5. (Bhuwakul Fam) Jangan Sakit

234 38 5
                                    

Pagi ini, Bambam terbangun sendiri. Dilihatnya Sujeong yang masih terlelap, tidak seperti biasanya. Bambam tersenyum sedikit, begitu tenang hanya dengan menatap wajah cantik Sujeong. Tak berselang lama, ia beranjak ke kamar mandi dan membiarkan Sujeong beristirahat lebih lama. Usai mandi nanti, Sujeong juga pasti sudah bangun. Wanita itu bukan tipe wanita pemalas, Bambam tahu betul.

Namun, perkiraannya meleset. Ketika ia usai membersihkan diri, Sujeong masih terlelap. Hati-hati, Bambam merangkak naik ke atas ranjang dan menatap Sujeong lamat-lamat.

"Jeong," panggil Bambam pelan, seraya mengusap dahi wanita tercintanya.

Terdengar lenguhan pelan yang keluar dari bibir Sujeong. Membuat Bambam menggeleng pelan, lantas ikut berbaring kembali di sisi Sujeong.

"Kau tidak akan bangun, hm? Ini sudah siang," bisik Bambam, memeluk pinggang ramping Sujeong dan mengecup pucuk hidung wanita itu.

"Bam, aku sangat lelah."

Bambam mengernyit dalam. Pasalnya ia heran, Sujeong lelah kenapa. Kemarin setelah dari toko ia pulang terlebih dahulu dan tidur masih di jam 9.

"Apa kau sakit?" tanya Bambam, menempelkan telapak tangannya di dahi Sujeong. Tapi suhu tubuhnya normal. Hanya saja, Sujeong sedikit berkeringat.

Sujeong menggeleng pelan. Setelahnya ia beringsut memeluk tubuh Bambam, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher lelaki yang resmi menjadi suaminya sejak beberapa bulan lalu tersebut.

"Jeong, jika kau sakit, ayo kita ke rumah sakit sekarang." Bambam mengelus dengan sayang punggung Sujeong.

"Tidak, Bam. Aku hanya lelah dan ingin beristirahat saja. Lima menit, ya. Lima menit saja, seperti ini," gumam Sujeong serak.

Bambam hanya bergeming, membiarkan Sujeong terlelap di pelukannya. Dalam hati, Bambam merasa takut. Takut jika Sujeongnya sakit, atau lebih parahnya akan meninggalkan Bambam seperti drama-drama yang pernah ia tonton.

Lama, Bambam hanya mengelus punggung kecil Sujeong, sampai Sujeongnya sendiri yang melerai pelukan dan menatapnya dengan tatapan sayu.

"Jangan sakit," bisik Bambam, mengelus pipi tembam Sujeong dengan ibu jarinya. Sungguh, Bambam lebih suka Sujeong yang selalu memarahinya daripada melihat Sujeong yang terlihat lelah seperti ini.

"Aku tidak sakit, Bam."

"Biar pun sakit, kau tidak akan memberitahukannya padaku, kan? Kau selalu saja seperti itu. Tidak pernah berubah," gerutu Bambam, turun dari ranjang dan berdiri di depan cermin.

Sujeong dengan lemah ikut berdiri, menghampiri suaminya.

"Duduk!" titah Sujeong, memegang bahu Bambam yang lebih jauh tinggi darinya.

Bambam dengan heran duduk di kursi depan meja rias. Tak lama, Sujeong mengambil sisir dan menyisiri rambut cokelat Bambam hati-hati.

"Kau harus tetap tampan," ucap Sujeong di sela-sela kegiatannya menyisir rambut Bambam. Ia menatap Bambam dari balik kaca dan tersenyum begitu indah. Lantas wanita itu memeluk leher Bambam. "Bukankah kita serasi? Meski aku belum mandi, tapi aku cantik."

Bambam tergelak, kemudian mencubit pipi Sujeong yang menggemaskan. "Ada apa denganmu pagi ini? Kenapa tiba-tiba kau bersikap manis begini?" tanya lelaki itu dengan cengirannya yang tak kunjung hilang.

"Tidak tahu. Entah kenapa aku hanya sedang ingin menyayangimu," balas Sujeong. Ia lalu mengambil lotion dan membantu Bambam mengoleskannya di tangan dan lehernya.

"Berarti kemarin-kemarin kau tidak menyayangiku?"

Sujeong terkekeh ringan. "Entah. Bisa iya, bisa juga tidak," ucap Sujeong dengan binar canda di kedua bola matanya.

"Jeong!" Bambam mendesis, dan Sujeong tertawa. Bambam lantas membawa Sujeong duduk di pangkuannya. Cukup lama, ia hanya menatap mata Sujeong dalam hening. Menyibak tirai demi tirai dari balik mata Sujeong yang menyembunyikan kegundahan hatinya.

"Aku tahu kenapa kau jadi manis pagi ini," tutur Bambam selanjutnya.

"Kenapa?" tanya Sujeong.

Bambam tersenyum, menarik Sujeong ke dalam dekapannya. "Dengar, Sayang. Aku tidak pergi lama. Aku janji akan bekerja segiat mungkin agar urusanku di sana segera selesai dan aku akan pulang dengan hati yang utuh untukmu."

Sujeong bergeming. Kedua bola matanya perlahan berkilauan, efek dari genangan air yang memenuhi pelupuk matanya. Sujeong selalu tahu, di balik sikap menyebalkan Bambam, dia adalah satu-satunya pria yang sangat mengerti dirinya, meski Sujeong tak mengatakan apapun.

"Kau tenang saja, jangan begitu takut kehilanganku. Meski aku tampan, berkharisma, baik hati, dan bersenyum menawan, tetapi hatiku begitu tulus padamu."

Sujeong melerai pelukan dengan paksa. Kemudian menatap Bambam kesal.

"Kenapa sikap percaya dirimu itu sangat tinggi sekali? Mengesalkan!" gerutu Sujeong yang lalu turun dari pangkuan Bambam.

Bambam tergelak karena galaknya Sujeong sudah kembali. Ia lantas menerima jas yang diberikan Sujeong dan memakainya.

"Aku akan menyiapkan segala keperluanmu. Pulanglah lebih cepat," gumam Sujeong.

Bambam memeluk singkat tubuh ramping Sujeong. "Kau memang istri terbaik yang Tuhan kirim untukku," balasnya.

"Ya, aku tahu." Sujeong tersenyum dengan semburat merah yang hadir di pipinya. "Aku akan membuat makan malam yang enak. Ingat untuk pulang cepat!"

"Hanya makan malam?" tanya Bambam. "Tidak ada menu selain makan malam?"

Sujeong merotasikan kedua bola matanya. Ia tahu betul ke mana arah pikiran suaminya. Sudah terlalu kebal Sujeong dikode-kode seperti itu oleh Bambam.

"Cepat berangkat!" seru Sujeong jadi agak kesal.

"Janji, ya, malam ini harus ada menu lain?" tanya Bambam sambil mengambil tas dan bersiap berlari karena Sujeong sudah menatapnya tajam. "Malam tadi kau tidur lebih dulu, jadi jatahku double untuk malam ini!" Kali ini Bambam benar-benar berlari karena Sujeong sudah ancang-ancang akan melemparinya dengan bantal guling.

***

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now