(15E) NECESSITY

6.4K 734 107
                                    

****

"I will always love you..." 

***

"Ma... Papa kenapa ngga datang lagi?" tanya William pada suatu sore membuat Dara tersenyum getir tetapi masih mencoba sebisa mungkin agar menenangkan anaknya yang mulai merengek. Dara mengelus kepala William kemudian menciumnya dengan lembut.

"Papa kamu lagi sibuk kerja.... Papa kan bilang mau membelikanmu mainan kan?" Papa kamu bohong. Setelah mempermainkan mama, dia pergi begitu saja. Dia tidak mencintai kita. Seharusnya Dara mengatakan itu tetapi ia tidak sanggup. Bibirnya terasa keluh terutama jantungnya yang terasa begitu sakit bahkan untuk berbicara.

Tolol. Mengapa Dara harus mempercayai perkataan laki-laki brengsek itu? Bahkan sebulan telah berlalu sejak kejadian itu. Pasti kini Eka sedang tertawa di seberang sana akan kebodohan Dara. Damn. Kenapa Dara mau saja disetubuhi laki-laki itu!

"Papa akan kembali kan ma?" tanya William dengan kedua sorot mata penuh harap persis seperti Eka.

Dara bersumpah jika kali itu Dara merasa benar-benar bersalah karena dirinya sendiri karena menganggukan kepala hanya demi melihat anaknya tidak sedih. Padahal nyatanya Dara hanya terus melarikan diri dari kenyataan dan terus berharap jika Eka akan kembali seperti perkataannya sebulan yang lalu tetapi pada kenyataannya adalah Eka tidak mungkin lagi kembali. Eka telah memiliki kehidupan pribadinya dan telah melupakan istri dan anaknya disini.

William tertawa bahagia dan kembali melanjutkan tugas sekolahnya. Sementara itu Dara hanya mengerjapkan kedua matanya tidak percaya sambil meneteskan air mata dengan diam-diam. Maaf,nak. Maafkan mama yang telah membohongimu sayang...

***

Dara mulai membiasakan diri tanpa kehadiran Eka. Walau sudut hatinya masih mempercayai setitik harapan bahwa Eka benar-benar akan kembali tetapi semakin lama titik titik harapan itu kian mengecil dan menjadi sirna begitu Dara menunggu Eka hingga enam bulan lamanya.

Eka tidak mungkin lagi kembali, pikir Dara pada keputusan final untuk melupakan Eka. Hal pertama yang Dara mulai adalah menjadi sosok ayah dan ibu bagi William. Dara juga mulai mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhannya dan anaknya sebab orang tuanya sudah tidak sekaya dulu lagi. Ia tidak bisa terus menerus bergantung dengan orang tuanya. Bagaimanapun Dara harus belajar mandiri.

Walaupun demikian, mencari pengganti Eka belum termasuk dalam agenda Dara. Dara masih mau memfokuskan diri untuk masa depan anaknya.

"Kamu jadi ikut gala dinner perusahaan?" tanya Masmud, teman sekantor Dara.

Dara menggeleng, menolak dengan pasti. Walau kabarnya gala dinner kali ini akan dihadiri oleh artis artis top tanah air, Dara tetap tidak tertarik sama sekali. Dara tidak mau karena gala dinner itu waktunya bersama William menjadi berkurang.

Sesampainya di rumah, Dara bergegas membersihkan diri kemudian bergabung dengan William yang sedang bermain dengan anak tetangga. Langit mulai gelap. Petir mulai menyambar. Kedua anak itu bergegas lari ke dalam pelukan Dara, membuat Dara tertawa sambil mengelus kepala mereka. Kemudian pada saat William memandangnya, dengan mata yang sama persis dengan milik Eka, Dara tersenyum tipis.

Satu tahun.... Satu tahun sudah berlalu. Kami pasti bisa melalui tahun-tahun berikutnya tanpamu,ka...., gumam Dara dalam hati sembari membawa dua anak mungil itu ke dalam rumah untuk menyicipi oreo cheese cake buatannya.

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now