26

2.4K 136 0
                                    

Pukul sepuluh pagi, Elgo sengaja mengendarai motor kesayangannya untuk mengunjungi rumah Sia, Elgo tidak memberitahu gadisnya itu, sebelum melaju ke sana, Elgo memutuskan pergi ke supermarket untuk membeli beberapa camilan ringan.

Beberapa menit berkelana di jalanan akhirnya Elgo menghela napas lega, motornya sudah berhenti tepat di depan rumah kecil. Kadang hati Elgo merasa prihatin, rumah itu menurutnya sudah tidak layak huni, bahkan ukuran dapur di rumahnya lebih besar dibandingkan bangunan tua dihadapannya ini.

Elgo sempat berpikir, bagaimana bisa Sia hidup di sana dalam kesendirian? Elgo menutup kelopak matanya sebentar sampai akhirnya tangannya mengetuk pintu reot rumah itu.

Tiga menit kemudian pintu itu sedikit terbuka, terdengar suara deritan kaki pintu sampai Elgo geli mendengarnya, namun ia langsung tersenyum penuh semangat saat Sia sudah berdiri dihadapannya. Penampilannya sungguh sangat sederhana, namun kesan cantik di wajahnya tidak bisa hilang begitu saja.

"Kak Elgo ngapain ke rumah aku? Sini masuk kak," tanya Sia, ia membuka pintu lebih lebar lagi, memberi akses untuk Elgo agar bisa masuk.

"Kenapa, emang nggak boleh aku mampir ke sini?" tanya Elgo sembari memperhatikan rumah ini lebih dalam lagi, dan Elgo tidak menemukan ada perbedaan dari sini, semenjak dirinya mengantar gadis itu pulang ke rumahnya untuk mengambil buku tugas pada waktu itu.

"Ya bukan gitu, duduk dulu kak, aku buatin minum sebentar."

Elgo segera menatap Sia, lalu berseru dengan lantang, "nggak usah, aku ke sini bukan mau numpang minum, tapi mau ketemu kamu."

Sia seketika langsung tersipu, ia mengangguk sebanyak dua kali.

"Kakak kalo ke sini harusnya kabarin aku dulu biar aku bisa siap-siap, soalnya dulu Elgi kalo mau ke rumah aku, dia selalu begitu. Dan kalo boleh, kakak kalo mau mampir ke sini, harus sore-sore karena—"

"Karena Elgi selalu datang sore, bukan pagi-pagi kayak gini?" Elgo berkata serius, lantas ia menghela napasnya kasar saat Sia mengangguk cepat dan itu tandanya ucapan Elgo sangat benar.

Elgo sudah meremas kantung yang berisi camilan ringan itu, mengeratkan jari-jemarinya di sana, rahangnnya mengatup rapat.

"Aku usahain datang sore lain kali, ini buat kamu," ujar Elgo, masih bersikeras menahan amarahnya.

Dengan senang hati Sia menerima camilan pemberian dari Elgo, ia pun langsung membuka barang pemberian cowok itu, wajahnya berubah menjadi cemberut sampai membuat Elgo bertanya-tanya sendiri.

"Kamu kenapa? Nggak suka?"

"Bukan gitu, ini pasti harganya mahal, banyak juga kak."

Elgo tersenyum, "nggak kok, itu buat kamu, sengaja aku belikan yang banyak. Jadi kamu nggak usah merasa nggak enak sama aku, sekarang aku pacar kamu, cukup lihat aku aja, jangan lihat yang lain, apalagi harus menyebut nama cowok lain dihadapan aku."

Sia menyerngitkan keningnya dalam, ia mengangguk saja walaupun sepenuhnya ia sendiri tidak paham akan perkataan Elgo. Terlalu sulit dimengerti, terlebih lagi cowok dihadapannya ini berkata sangat cepat, sulit bagi Sia untuk memprosesnya.

"Tapi lain kali nggak usah bawa banyak kayak gini kak," ucap Sia lesu.

Sedetik setelah itu Elgo langsung menyangkalnya, "karena Elgi lagi?"

Dan, lagi dan lagi tebakan Elgo sangat benar, Sia mengangguk. Elgo tidak tahu kenapa Sia selalu berkata seperti itu? Apakah gadis itu tahu kalau hati Elgo sangar terluka saat Sia menyebut nama Elgi dihadapannya?

Dan, apalah Elgi terlalu sempurna sampai Elgo harus bertindak sama seperti dengan cowok itu?

"Kak Elgo kenapa diem mulu?"

If I Don't Hurt You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang