3. (Kim Fam) Aku Kehilangannya

245 48 12
                                    

Puter mulmed boleh, biar kerasa nyeseknya:))

***

Kei membuka mata perlahan, dan segera disambut oleh cahaya putih lampu yang terang. Pening di kepalanya begitu mendominasi, membuat Kei lagi-lagi harus memejamkan mata untuk menetralkan diri.

"Eonnie..."

Kei membuka mata kembali, kemudian menemukan Yein yang baru saja masuk bersama Sujeong. Pada saat itu Kei sadar, ia berada di suatu tempat asing dengan dinding serba putih dan horden biru. Tak perlu berpikir lama, Kei tahu ia di mana. Kejadian sebelum ia tak sadarkan diri juga berputar di kepalanya, membuat Kei meringis sakit di dalam hati.

"Kei eonnie, kau sadar?" Sujeong mendekat dan memberikan segelas air pada Kei, meminumkannya perlahan.

"In, Jeong," lirih Kei serak, menatap dua sahabatnya dengan sayu. "Bagaimana bayiku?"

Hening, baik Sujeong maupun Yein, tidak ada yang mau membuka suara, membuat Kei menatap keduanya khawatir.

"Yein-a, bagaimana dengan bayiku? Bagaimana keadaan kandunganku?" tanya Kei lagi. Saat Yein dan Sujeong malah saling menatap kebingungan, Kei semakin cemas. Susah payah ia terduduk.

"Eonnie, tenanglah dulu. Kau baru saja sadar." Yein berdiri di sisi Kei, menatap sendu eonnie-nya satu itu.

"Bagaimana aku bisa tenang? Kalian tidak mau menjawab pertanyaanku! Bayiku... apa ada sesuatu dengan bayiku?" jerit Kei frustasi. Ia sangat takut, takut akan sesuatu yang buruk terjadi pada anak di dalam kandungannya. Sungguh, apa yang akan terjadi pada hidupnya jika anak itu benar-benar...

"Eonnie, jangan seperti ini. Tenanglah, semua baik-baik saja. Dokter akan menjelaskan padamu semuanya secara detil." Sujeong mengusap air mata yang sudah meluruh di pipi Kei, sedangkan Yein juga sudah terisak seraya memeluk tubuh ringkih Kei yang bergetar.

"Tenang, Eonnie. Kami bersamamu," bisik Yein bergetar.

***

Myungsoo menatap ponselnya dengan nanar. Jantungnya seolah berhenti berdetak sesaat setelah panggilan dari Yein terputus. Kabar yang ia dengar benar-benar membuatnya merasa hampa. Istrinya, dan juga calon buah hatinya...

"Oppa," panggil Dain yang sejak tadi menatap kesal karena Myungsoo sama sekali tak menanggapi percakapannya barusan.

"Dain-a, aku harus pergi segera. Kau bisa pulang sendiri?" tanya Myungsoo dengan jiwa yang setengah remuk. Ditatapnya mata Dain yang memprotes meski ia menganggukkan kepala. "Maaf, nanti aku akan menemuimu lagi, ya?" Myungsoo mengusap puncak kepala Dain, kemudian mengecup keningnya singkat sebelum pergi terburu-buru.

Perjalanan menuju rumah sakit yang singkat terasa begitu lama. Myungsoo menghubungi Yein beberapa kali, dan panggilan yang terakhir, katanya Kei baru saja keluar dari ruang operasi. Entah bagaimana kabarnya, tetapi Myungsoo harap, semua akan baik-baik saja. Ya, ia harap semua tetap baik.

Ia sampai di rumah sakit, dan berlari panik menuju ruangan di mana Kei dirawat. Langkah demi langkah terasa begitu berat dan lambat. Bahkan semakin Myungsoo dekat menuju Kei, semakin pasokan oksigen itu menipis.

Ceklek.

Myungsoo terdiam di depan pintu ruang rawat inap Kei, saat seorang perawat keluar dengan beberapa berkas di dekapannya. Ia menunduk sebentar, kemudian berlalu. Sedangkan di dalam sana, dengan pandangan yang mulai mengabur oleh air mata, Myungsoo dapat menyaksikan istrinya, terduduk tanpa ekspresi di pelukan dua sahabatnya. Perasaan kalut semakin menyesakkan hatinya. Perlahan, dengan langkah goyah, Myungsoo masuk ke dalam sana.

"Sayang," lirihnya pedih, membuat tiga orang wanita di sana menyadari kehadirannya. Hati Myungsoo tercubit saat Kei menatapnya tanpa ekspresi. Namun dapat dipastikan bahwa wanita itu menangis beberapa waktu lalu. Sisa-sisa air mata di pipinya masih membekas.

"Eonnie, aku harus menemui Bambam di ruang sebelah. Kau yang kuat." Sujeong mengusap kepala Kei dan tersenyum sedikit pada Myungsoo sebelum berlalu.

Yein juga melerai pelukan dan menatap Kei dengan pedih. "Eonnie, jangan menangis lagi. Kau tahu, anakku juga adalah anakmu. Dia akan memanggilmu eomma, ne?" Yein tersenyum getir, kemudian meninggalkan Kei untuk berbicara dengan suaminya. Yang Yein tahu, di saat seperti ini, seorang istri hanya membutuhkan kekuatan dari suami tercintanya.

Myungsoo berjalan semakin dekat dan berdiri di sisi Kei yang masih menatapnya datar. Jantungnya mencelos menyaksikan tatapan itu. Dari kata-kata Yein tadi, Myungsoo dapat menyimpulkan. Ia tahu Kei pasti terluka karena hal itu.

"Sayang!" Myungsoo memeluk kepala Kei dan terisak keras di atasnya. "Maaf, maafkan aku. Ini salahku." Myungsoo mengecupi puncak kepala Kei dengan sejuta sesal yang menikam hatinya kuat-kuat.

Myungsoo benar-benar melupakan janjinya. Seandainya ia pulang dan menemani Kei saat wanita itu keluar untuk memeriksa kandungannya, Kei pasti tidak akan berakhir seperti ini. Ia tidak akan pergi sendiri dan mengalami hal malang ini.

"Ya, ini salahmu," bisik Kei datar. "Seandainya kau tidak pergi dengan wanita itu," lanjutnya, yang membuat Myungsoo bergeming kaku.

"Sayang, kau..."

"Kau tidak masuk kantor hari ini, kau tak mengangkat panggilanku, kau melupakan janjimu, itu karena wanita itu."

Myungsoo melerai pelukannya, kemudian berjongkok dan menatap wajah Kei. Namun Kei segera melengos, menyembunyikan buliran air matanya yang kembali menetes.

"Aku kehilangan anakku," lirih Kei lagi, yang lebih terdengar seperti bisikan yang menyakitkan. "Aku kehilangannya di saat aku mengejar Appa-nya." Kei mengusap perutnya dengan tangan bergetar dan tatapan hampa yang menyedihkan.

Myungsoo benar-benar terdiam sempurna. "Sayang, maaf." Ia menggigit bibir bawahnya dan menyentuh tangan Kei, tetapi wanita itu segera menepisnya dan menatap Myungsoo nyalang.

"Aku kehilangannya! Kau dengar itu? AKU KEHILANGANNYA!" jerit Kei keras, kemudian terisak sesak dan menenggelamkan wajah di antara lututnya yang ditekuk. "Anakku... anakku!" isak Kei sakit.

Myungsoo beringsut naik ke atas ranjang dan memeluk Kei dengan isakan yang berusaha ia redam. Ia telah menyakiti hati Kei dan menyebabkan anaknya pergi, bahkan sebelum ia bisa melihat keindahan dunia. Myungsoo merasa benar-benar jahat. Sangat jahat.

"Jangan seperti ini, maafkan aku. Maaf." Myungsoo memeluk Kei semakin erat saat tubuh Kei bergetar keras dengan isakan lirih yang menyayat hati.

Kei berhenti terisak dan mengangkat wajahnya, menatap datar ke depan. Dengan segera, Myungsoo meraih kepala Kei dan menenggelamkan pada dada bidangnya.

"Ini bahkan bukan baumu. Ini bau wanita itu," gumam Kei pedih.

Myungsoo meneteskan air mata dan memeluk Kei semakin erat. Jantungnya seolah ditikam ribuan benda tajam dan itu menyakitkan.

"Apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku, Sayang? Apa?" Myungsoo mengecupi rambut Kei, yang jelas membuat Kei semakin sakit. Kei yakin, pelukan ini tidak hanya Myungsoo berikan untuknya. Kecupan dan perlakuan lembut Myungsoo yang membuat Kei jatuh hati juga, mungkin Myungsoo memberikannya pula untuk wanita itu.

Setetes air mata Kei meluruh. Dengan hati yang amat terluka, Kei mendongak, menatap mata Myungsoo yang basah.

"Tinggalkan wanita itu."

***

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now