20

2.8K 132 0
                                    

Kaki panjangnya masih Elgo gunakan untuk berlari, menghindar dari Sashi adalah tujuan utamanya, Elgo sama sekali enggan bertemu dengan cewek itu. Sifatnya yang suka menindas membuat dirinya kesal, untung saja dengan kedok kelelawar berkepala manusia dapat membohongi Sashi, awalnya Elgo tidak yakin cewek itu gampang dibohongi, namun nyatanya saja Elgo berhasil. Selepas itu ia cepat-cepat pergi dari hadapannya.

Napasnya sudah ngos-ngosan, lalu sekitar lima menit ia berlari, Elgo menghentikan kegiatan balap lari yang diikuti oleh dirinya sendiri. Lututnya terasa sedikit pegal, lantas ia memijitnya sebentar. Selang beberapa detik berikutnya, tubuhnya kembali tegap, sorot matanya menengadah ke sembarang arah, memastikan dirinya sekarang berada di mana.

Elgo baru menyadari kalau dirinya sekarang berpijak pada lantai perpustakaan, ia kemudian tidak langsung balik, langkah kakinya malah menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruangan yang cukup besar ini, didalam sana juga terdapat AC, dan yang paling penting dan utama, perpustakaan ini merupakan tempat yang banyak diminati para siswa. Bukan, bukan berarti mereka gemar membaca buku, selain kutu buku, tempat ini juga menjadi ajang berburu WiFi bagi anak-anak yang miskin kuota. Terlihat muka-muka gratisan memang, entahlah tetapi memang itulah kenyataan. Elgo terkadang juga melakukannya.

Satu lagi, mungkin keberadaan dirinya di tempat ini tidak diketahui oleh Sashi. Ya, Sashi tidak mungkin melangkah masuk ke sini. Setelah melewati pintu kaca, Elgo langsung berjalan ke arah Bu Junet, penjaga perpustakaan.

Brak!

Dengan tidak sopannya Elgo menggebrak meja dengan suara yang sungguh nyaring, tentu saja semua penghuni perpustakaan langsung berpusat ke arah sumber suara itu lantaran terkejut, keadaan yang sebelumnya hening seketika berubah menjadi sedikit pecah. Setelah menggebrak meja dengan tanpa malunya Elgo malah menunjukkan cengiran mulutnya, bibirnya yang merah muda itu tertarik ke atas.

Bu junet sudah menghela napasnya, di sini dialah yang paling kaget, dirinya sampai tak menyadari kedatangan Elgo dan tiba-tiba saja cowok itu menggebrak meja, fokus Bu junet sekarang terarah ke arah cowok itu.

"Elgo, kamu itu kebiasaan ya!" pekik Bu junet seraya memijit keningnya, mendadak saja rasa pusing langsung menyerangnya.

Masih dalam senyuman tebar pesona, tatapan Elgo tidak mau beralih dari Bu Junet, ia tersenyum polos lalu menyeret kursi ke belakang, dalam satu tarikan napas ia sudah mendudukkan bokongnya di sana, lalu ia bertopang dagu dengan mata yang hampir menyipit menatap Bu junet.

Aneh sekali, Bu junet kemudian kembali membuang napasnya, kali ini disertai dengan putaran bola bola matanya.

"Kamu mau ngapain di sini, jangan senyum-senyum terus nanti saja diabetes," ujar Bu junet secara gamblang, tak mungkiri, memang senyuman Elgo memabukkan seperti itu. Manis sekali.

"Ibu bisa aja deh, saya manis kayak apa Bu? Permen karet? Gula? Atau biang gula?" Elgo terkekeh kecil, masih tertahan pada topangan dagunya.

"Terserah kamu lalu, mau apa ke sini?"

"Mau apa, ya? Saya lupa soalnya lihat wajah ibu yang—"

Belum juga ucapannya tertuntaskan, pipi Bu Junet sudah mengeluarkan semburat merah, ia merasakan sesak napas yang mendadak menyerangnya, pacuan jantungnya sudah tidak bisa diajak berkompromi.

Pipi Bu Junet yang merah merona itu dapat disadari oleh Elgo dengan cepat, ia tersenyum kecil, walaupun umurnya sudah tidak muda lagi, guru satu ini memang senang kalau sudah dipuji seperti itu. Oh, sedikit informasi, Bu junet itu guru PPKN yang merangkap menjadi penjaga perpustakaan. Beliau tidak sendiri menjaga dan mengurus tempat ini, ada dua penjaga perpustakaan lain yang masih sibuk menyusun buku di rak.

If I Don't Hurt You (END)Where stories live. Discover now