Elgi akan meninggalkannya?
Benarkah yang dikatakan Elgo waktu di taman? Sia pikir, setelah dirinya sudah sampai di rumah, ia akan lupa dengan pertemuan tidak sengaja dengan Elgo itu. Namun rupanya itu adalah kesalahan besar, Sia mencoba mengenyahkan dan fokus untuk tidur, tapi ucapan Elgo yang begitu jelas masih menaungi otaknya.
Jika boleh jujur, saat ini Sia merasa kalut dan takut. Ia mendadak bingung harus melakukan apa jika nantinya ucapan Elgo benar adanya. Sia pun mengeluarkan napas berat dari mulutnya, ia mencoba mengusir pikiran liarnya yang belum pasti terjadi. Ia lalu mengambil gelas di nakas yang berisi air putih, meminumnya sampai habis setengah.
Kembali Sia membuang napas panjang, akhirnya ia memilih menarik selimut tipisnya sampai setengah badannya tertutup oleh kain bergambar beruang yang sudah usang itu. Bersamaan dengan matanya yang ia pejamkan, ketukan pintu rumahnya terdengar.
Kening Sia nampak bergelombang, ia pun duduk di kasur untuk mempertajam pendengarannya lagi. Ketukan pintu terdengar lagi lebih keras dan bahkan lebih panjang. Sia menyerngit bingung, rumahnya jarang menerima tamu pada malam hari seperti ini, bahkan nyaris tidak pernah.
Sia menelan ludahnya, ia sekarang parno sendiri. Pikirannya sudah bercabang. Ia takut, bagaimana jika itu adalah penjahat? Bagaimana jika malah setan seperti di film-film? Sia takut, ia tidak bohong. Keringat dingin pun tanpa sadar sudah mengucur deras di pelipisnya.
Sia bertahan lima menit di atas kasurnya, selama lima menit pula ketukan pintu tidak terdengar. Meskipun masih merasa agak takut, tapi sebisa mungkin Sia berpikir positif agar ia tetap tenang dan tidak panik secara berlebihan.
Ketika hendak kembali merebahkan tubuhnya, ponselnya tiba-tiba menyala, diiringi suara notifikasi bahwa terdapat pesan masuk.
Mama:
Sia, mama udah ada di depan rumahBola mata Sia refleks saja membulat sempurna. Ia mencoba membaca sekali lagi pesan tersebut, namun tulisannya masih sama, tidak berubah, bentuk dan ukurannya pun tidak berubah, dan itu tandanya pesan tersebut memang nyata dan terbukti kebenarannya.
Tanpa berpikir panjang, Sia pun menyalakan lampu di ruangan tengah, disusul tubuhnya yang bergerak menuju pintu utama untuk membukakan pintu. Jantung Sia terasa begitu cepat berdegup. Sudah lama ia tidak bertemu dengan wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah mamanya. Kangen? Tentu saja, bahkan Sia rasanya belum mempercayai dengan ini semua.
Ketika pintu terbuka, mulut Sia langsung terbuka saking tidak percaya apa yang tengah ia lihat. Matanya tiba-tiba memanas, bibirnya bergetar. Dan sedetik setelah itu Sia langsung memeluk wanita dihadapannya dengan sangat erat.
Sia menangis, perasaan rindunya kini sudah terbayar. Ia bertemu dengan mamanya lagi, bagaimana Sia tidak merasa senang jika seperti ini? Bertemu dengan mamanya lagi adalah satu dari sekian mimpi yang tertumpuk di dirinya.
Sia menangis dalam pelukan mamanya, sementara wanita yang Sia peluk tersenyum hangat seraya membalas pelukan Sia lebih erat lagi, sesekali juga mengelus punggung gadis itu dengan tenang.
"Mama, Sia kangen mama," tutur Sia lirih sambil terisak.
Wanita itu tersenyum lebar, menangkup wajah Sia dengan kedua tangannya, lalu mengusap air mata yang berderai di kedua pipi putrinya. Sia terus memusatkan perhatian pada mamanya yang masih seperti dulu. Masih cantik, dan Sia suka itu.
"Mama juga kangen Sia, maafin mama yang jarang kabarin kamu ya sayang? Maafin mama juga yang ninggalin kamu sendiri," ujar wanita itu lesu dan merasa bersalah.
Sia menggeleng untuk membantah, "mama nggak seharusnya ngomong kayak gitu. Sia emang kangen mama, tapi mama kerja juga buat Sia. Harusnya Sia yang minta maaf karena udah ngrepotin mama."
YOU ARE READING
If I Don't Hurt You (END)
Teen Fiction"Aku suka kak Elgo karena kak Elgo mirip Elgi." Kening Elgo semakin berkerut dalam, "Elgi?" "Kenapa?" tanya Sia. "Dia siapa?" "Kak Elgo nggak perlu tau Elgi itu siapa, sekarang dia udah nggak ada. Lagian aku sekarang udah sama kakak." Elgo mengangg...