Stella dengan mesra kemudian membawa Stella ke ranjang dan melanjutkan hal yang tertunda tadi dengan gairah yang meledak-ledak.

***

Stella terbangun setelah mendengar bunyi ketukan keras dikamar. Sambil mengucek kedua matanya, Ia pun membuka pintu kamar. Tak lupa Ia bercermin untuk memastikan penampilannya masih sopan setelah kejadian semalam. Wajah Stella langsung merona membayangkan kejadian itu kembali.

"Cie, habis apaan tuh dengan James?" goda Christie, kakak James, sambil memainkan alisnya.

Stella menggeleng sambil menempelkan telapak tangannya dipipi, merasakan panas menjalar. Ia menghembuskan napas sambil tertawa bersama Christie saat Christie mengintip kedalam kamar yangcukup berantakan.

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now