12. (Kim Fam) Hanya Rindu

293 29 7
                                    

Yang pertama kali Myungsoo lihat saat ia membuka mata adalah, sebuah cahaya putih yang menyilaukan mata. Myungsoo mengernyit, menutupi penglihatannya dengan lengan, meski lemah. Hingga saat matanya sudah terbiasa dengan cahaya yang masuk, ia menoleh ke sisi kanan atasnya, di mana sebuah infuse terpasang di sana, kemudian beralih pada tangan kirinya yang tertanam jarun dari infuse-an tersebut.

"Kau bangun?"

Suara tersebut menginterupsi Myungsoo. Seorang lelaki yang ia kenali masuk dengan segelas air minum di tangannya.

"Hyung, mengapa kau di sini?" tanya Myungsoo lemah.

"Kau pikir apa? Sungyeol harus ke pengadilan dan Sunggyu hyung sedang bertugas di ICU. Mereka menculikku dari restauran untuk menjagamu."

Myungsoo berusaha bangun meski sangat kesusahan. Tubuhnya terasa sangat berat dan kaku.

"Yak, katakan padaku, apa yang terjadi? Apa kau benar-benar tidak pernah makan beberapa hari ini? Heol, bagaimana bisa kau menahan lapar? Jika itu aku, mungkin aku sudah uring-uringan."

"Woohyun hyung, sebenernya aku lebih nyaman sendiri. Kau cerewet," gumam Myungsoo pelan, lantas menghela napas panjang dan mengembuskannya keras saat ia akhirnya bisa terduduk.

Lagian, tidak ada faedahnya Woohyun datang jika hanya duduk bersila di sofa, tak membantunya sama sekali.

"Aku sudah diamanatkan untuk menjagamu, jadi bagaimana pun aku akan tetap di sini sampai Sungyeol atau Sunggyu hyung datang." Woohyun menjawab ringan. Lelaki itu lantas mengambil remote dan menyalakan televisi di hadapannya.

Hening selama beberapa saat sampai akhirnya Woohyun kembali bersuara, "Myungsoo-ya, apapun yang terjadi, kuharap kau akan bertahan. Kau tahu, banyak orang di luaran sana yang telah mati malah ingin hidup lagi," ujar Woohyun tanpa menatap Myungsoo.

"Kau pernah bicara dengan orang mati?" Myungsoo membalas datar.

"Yak! Aku serius!" Woohyun menoleh kesal. "Maksudku, jangan pernah berpikir untuk mati. Jangan pernah berpikir untuk menyerah!"

Myungsoo tersenyum kecil mendengar penuturan lelaki di depannya tersebut, meski hatinya masih saja sakit. "Aku telah menyebabkan anakku meninggal dan telah menyakiti Kei. Apa aku masih berhak untuk hidup?" Myungsoo menatap lurus ke depan. Tatapannya kosong, sekosong hatinya saat ini.

***

Fajar mulai menyingsing di ufuk Barat dengan semburat kuning yang membias. Angin berhembus kencang menerbangkan anak-anak rambut seorang perempuan yang berdiri di sisi pagar pembatas atap. Di bawah, suara riuh kendaraan mulai terdengar, tanda bahwa aktivitas kota sudah berjalan.

"Nak, apa kau bahagia?" bisik perempuan itu.

Ia menghela napas, lantas menengadah menghirup udara segar pagi ini. Perempuan itu tersenyum lebar sampai kedua matanya tenggelam. Hingga sebuah panggilan masuk di ponselnya menginterupsi perempuan tersebut.

"Ya, Oppa---"

"Yak, Kei-ya! Kau sedang apa? Sudah menemukan teman kencan?"

Kei--perempuan tersebut, mengkerutkan kening mendengar pertanyaan aneh kakak sepupunya di seberang sana.

"Apa maksudmu? Teman kencan?"

"Ya. Berkencanlah dengan siapa pun atau segeralah menikah. Sungguh Kei, aku muak!"

Kei berjalan meninggalkan atap, memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku mantel sedang satunya lagi menggenggam ponsel di telinga.

"Ada apa denganmu? Ini masih pagi dan kau sudah marah-marah." Kei menggeleng kecil meskipun hal itu tidak akan terlihat oleh Honggi di seberang sana.

"Yak! Bagaimana aku tidak marah-marah! Suamimu itu--ralat, maksudku, mantan suamimu itu hampir setiap hari menerorku." Kei terdiam, bahkan tanpa sadar menghentikan langkahnya saat Honggi menyebut mantan suami yang notabene adalah Myungsoo. "Yang lebih parah, sekarang dia dirawat di rumah sakit tempatku bekerja. Kau tahu apa yang dia lakukan? Pagi-pagi sekali dia datang ke ruanganku dan bilang bahwa dia akan terus menggangguku sampai aku memberi tahu keberadaanmu."

"Dia sakit apa?" tanya Kei, alih-alih merespon kegundahan sepupunya.

"Y-yak. Kau malah menanyakan dia?" Suara di seberang sana terdengar terkejut.

"Apa dia sakit parah?" Kei kembali bersuara pelan. Tatapan mata Kei berubah nanar, sebuah luka tak kasat mata memantul dari pancaran matanya. "Apa dia makan dengan baik? Apa dia tidur dengan cukup? Bagaimana wajahnya? Dia tidak kurusan, kan? Seharusnya tidak. Dia tidak boleh melewatkan makan siangnya. Dia tidak boleh tidur larut. Dia...," Kei menghentikan ucapannya karena isakkan yang tertahan di tenggorokan.

"Kim Jiyeon," panggil Honggi di seberang sana setelah beberapa saat terdiam, mendengarkan racauan Kei yang begitu pedih. "Kau yang memilih berpisah darinya," lanjut Honggi, mengingatkan Kei.

Kei memejamkan mata, kemudian terduduk lesu di anak tangga. Tangisnya pecah. Hatinya sakit hanya karena sebuah kenyataan; dia merindukan Myungsoo.

"Hei, beberapa waktu lalu kau yang kukuh atas perpisahan ini bahkan saat kau tahu kau hamil," ucap Honggi lagi.

Kei memundurkan sedikit tubuhnya dari lutut, untuk sejenak menatap perutnya yang masih rata. Benar, ia mengandung anak Myungsoo. Kei tahu ia telah kalah telak dari Dain pada saat itu, itu sebabnya ia memilih bercerai. Kei yakin akan mudah baginya membesarkan anaknya sendiri ketimbang harus membesarkan anaknya dengan Myungsoo yang jelas mencintai wanita lain. Kei tidak ingin anaknya menjadi penghalang perceraian sehingga ia tak mengungkapkan hal itu. Lagi pula, kehamilannya telat ia sadari.

Tapi kini, kerinduannya begitu besar. Setiap kali Kei terbangun dengan mual yang hebat, kenangan Myungsoo yang datang membawa teh tawar untuknya teringat. Saat Myungsoo memeluk Kei yang lelah seusai morning sickness, dan Myungsoo yang setiap saat bertanya perihal keadaannya. Kei merindukan itu.

"Aku tidak menyesali perpisahan itu, Oppa. Aku hanya merindukan dia karena masih mencintainya," bisik Kei lirih. "Oppa, tolong pastikan dia baik-baik saja. Tolong pastikan dia bahagia."

"Kei...."

"Aku tutup. Aku harus masuk kerja sebentar lagi," ucap Kei lantas menutup sambungan tanpa mendengar dahulu jawaban dari Honggi.

Kei menggenggam ponselnya di dada, menangis dalam hening untuk waktu yang lama. Rindu telah menyakiti hati Kei semakin dalam. Namun Kei tidak bisa menghentikan hatinya untuk merindukan lelaki itu. Tidak.

***

Gomawo yang masih nunggu💓
Yoonae besok, ya!

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now