13. (Jeon Fam) Waktu Sendiri

378 71 15
                                    

Heutojineun baramgataseo
Itu seperti angin yang terpencar
Chajeuryeo haedo
Jadi aku mencoba untuk menemukannya
chajeul su eopsneun gil gataseo
Tapi itu seperti jalan yang tak bisa ditemukan
Meoreojineun inyeoneun
Aku tak bisa bertahan
Jabeul suga eopseoseo
Untuk menjauhi takdir
Geudaereul bonaeneun maeum
Jadi hatiku membiarkanmu pergi~

***

Jungkook menatap punggung ringkih Yein yang bergetar di depan makam ibunya. Hati Jungkook perih menyaksikan Yein yang begitu rapuh. Tapi sekarang, Jungkook tidak bisa menjadi orang yang merangkul dan memeluknya. Karena baru melihat Jungkook dari jarak beberapa meter saja, Yein sudah menghindar.

Sakit? Jelas. Jungkook sakit Yein menjauhinya seperti ini. Meski Jungkook juga bersalah, tapi ia tidak pernah berniat menyakiti Yein. Sungguh, Jungkook tidak tahu bahwa sikapnya begitu menyakiti Yein dan kini kesalahpahaman antar mereka mengantarkan pernikahan keduanya ke ambang perpisahan.

Jungkook tidak siap. Tidak siap untuk kehilangan Yein dan jauh dari anaknya.

"Yein," panggil Jungkook, saat Yein hendak pergi setelah meletakkan sebuket besar bunga di makam ibunya.

Seperti yang terjadi sebelumnya, Yein hanya menatapnya sekilas, kemudian pergi begitu saja tanpa menghiraukan Jungkook.

"Beri waktu Yein untuk sendiri." Sujeong, selaku sahabat Yein dan juga teman Jungkook, menepuk pundaknya pelan. Kemudian wanita itu mengikuti Yein, merangkul bahunya.

Kini Jungkook berakhir di kamarnya dengan tatapan hampa. Ia tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat. Semuanya membingungkan. Bagi Jungkook, ini hanya kesalah-pahaman, kenapa Yein harus membawa kata-kata perpisahan? Bukankah kesalah-pahaman dalam rumah tangga itu hal yang wajar? Jungkook bahkan berusaha memaafkan Yein yang begitu kasar.

Jungkook mengusap wajahnya dengan frustasi. Merasa bahwa kepalanya akan meledak saat ini juga. Bagaimana pun, hatinya tidak rela. Dan tidak akan pernah rela jika Yein benar-benar meninggalkannya.

***

Seolah tidak cukup hanya hati Yein, awan hitam juga ikut menangis di luar sana. Yein menyandarkan kepalanya pada kaca mobil, seraya menatap kosong jalanan yang ia lalui. Hatinya terasa sangat hampa, kosong, dan tak berwarna.


Mobil taksi yang mengantar Yein akhirnya berhenti di depan rumah bergaya minimalis yang sudah ia tempati beberapa bulan ini. Yein turun, tak berniat untuk mempercepat langkah saat ia masuk ke rumah, meski hujan membasahi bagian atas tubuhnya.

Yein kini sudah berdiri di depan pintu, menyaksikan dengan pedih tempat biasa ia berdiri mengantarkan kepergian Jungkook bekerja. Batinnya meringis pilu. Amat menyakitkan mengingat itu semua.

Perlahan, Yein memutar knop pintu rumah tersebut, dan ia disambut oleh kehampaan yang luar biasa. Setiap sudut ruangan rumah itu meninggalkan bayangan Jungkook. Jungkook yang memeluknya di ruang tv, Jungkook yang memasak di dapur, hingga Jungkook yang makan lahap di ruang makan.

Tidak. Yein tidak tahu sejak kapan memikirkan Jungkook jadi terasa sangat menyakitkan seperti ini. Dulu terasa menyenangkan hingga tak sadar Yein akan tersenyum. Dan sekarang, sangat menyesakkan sampai tak sadar air mata menyeruak jatuh.

Tak ingin lama-lama mengenang semua hal yang tak pantas dikenang itu, Yein berjalan semakin dalam, menuju kamarnya.

Langkahnya terhenti, saat di depan sana, di sudut ranjang yang kusut, seorang pria besar terduduk menunduk. Seolah baru menyadari kehadiran Yein, lelaki itu mendongak dengan kaget. Ia lantas berdiri, menghampiri Yein, tapi Yein mengabaikannya.

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now