25

2K 40 0
                                    

"Kak, jangan lihatin aku mulu, malu tau," ujar Sia mengutarakan ketidaknyamanannya, ia membenamkan wajahnya ditelapak tangannya. Tatapan Elgo terus saja terarah kepadanya, Sia dibuat malu oleh cowok itu.

"Kenapa? kamu kan, cantik," jawab Elgo begitu mantap, ia terus tersenyum sambil bertopang dagu.

"Tapi kak Elgo belum nyentuh makanan itu sama sekali, kalo kayak gini lebih baik aku balik ke kelas aja deh."

Elgo cemberut, ia kemudian langsung memasukkan bakso ke dalam mulutnya dengan kasar, "ini udah, kamu puas sekarang?"

Sia tersenyum kecil, lalu mengangguk penuh semangat, ia juga mulai melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda barusan, begitupun juga Elgo.

Beberapa menit kemudian, Elgo mengangkat wajahnya, memperhatikan gadis dihadapannya ini, Elgo suka senyuman Sia yang manis. Sampai detik selanjutnya Sia juga menatap Elgo, kontak mata sudah terjalin.

"Kak Elgo, boleh minta sesuatu nggak?" tanya Sia malu-malu dan dijawab Elgo dengan anggukan penuh semangat.

"Kalo aku bisa, pasti aku kabulin kok, jadi kamu tenang aja."

"Kak Elgo boleh nyuapin aku makan nggak?"

Elgo begitu shock mendengar permintaan Sia, tetapi ia bisa mengontrolnya. Sesaat, Elgo menatap Sia dalam diam dan akhirnya mengangguk bersama dengan bibir yang melengkung ke atas. Dengan tergesa, Elgo mengambil sendok yang sudah terdapat satu buah bakso di atasnya.

Elgo mengarahkannya kepada Sia dan disambut dengan semangat oleh gadis itu. Sia tersenyum manis, pipinya mengembang karena mulutnya masih penuh dengan bakso.

"Terima kasih kak," ucap Sia setelah berhasil menelan baksonya. Senyumannya semakin mengembang.

"Iya, sama-sama, kamu kan, pacar aku. Apa sih yang nggak buat kamu?" Elgo berkata sambil menyubit pipi Sia dengan gemas. "Aku mau tanya sesuatu sama kamu boleh?" lanjutnya.

Sia berpikir sejenak, lalu ia mengangguk kecil, tangannya beranjak menyisihkan rambutnya ke belakang telinga.

"Kak Elgo mau tanya apa?"

"Kamu suka sama aku?" tanya Elgo, tatapannya semakin serius, bola matanya terus menatap Sia tidak berkedip.

Gadis itu mengangguk kecil, ia memang suka dengan Elgo. Hanya saja, Sia merasa aneh ditanya seperti itu. Menurut dirinya, pertanyaan Elgo barusan adalah pertanyaan retoris, walaupun Sia tidak menjawabnya, Elgo pasti sudah mengetahui jawabannya sendiri.

"Kenapa kak Elgo tanya kayak gitu? Kalo aku nggak suka, udah pasti sekarang aku nggak jadi pacar kakak," jawab Sia.

Elgo mengangguk berulang kali, gadis dihadapan ini ada benarnya juga. Tetapi, Elgo merasa tidak puas, ia menoleh sekali lagi kepada Sia.

"Apa yang kamu suka dari aku?"

Elgo menyipitkan matanya, ia tidak mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Sia. Terlihat gadis dihadapan ini  tengah bernapas dengan kasar.

"Apa yang kak Elgo suka dari aku?" Sia balik bertanya, mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

"Pertanyaan aku belum kamu jawab, dan udah dipastikan kalo kamu nggak akan dapat jawaban dari aku."

Sia lagi dan lagi membuang napasnya, kenapa Elgo semakin mendesaknya untuk menjawab? Apakah cowok itu berpikir Sia hanya bermain-main dengan ini semua?

"Aku suka kak Elgo karena kak Elgo mirip Elgi." Dengan malas, akhirnya Sia berkata.

Kening Elgo semakin berkerut dalam, "Elgi?"

"Kenapa kak?"

"Dia siapa?"

If I Don't Hurt You (END)Where stories live. Discover now