12

4.1K 191 0
                                    

"Hai Elgo!"

Dengan sepasang senyuman yang amat sangat lebar, Sashi melambaikan tangannya dengan manja, lalu dilanjutkan mengedipkan sebelah matanya. Mau tak mau juga, Elgo segera tersenyum, sebetulnya ia risi sekali. Bagaimana tidak? Setiap hati ia selalu dihampiri oleh nenek lampir satu ini.

Elgo sudah menolak Sashi saat cewek itu menembaknya, Elgo tidak suka sama sekali. Terlebih yang paling mencolok ialah sifatnya, Elgo tidak tertarik dengannya. Lagipula, siapa yang mau pacaran dengan orang yang suka menindas seperti cewek itu?

"Gue mau ke kantin, lo bisa lepasin tangan gue?" Elgo mencoba berbicara sehalus mungkin, sekarang tangan Sashi sedang bergelantung manja dilengannya yang kekar.

"Gue ikut dong, makan bareng yuk!"

Elgo meringis pelan sambil mencoba melepaskan rangkulan Sashi. Cowok itu sungguh tidak mau diganggu olehnya. Menyebalkan sekali.

"Sori gue nggak bisa, udah ada janji, bye!" Setelah kalimat itu terucap, dengan segera Elgo langsung cabut menghindar dari Sashi.

Di tempatnya, Sashi menggerutu tidak jelas, ia menginjakkan kakinya berulang kali di lantai. Penolakan dari Elgo sungguh membuatnya sebal. Sashi hanya ingin dibalas perasaaan sukanya. Kenapa rasanya susah sekali?

Elgo seratus persen tidak berbohong, ia memang ada urusan. Dengan langkah kaki yang lebar, cowok itu terus melangkah menuju pos satpam sekolah. Ia ada perlu dengan bapak cungkring itu, ini bukan si cungkring Pak Rozi, ini lain orang lagi. Hanya saja mereka berdua sama-sama tidak memiliki gumpalan lemak dalam tubuhnya.

Setelah sampai, dengan segera Elgo mengetuk jendela kaca, terlihat Pak Tegar sedang menulis sesuatu dibuku tulis, Elgo tidak terlalu kepo, ia kemudian mengendikkan bahu tak acuh. Sedetik setelah ketukan ke delapan berbunyi, wajah satpam cungkring itu terpapar ke arah Elgo, dia menatap Elgo dengan dahi bergelombang.

"Ada apa?" tanya satpam sekolah itu, dia memang terkenal judes. Sama sekali pelit dalam urusan yang namanya ijin. Pak Tegar selalu tidak mengijinkan siswa dan siswi keluar jika ada urusan yang penting dan mendesak. Menyebalkan sekali memang.

"Saya mau ijin—"

"Nggak boleh, sana balik ke kelas!"

Lihat saja itu, Elgo sama sekali belum menuntaskan kalimatnya, dengan wajah tegas dan sangarnya, Pak Tegar sudah menyela dengan cepat. Elgo lantas menghela napas berat sembari mengedarkan ekor matanya ke sekitar. Tak lupa, ia juga berkacak pinggang. Sepertinya satpam satu ini harus diberi pelajaran sekali-kali. Padahal di sini, Elgo tidak benar-benar mau ijin keluar, ia hanya mengetes satpam itu saja. Dan benar saja, pak tua itu tidak pernah berubah.

"Saya cuma mau ijin masa nggak boleh sih pak?" Elgo berkata ketus sembari melempar tatapan sinis tak suka kepada Pak Tegar.

"Ya memang nggak boleh, keputusan saya udah bulat dan nggak bisa diganggu gugat, lebih baik kamu balik ke kelas, atau saya tulis nama kamu dan saya serahkan ke guru BK. Mau kamu saya lakuin hal macam itu?"

"Rewel banget nih bapak kayak bayi yang nangis minta diganti popok, saya cuma mau ijin ambil bekal. Tadi ada artis ke sini titip bekal buat anaknya, kan?" celetuk Elgo dengan asal.

"Artis dari Hongkong? Itu cuma ibu-ibu yang nitip bekal buat anaknya. Tapi tunggu, wajahnya cantik sih, glowing-glowing gimana gitu!" Satpam sekolah menyebalkan itu terkikik kecil hingga senyum sinis Elgo terangkat.

If I Don't Hurt You (END)Where stories live. Discover now