2

22.1K 708 8
                                    

"Aku selalu didekatmu di manapun kamu berada. Bahkan kita lebih dekat dari kedekatan seutas benang dan jarum." ~ Elgi Bhumi Firasa

***

"Kenapa kau membawaku ke tempat ini El?" Kerutan terpatri dikening Sia. Ia menatap bingung kenapa Elgi membawa dirinya ke pekarangan padang rumput yang luas ini.

Elgi masih diam bergeming, menatap mata Sia dengan sayu, lalu sedetik kemudian ia tersenyum kecil. Tidak, Sia melihat senyuman yang begitu beda dari biasanya. Menurutnya, tingkah Elgi hari ini sangat jauh lebih aneh daripada hari-hari biasanya.

"Ih... ada apa si?" Sia menjawil lengan kokoh Elgi. Rasa penasarannya semakin membuncah.

Tangan Elgi bergerak menyentuh tangan Sia dengan erat, namun raut wajahnya masih tersenyum kearah cewek itu. Dia semakin bingung dengan tindakan Elgi kali ini, sungguh sama sekali tidak bisa ditebak.

Genggaman tangan Elgi semakin erat, tangannya yang berotot itu kemudian menariknya hingga lebih dekat. Elgi mulai berjalan maju, mau tidak mau Sia ikut melangkahkan kakinya karena tangan mungilnya masih setia berada digenggaman hangat tangan Elgi.

Sia hanya diam bergeming, mengikuti Elgi dari arah belakang, ia sungguh tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Elgi setelahnya. Yang Sia lakukan sekarang hanyalah menunggu cowok itu mengeluarkan suara.

Sesekali tatapan Sia terpaku menatap genggaman tangannya yang terpaut dengan tangan Elgi. Semburat merah mulai muncul dari pipi tirus Sia, entah kenapa Sia merasa nyaman oleh perlakuan Elgi kali ini. Bukan, bukan berarti selama ini Elgi memperlakukan Sia tidak sewajarnya, melainkan kali ini lebih romantis. Itu saja yang ada dibenak Sia.

Elgi memberhentikan langkah panjang kakinya, ia berbalik menghadap kearah Sia dengan senyuman yang lebih merekah dari sebelumnya. Bahkan senyuman itu lebih dari bunga matahari yang merekah pada pagi hari.

Tatapan mereka saling terkunci sesaat, Sia menatap wajah Elgi yang sangat berbinar dan tampan. Sorot mata yang Elgi pancarkan mampu membuat aura Sia tidak bisa mengalihkan sorot matanya. Ingin berpaling pun rasanya tidak bisa.

Elgi melepaskan genggaman tangannya secara halus, Sia peka akan hal itu, lantas ia membuka telapan tangannya.

"Elgi! kamu mau ngapain si ngajak aku kesini?" ulang Sia lagi. Entah itu menjadi pertanyaan yang keberapa yang Sia lontarkan untuk Elgi. Kekasihnya.

Elgi masih sama seperti tadi. Hanya dengan ulas senyum yang terpatri dibibirnya saja yang ia tunjukkan. Sia berdecih, menghela napas dalam-salam karena usahanya untuk merayu cowok itu untuk bicara terasa sangat sulit. Bahkan bisa dibilang mustahil.

Sia memalingkan wajahnya kesamping, ia sedikit kesal dengan tingkah Elgi kali ini. Sia butuh kejelasan, bukan hanya senyuman manis yang memabukkan.

Kedua tangan Elgi kembali bergerak, telapak tangannya yang halus itu kemudian mengangkat dagu Sia agar tetap menatap wajahnya. Refleks Sia mendongak keatas menatap wajah Elgi dengan tatapan datar.

Kedua jempol Elgi bergerak menjelajah setiap sudut pipi halus Sia, usapan yang begitu lembut itu membuat Sia tertegun, sedetik kemudian pipinya mengeluarkan semburat warna merah bak kepiting rebus.

Cukup lama Elgi melakukan hal yang menurut Sia sangat romantis itu. Tanpa ragu, tangan Sia bergerak menyentuh pinggang Elgi yang besar itu. Telapat tangannya meremas baju yang membaluti badan Elgi.

If I Don't Hurt You (END)Where stories live. Discover now