43

1.7K 81 0
                                    

Canggung sekali suasana di dalam mobil Sashi, dan ini untuk pertama kalinya pula Sia duduk di dalam mobil seniornya. Menyadari Sashi yang seringkali menindasnya tentu saja membuat Sia semakin kalut dan gemetaran. Sia menggigit bibir bawahnya, suasana bertambah hening karena Sashi sibuk menyetir, sementara Sia yang duduk di sebelahnya memilih menyibukkan diri memandangi jalanan lewat kaca mobil.

Sia menjadi menyesal ikut Sashi ke rumah sakit, dan pastinya ia akan bertemu Elgo lagi. Sia tidak masalah sebenarnya, tapi mama Elgo yang selalu bertindak kasar bahkan mengusirnya mentah-mentah menyebabkan nyali Sia bertambah ciut untuk menginjakkan kaki di ruangan itu lagi.

Sia menoleh pada Sashi. Ludahnya ia telan kembali. Meskipun ragu, tapi ia mencoba menekan pada dirinya agar berani berbicara.

"Kak Sashi." panggil Sia lirih.

Sashi langsung bereaksi, cewek itu menolehkan kepalanya ke samping.  Sorot matanya yang tajam menghunus Sia seperti biasa. Sashi tidak berbicara, namun dari gurat wajahnya sudah Sia ketahui bahwa kakak kelasnya itu butuh penjelasan mengapa namanya di panggil.

"Aku berhenti di sini aja, ya? Aku mau pulang, ada urusan mendadak yang harus aku lakukan," ujar Sia beralibi. Ia mencoba untuk tenang dan tidak panik agar Sashi tidak curiga.

"Terus gue gimana? Nggak jadi ketemu Elgo gitu? Bukannya lo yang ngomong sendiri kalo Elgo kangen dan pengin ketemu gue?" kata Sashi jengkel.

Sia menarik napas panjang. "Aku kasih alamatnya aja kak, nanti kak Sashi cari sendiri. Kalo bingung bisa tanya orang yang ada di sana," cicit Sia menjelaskan.

Sashi melotot, terlihat tidak setuju. "Nggak! Lo harus ikut! Gue nggak mau repot-repot tanya ini itu sama orang, nggak banget deh. Kalo ada lo, kenapa harus orang lain?!"

"Tapi kak aku—"

Ucapan Sia tidak terselesaikan dengan baik. Sashi sudah memotong dengan kalimat tegas, membuat Sia semakin takut.

"Udah deh, lo tinggal diem aja di situ, nggak usah banyak protes!"

Sia semakin mengkeret di tempatnya, ia langsung kicep dan tidak mempunya nyali cadangan yang bisa ia gunakan. Alhasil, Sia hanya bisa pasrah dan mengembuskan napas lelah. Selain tidak ingin dilempari omelan dan cacian dari orang tua Elgo, Sia juga tidak ingin Elgo begitu bahagia jika melihat Sashi nanti.

Membayangkan yang belum pasti terjadi seperti ini juga sudah membuat Sia semakin tidak tahan untuk pulang. Sashi pasti sangat senang, dan pastinya tindak tanduk mereka nanti akan menyebabkan dada Sia serasa sangat sesak.

Asik dalam pikiran liarnya itu, Sia sampai tidak sadar jika mobil Sashi sudah berhenti di parkiran rumah sakit. Sia tersentak ketika Sashi menekan klakson berulang kali.

"Ini bukan saatnya ngelamun, buruan turun!" ketus Sashi jengkel. Ia menatap Sia tajam lewat ekor matanya sebelum akhirnya ia turun terlebih dahulu dari mobil, di susul Sia tidak lama setelah itu.

"Yakin lo Elgo dirawat di rumah sakit ini? Kumuh banget gila, kayak nggak ada rumah sakit yang lebih elit dikit napa?" Sashi ngedumel, ia mencebikkan bibirnya kesal. Apalagi ketika pandangannya menatap orang sakit yang berlalu lalang. Hal kecil seperti itu sudah membuat Sashi kelabakan. Jika bukan demi Elgo, sudah dipastikan Sashi akan pergi sekarang juga!

"Iya kak, emang ini kok tempatnya. Aku udah ke sini, jadi nggak mungkin kalo aku salah."

"Keluarga Elgo kan, kaya, ngapain juga harus dirawat di sini? Pasti kualitasnya buruk, makanya Elgo nggak sembuh-sembuh!" balas Sashi ngotot. Air mukanya menatap sekelilingnya dengan pandangan jijik.

"Jangan nilai dari tempatnya kak, rumah sakit pasti usahain biar pasiennya cepet sembuh."

"Udah deh, cepetan tunjukin yang mana ruangan Elgo. Lo jalan dulu sana!" bujuk Sashi menarik tangan Sia dengan kasar.

If I Don't Hurt You (END)Where stories live. Discover now