42

1.9K 90 0
                                    

Kenapa rasanya begitu sangat memuakkan ketika Sia mendengar dari bibir Elgo bahwa cowok itu tidak lupa siapa Sashi? Sia tentu saja iri, yang pasti sekarang ia sungguh tidak rela bahwa Elgo menjadi lebih dekat dengan Sashi. Mulutnya memang pernah mengatakan jika ia sudah tidak suka Elgo, tapi apa kabar dengan hatinya? Perasaan tidak mudah untuk dibohongi, sebenarnya Sia masih berharap kepada Elgo.

Saat bel istirahat sudah berdering, Sia memutuskan untuk menemui Sashi. Ia harus melaksanakan janjinya, meskipun sebenarnya ia enggan. Tapi Elgo ingin bertemu dengan Sashi, rasanya begitu kejam jika Sia tidak menyampaikan berita ini.

Sia juga percaya jika Sashi pasti akan sangat senang mendengar berita ini. Seniornya itu sudah suka sejak lama dengan Elgo. Kegigihan cewek itu untuk menunggu Elgo patut diacungi jempol. Sashi adalah salah satu most wanted di sekolahnya, banyak pula cowok-cowok yang ingin menjadi pacarnya. Tapi tujuan Sashi tidak pernah luntur, ia suka Elgo dan akan terus menunggu Elgo. Hanya saja, kadang Sashi salah dalam bertindak.

Sebenarnya otaknya masih Sia gunakan untuk berpikir lebih jauh lagi. Ia sungguh bingung, rasanya sangat tidak masuk akal jika Elgo malah mengingat Sashi. Semuanya hilang, hanya Sashi seorang yang masih tertahan di memori otak Elgo. Maksud dari cowok itu mengatakan Sashi adalah pacarnya juga masih belum jelas maksudnya. Semuanya terasa ambigu, dan itu benar-benar menyiksa Sia.

Mungkin memang inilah saatnya Sia harus benar-benar merelakan. Elgo bukan orang yang tepat ataupun cocok untuk dirinya. Ia hanya benalu yang muncul dikehidupan Elgo. Mungkin pertemuan pertama kali dengan cowok itu memang bukanlah takdir yang semestinya harus dijalani.

"Kak Sashi!" panggil Sia keras, ia sedikit berlari ketika pandanganya menatap Sashi yang hendak menaiki anak tangga. Sia berusaha agar tidak takut, lagipula ia membawa berita yang akan membuat Sashi senang bukan main.

Kaki Sashi berhenti secara mendadak, tubuhnya bergerak dan berputar. Keterkejutannya ditandai dengan bola mata yang melotot. Sashi memandangi Sia dengan matanya yang tajam. Ini untuk pertama kalinya Sia berani memanggil nama seniornya itu.

"Kenapa lo nyari gue? Mau cari ribut lagi ha?" tanya Sashi nyolot, ia melipat kedua tangannya di depan dada. Cewek itu seorang diri, entah ke mana perginya Rena dan Selly yang biasanya selalu di belakang Sashi.

Sia agak gugup ternyata, ditatap sebegitu menyeramkan dari raut wajah Sashi membuat ia kehilangan kosa kata yang akan meluncur bebas dari bibirnya. Padahal, sebelumya Sia sudah tekankan pada dirinya agar tidak usah takut. Ia tidak mencari masalah di sini.

Perlahan, Sia menarik napas panjang, lalu berkata hati-hati. "Ada yang aku mau bicarakan sama kak Sashi," ucapnya akhirnya.

Sashi masih setia dengan muka muaknya kala melihat Sia. "Mau ngomong apaan? Buruan gue mau ke kelas!" teriaknya sarkastis.

Sia langsung menelan ludah, padahal Sashi hanya mengeluarkan gertakan semata. Setelah tersentak kaget beberapa detik, akhirnya Sia pun berbicara. "Aku nggak bisa ngomong cepet kak. Ada banyak yang mau aku bahas sama kak Sashi."

"Udah gue bilang kalo gue nggak ada waktu! Lo mau gue tampar lagi?!" Sashi turun dari undakan tangga dan berdiri tepat dihadapan Sia, sorot matanya semakin menyeramkan saja. Matanya yang melotot seringkali membuat Sia menahan napas karena takut.

"Ini soal kak Elgo, dan kak Sashi harus benar-benar dengerin aku ngomong," terang Sia seraya menunduk dalam. Ia tidak berani menatap bola mata Sashi yang sangat tajam.

Meskipun perlahan, perkataan Sia itu sukses membuat ekspresi Sashi yang sebelumnya sangat jengkel berubah melunak. Ia menatap Sia seperkian detik sebelum akhirnya menyeret tangan Sia dengan kasar.

Sia melolot, Sashi akan membawanya ke mana? Saat ini Sia takut dengan pikirannya yang tidak-tidak. Ia sudah berpikir negatif.

"Kak, aku mau di bawa ke mana?" tanya Sia takut-takut, berusaha mengendalikan diri agar tetap tenang. Tapi bagaimana juga ia panik. Diseret Sashi seperti ini siapa yang tidak takut?

"Diam aja deh lo!" bentak Sashi.

"Kak please, jangan apa-apain aku kak," racau Sia ketakutan. Ke mana ia akan di bawa? Bagaimana jika Sashi mengunci dirinya di toilet? Atau gudang sekolah yang gelap gulita itu? Sia menggeleng, meskipun ia sudah berusaha menepis pikiran buruk itu, tapi tetap saja ia merasa takut.

"Udah, buruan lo ngomong! Elgo kenapa?" tanya Sashi setelah melepaskan tangan Sia. Cewek itu bersilang dada, seraya mengangkat dagunya tinggi dan memandangi Sia dengan sorot matanya yang lagi-lagi membuat Sia menelan ludahnya dengan kasar.

Sia menatap sekelilingnya, astaga! Ia akhirnya bisa bernapas dengan lega. Pikirannya saja yang rupanya terlalu buruk untuk menanggapi sesuatu. Sia menetralisir napasnya yang memburu, rupanya Sashi membawa dirinya ke taman sekolah.

"Hei buruan lo ngomong! Kenapa malah bengong aja sih!" ujar Sashi, ia mendorong bahu kanan Sia hingga gadis itu tersentak dan kembali pada kesadarannya.

"Eh? Iya kak."

"Ya udah buruan!" gertak Sashi tidak tahan.

Sia mula-mula menghirup napas panjang, ia pun menatap sekeliling terlebih dahulu. Kemudian ia tersenyum kecil, "duduk di kursi aja kak biar nyaman." Tanpa menunggu jawaban dari Sashi, Sia pun sudah beringsut mendaratkan bokongnya di salah satu kursi taman tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi.

Sashi berseru frustrasi. Ia mengentakkan kakinya kesal, namun tetap mengikuti Sia. "Elgo kenapa?!"

Sia menunduk sesaat, "itu kak, kak Elgo mau ketemu kak Sashi," ujar Sia pelan.

Sashi membuka mulutnya tidak percaya, "ha? Yang benar aja lo kalo ngomong?! Mau ngapain Elgo minta ketemu sama gue?"

Sia mengigit bibir bawahnya, "sebenarnya kak Elgo hilang ingatan kak," adu Sia akhirnya. Tidak ada gunanya untuk menutup satu fakta ini, cepat atau lambat Sashi pasti akan tahu.

"Apa?! Elgo hilang ingatan? Gara-gara jatuh dari tangga?" Sashi terkejut, rahangnya seketika itu juga mengeras.

Tak tahan lagi, Sashi menarik rambut Sia dengan kasar hingga Sia berseru kesakitan. "Lo itu tolol banget sih! Lo lihat? Akibat perbuatan elo, Elgo jadi kayak gitu! Lo emang nggak punya perasaan banget tahu nggak?!"

"Kak lepasin dulu, sakit kak," pinta Sia memohon.

Sashi mendengkus panjang, terpaksa ia mendorong tubuh Sia hingga posisi Sia tergeser sedikit, "cepetan jelasin semuanya sebelum gue tambah marah sama lo!"

"Kak Elgo hilang ingatan sementara kak. Itu kata dokter, tapi semalam aku ke sana, kak Elgo juga nggak ingat siapa aku. Bahkan kak Elgo nggak tahu kalo aku orang yang dorong dia. Tapi—" Sia menjeda kalimatnya, ia menarik napas lebih panjang lagi.

"Tapi apa? Cepetan ngomong! Jangan setengah-setengah gitu!" Sashi mencengkram kedua bahu Sia seraya mengguncangkan tubuh gadis itu dengan kasar dan keras.

Inilah saatnya, Sia harus jujur semuanya walaupun hatinya nyeri. "Kak Elgo lupa semuanya kak, butuh waktu untuk mengembalikan agar ingatannya sembuh total. Tapi, cuma satu nama yang masih kak Elgo ingat, yaitu kak Sashi. Kak Elgo cuma ingat kakak."

Sashi melongo, sementara matanya mengerjap tidak percaya. "Elgo cuma ingat gue? Seriusan lo?"

Sia mengangguk, "aku nggak mungkin bohong kak. Makanya itu, aku nemuin kak Sashi, mau ngomong ini. Kak Elgo nyuruh aku buat nyampein ini. Kak Sashi di suruh kak Elgo buat ketemu di rumah sakit karena kak Elgo kangen kakak, pengin ketemu sama kakak katanya."

Bagaimana hati Sia berderak ngilu ketika mengatakan kalimat tersebut. Hatinya patah, dan Sia merasa bahwa dirinya tidak memiliki sebuah harapan lagi.

If I Don't Hurt You (END)Where stories live. Discover now