(18) My Boss and Me

7.7K 709 220
                                    

****

"Shipment ke China udah selesai?"

Aku mengangguk sambil mengangkat sedikit kepalaku dari balik komputer berukuran besar yang hampir menenggelamkan tubuhku. Ralat. Tubuhku semakin lama semakin membungkuk setiap menit, jam, hari hingga per tahunnya. Oh! aku menggerakkan kedua mataku sambil mengecek dokumen pelayaran yang harus kuselesaikan dalam waktu lima belas menit sebelum makan siang.

"Payment udah masuk?"

"Dora!"

Aku terkejut karena mendengar namaku dipanggil (jika itu bisa dikatakan dipanggil karena nada suara direkturku itu lebih menjurus ke teriakan). Aku menegakkan tubuhku sambil menggelengkan kepalaku menatap sosok direkturku yang hanya terpaut lima tahun dariku.

"Belum pak." jawabku sopan

"Kontrak pay in advance kan?" tanya Aditya, pemilik dari K Industri.

"Benar,pak."

"Iya diminta dulu dong duitnya."

"Baik."

Aku baru akan mengangkat gangang telepon untuk menghubungi buyer kami saat Aditya kembali mengusikku dengan suara beratnya.

"Tujuan ke USA, gimana perkembangan masalah container itu?"

"Belum dapat update,pak."

"Tanyakan dong."

Aku mengangguk.

"Dora. Laporan enclosed per bulan udah dikirim ke email saya?"

Oh Dewa! Aku hampir mengumpat di hadapan bossku jika saja aku lupa posisiku. Aku bahkan baru memulai laporan enclosed per bulan Agustus saat Aditya mengejarku dengan perjanjian kontrak di Amerika.

"Sedang dikerjain pak."

Aditya mengangguk. Kupikir dia akan pergi setelah itu tetapi bossku itu terlalu nyaman meninggalkankan kaki jenjangnya di ruanganku. Aku mendengus kemudian memalingkan wajahku ke monitor komputer, bersiap untuk menghubungi buyer kami untuk mengkonfirmasi pembayaran, tetapi Aditya kembali mengusikku. Kali ini, suaranya terdengar buru-buru.

"Jadwal ekspor bulan September. Sebelum makan siang ya email ke saya. CC ke pak Huri juga ya." Kemudian laki-laki penuh otoriter itu meninggalkan ruanganku. Kedua mataku membulat. I'm totally speechless!

"Ra, sabar itu indah." Fanda menjahiliku sambil menepuk pundakku

Aku mendengus sambil menepis tangan Fanda. Dasar brengsek! Memangnya aku ahli multi-tasking? Huh? Kubenamkan wajahku di meja sambil memejamkan mataku selama beberapa saat. Kupikir aku perlu menjernihkan perasaanku (yang dipenuhi kekesalan tadi) sebelum menghubungi buyer kami sampai suara itu kembali terdengar.

"Jangan lupa bahan meeting besok."

Duaaar!

That shit boss!

***

Aku berhasil menyelesaikan pekerjaanku tepat pukul delapan malam. Kantor bahkan telah kosong saat aku sampai di basement. Mobil merahku terlihat kesepian di tengah sepinya basement. Huh! Semua ini gegara boss sialanku itu! Oke. Mari lupakan pekerjaanku karena aku memiliki rencana hangout bersama sahabat-sahabat SMAku di mulies café pukul setengah sembilan nanti.

KALEIDOSCOPICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang