47 (END)

1.9K 94 2
                                    

Setelah berpenampilan cukup rapi, Sia pun langsung menuju kamar mamanya, ia ada perlu dengan Elgi, entah kenapa, tiba-tiba saja Elgi meminta dirinya untuk bertemu di taman kota seperti biasa. Akhir-akhir ini, Sia juga sepertinya sering ke tempat itu.

"Ma, Sia pergi keluar dulu, ya?" Pamit Sia ketika ia berdiri di ambang pintu kamar mamanya. Wanita yang tengah duduk di kursi rias itu menatap Sia dari pantulan cermin.

"Mau ke mana? Mama juga mau pergi kok, nggak sekalian bareng aja?"

Sia menggeleng pelan, "cuma pergi ke taman kok ma, nggak jauh juga," jelas Sia sembari tersenyum, kemudian ia teringat dan langsung menyambung kalimatnya. "Emang mama mau pergi ke mana?"

Wanita di depan cermin itu tersenyum kecil selagi memoleskan lipstik dibibirnya. Ia mengecap bibir, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Sia. "temen mama ada yang baru lahiran, mama mau jenguk dia ke rumah sakit."

Sia yang tidak tertarik dengan ucapan mamanya memilih untuk ber-oh ria. "Kalo gitu Sia pergi dulu ma."

"Iya, hati-hati, ya? Pulangnya juga jangan terlalu malam," pesan mama Sia dan Sia pun mengangguk sebanyak dua kali.

"Iya ma pasti Sia bisa jaga diri. Mama juga harus hati-hati di jalan," pesan Sia pula. Dan setelah mamanya menimpali perkataanya, Sia pun berbalik badan dan segera pergi ke tempat tujuan. Ia tidak ingin terlambat, ia tidak ingin pula jika Elgi sampai menunggunya dan Sia tidak mau merasa bersalah.

Sesampainya di sana, rupanya Sia salah. Meskipun ia sudah tergesa dan mempercepat langkahnya agar segera sampai, namun nyatanya saja ia masih terlambat. Elgi yang pertama kali sampai di tempat tujuan terlebih dahulu.

Sia mendekati cowok itu dengan perasaan campur aduk, merasa tidak enak karena membuat Elgi menunggu. Seperti biasa, Elgi duduk di kursi putih panjang yang selama ini menjadi tempat mereka berdua singgahi.

Elgi yang sudah sadar jika Sia sudah berdiri tidak jauh dari dirinya duduk, akhirnya ia pun langsung berdiri. Senyumannya mengembang lebar, "kamu udah datang? Ayo duduk," ujarnya semangat.

Sia mengangguk, setelah duduk di samping Elgi, Sia pun menoleh dan menelan ludahnya. "Maaf, aku terlambat," ucapnya menyesal.

Elgi hanya tersenyum tipis, "nggak kok, aku juga baru sampai. Nggak usah merasa nggak enak gitu, kayak siapa aja," candanya hingga mampu menerbitkan senyuman Sia lebih lebar lagi.

Sis tiba-tiba teringat sesuatu, tidak mau lupa, ia pun lekas bertanya kepada Elgi. "Kamu nyuruh kita ketemuan di sini mau ngomong apa?"

Sia melihat Elgi yang tersentak agak kaget, walaupun tidak terlalu kentara, tapi Sia masih bisa merasakannya. Elgi meringis, kemudian menatap Sia. "Ada yang bakal aku omongin sama kamu. Dan ini penting banget," ujar Elgi.

Sia menyipitkan matanya, meneliti wajah Elgi yang kini berubah menjadi gurat serius. Sia pun menelan ludah, entah kenapa hatinya tiba-tiba saja merasa gundah dan tidak tenang.

Sia memalingkan wajahnya ketika tiba-tiba Elgi menggenggam tangannya dengan erat. Sia terkejut, tentu saja, perlakuan itu tidak ia sangka sebelumnya. Hanya cuma genggaman tangan hangat seperti itu sudah membuat Sia salah tingkah sendiri. Bisa dibuktikan dengan pipinya yang berubah merona.

"Iya, mau ngomong apa? Bakal aku dengerin kok."

"Aku sayang kamu," ujar Elgi serius, menatap lebih dalam pada bola mata Sia.

Sis mengangguk mengerti, "iya, aku percaya kok. Aku juga sayang sama kamu Elgi."

Elgi tersenyum manis bahagia, ia memejamkan matanya sebentar untuk merilekskan tubuhnya. "Aku nyuruh kamu datang ke sini buat jelasin semuanya, aku mau kasih tahu alasan kenapa aku pergi waktu dulu."

If I Don't Hurt You (END)Where stories live. Discover now