2. (Kim Fam) Menunggumu

272 39 10
                                    

"Oppa, kau akan menemaniku ke Dokter, kan, nanti sore?" Kei menatap Myungsoo dengan binar harap di kedua bola matanya.

Myungsoo yang tengah menyisir rambutnya berbalik untuk menatap Sang istri. Lantas ia tersenyum saat Kei berjalan ke hadapannya dan memasangkan dasi hitam di lehernya.

"Tentu. Jam berapa kita akan berangkat, Sayang?" tanya Myungsoo seraya mengacak rambut Kei.

"Aku membuat janji dengan Lee Honggi Oppa jam empat sore."

"Baiklah. Aku akan pulang setengah jam sebelum berangkat, ya?" Myungsoo kembali memasang senyuman manis yang selalu menghangatkan hati Kei.

Kei mengambil jas Myungsoo di dalam lemari. Kemudian kembali untuk memakaikan jas itu kepada suaminya. Tak ada keluhan apa pun selama ini. Kei selalu melayani Myungsoo dengan baik, memakai hati dan cintanya. Karena bagi Kei, Myungsoo adalah segalanya.

Kei ingat saat pertama kali ia bertemu Myungsoo. Laki-laki itu benar-benar rapuh, bahkan hendak melakukan percobaan bunuh diri. Beruntung Kei menemukannya dan membawa Myungsoo ke apartemennya. Menyadarkan laki-laki itu betapa berartinya sebuah kehidupan. Seiring berjalannya waktu, ia mulai menyukai lelaki itu. Menyukai segalanya.

"Oppa," gumam Kei. Ia mendekat dan memeluk suaminya. Menyimpan kepalanya di dada kiri Myungsoo. Mendengar suara jantung Myungsoo yang berdetak merdu bagai irama musik pengantar tidur. "Pekerjaanmu di kantor pasti sangat banyak, ya? Jangan kelelahan. Jangan lupa makan dan jangan lupa meminum vitamin."

Myungsoo mengelus punggung kecil Kei dengan sayang. Hatinya menghangat tetapi jantungnya mencelos. Ia benar-benar merasa bersalah karena kenyataan pada dirinya.

"Iya, Sayang. Kau tenang saja. Aku pasti menjaga kesehatanku." Myungsoo melepas pelukan Kei, memegang bahu wanita itu dan menatap perutnya yang rata. "Bagaimama keadaan si kecil?"

Kei langsung tersipu melihat tatapan Myungsoo. "Dia baik, Oppa. Dia tidak membuatku susah," dusta Kei. Pada kenyataannya, ia kelelahan seharian. Ia pusing dan merasa punggungnya rontok seharian, pusing yang tiada henti juga mual.

"Baguslah." Myungsoo berjongkok dan mengelus perut Kei, menghadirkan senyuman hangat di wajah cantik wanita itu. "Sayang, sehat terus, ya. Jangan menyusahkan Eomma. Appa berangkat kerja dulu, ya?" ucap Myungsoo seolah ia benar-benar berbicara dengan buah hati mereka. Dikecupnya dengan lembut perut Kei kemudian kembali mengusapnya sebelum ia berdiri.

"Aku akan membawakan tasmu hingga depan," ujar Kei, mengambil alih tas kerja Myungsoo dan menggandeng tangan lelaki itu. Semenjak hamil, Kei jadi lebih manja. Lihat, sekarang bahkan wanita itu tengah menyandarkan kepala di lengan kekar Myungsoo sambil mengendus bau khas suaminya.

"Baik-baik di rumah, ya, Sayang." Myungsoo mengecup kening Kei dan mengambil tasnya. Lantas lelaki itu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Kei yang masih tersenyum hangat.

Myungsoo memeriksa ponselnya dan membaca beberapa pesan dari Dain. Gadis itu meminta maaf karena hari ini masih belum bisa masuk kantor karena keadaan tubuhnya yang masih belum sehat seutuhnya.

Myungsoo memutar setir. Ia tidak bisa membiarkan Dain sendirian di rumah dalam keadaan sakit. Wanita itu pasti sulit melakukan apa-apa. Myungsoo tahu betul dengan sikap manja dan mageran gadis itu. Lihat, benar saja ketika Myungsoo masuk ke dalam rumah Dain, gadis itu sedang bergelung di atas kasur. Ia yakin Dain belum turun dari sana sejak ia meninggalkannya semalam. Mungkin saja dia juga belum sarapan.

"Dain-a," gumam Myungsoo, duduk di tepi ranjang gadisnya.

Dain membuka mata perlahan, dan kemudian terduduk dengan segera saat menyadari Myungsoo berada di sisinya.

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now