27

2.4K 129 0
                                    

Elgo langsung memutar tubuhnya, kepalanya kembali menoleh ke belakang saat pekikan dari Rena menginterupsi langkahnya.

Mendesah sangat kasar, Elgo memutuskan untuk berjalan ke arah cewek itu. Entah kenapa ia selalu tidak tega seperti ini.

"Lo kenapa?" tanya Elgo begitu sampai di hadapan Rena, gadis itu masih memekik, tangannya memegang perutnya.

"Perut gue sakit banget Go. Tolongin gue," racau Rena, ia sangat berharap jika Elgo mempercayainya.

"Gue temenin lo ke UKS."

Elgo berjalan mendekat, menyambar lengan Rena, belum satu langkah terseret maju, Rena sudah menahannya. Sepasang alis Elgo menukik, mencoba mencari kebohongan lewat mata cewek itu.

"Nggak usah repot-repot Go, gue bisa sendiri. Lagian kunci motor gue belum ketemu. Lo tolong cariin itu aja, gue bakal pergi sendiri," jawab Rena, dan mendapati jawaban desahan berat dari Elgo.

Sampai detik ini, Elgo belum bisa mencari titik kebohongan dari Rena. Sejurus kemudian ia hanya mengangguk setuju, walaupun rasanya sangat malas untuk mencari barang yang menurut Elgo tidak ada itu.

"Beneran go, lo mau? Makasih banget," pekik Rena dengan histeris, ia melompat kecil, tangannya membungkus lengan Elgo yang kekar.

"Yakin lo masih sakit? Ngapain lompat-lompat?"

Kali ini sebuah bentuk gelombang muncul dikening Elgo, ia merasa heran, tingkah cewek itu sangatlah aneh, menit yang lalu dia merintih kesakitan, tetapi coba apa yang Elgo dapatkan sekarang? Rena malah bertingkah seolah tubuhnya merasa baik-baik saja. Bukannya hal itu sungguh membuat Elgo curiga?

"Eh maaf, iya gue masih sakit banget nih Go. Gue pergi dulu ya, Go. Gue harap lo bisa diandalin, selepas gue kembali, lo udah temukan kunci motor gue."

Elgo mengangguk malas.

Setelah itu Rena berjalan keluar dari gudang itu, sesekali ia melirik Elgo yang masih memporak-porandakan tempat itu.

Senyum sinis Rena seketika tercipta lewat sudut bibirnya yang terangkat ke atas begitu ia sudah berdiri di ambang pintu. Dalam satu hentakan, tiba-tiba pintu tertutup begitu rapat sampai suaranya terdengar sangat keras.

Rena segera mengunci pintu itu, sama sekali tidak peduli dengan keadaan Elgo di dalam sana. Yang paling penting untuknya adalah ia sudah melancarkan tugasnya dari Sashi. Di depan pintu, dengan tatapan yang masih mengarah ke sana, Rena berkacak pinggang.

"Bye bye Elgo, gue pergi dulu, ya? Sampai lumutan juga lo nggak bakal nemuin kunci motor gue." 

Rena mulai melangkah menjauh dari gudang ini disusul decakan singkat yang keluar lewat bibirnya. Ia berhasil memasang wajah pura-pura barusan. Dan sebelumnya ia sama sekali tidak percaya bahwa Elgo akan mempercayainya begitu saja.

Sementara itu, masih didalam gudang yang gelap itu, Elgo berusaha mendobrak pintu yang sudah dikunci. Sampai tendangan ke sepuluh juga pintu tak kunjung terbuka. Elgo berdecih, rahangnya mengatup sangat rapat. Tangannya mengepal dan sejurus setelah itu ia meninju tembok dihadapannya.

Elgo frustrasi, berani-beraninya cewek itu telah membohonginya, sejak awal seharusnya Elgo harus curiga. Ia berdecih lagi, meringis sesaat, lalu tangannya mengambil ponsel yang untungnya ia bawah disaku celananya. Elgo segera menekan senter dilayar ponselnya itu karena ruangan yang sangat pengap ini sangatlah minim penerangan.

If I Don't Hurt You (END)Where stories live. Discover now