5. (Min Fam) Terlalu Baik untuk Disakiti

294 60 7
                                    

Pagi hari saat kuterjaga, kutatap Min Yoongi yang masih terlelap. Aku bergerak mendekat ke arahnya. Menatap lamat-lamat wajah lelaki yang terlelap damai tersebut. Perlahan, aku menyimpan punggung telapak tanganku di keningnya. Demamnya lumayan turun meski kuyakin belum pulih sepenuhnya.

Aku turun dari ranjang dan menaiki kursi roda menuju kamar mandi. Di depan westafel, aku berdiri dan mencuci muka. Menatap wajahku sebentar, kemudian menoleh dengan cepat saat pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.

Sontak aku memekik kaget saat Min Yoongi masuk ke dalam dengan gerakan lambannya.

"Ah, kau sudah bangun?" tanyaku basa-basi.

Aku mundur untuk kembali duduk di kursi roda, tetapi urung saat kulihat Yoongi terhuyung.

"Ya Tuhan!" pekikku kaget. Yoongi ambruk di lantai, bersama denganku yang berusaha menyelamatkannya tetapi gagal, karena beban tubuh Yoongi terlalu berat.

"Yoongi-ya, kau tak apa?" ucapku khawatir, seraya memeriksa keadaan Yoongi yang tergeletak. Ia masih setengah sadar, tapi sepertinya sangat kesakitan.

"Tunggu di sini," kataku lagi, kemudian berdiri dengan susah payah dan berjalan merayap memegangi dinding untuk pergi keluar kamar, memanggil Eomma.

*

Author PoV.

Yoongi menatap datar Jiae yang menaikkan selimut ke atas dadanya. Di sisi wanita itu, eommanya menatap khawatir.

"Yoongi-ya, apa perlu kita ke rumah sakit?" tanya Nyonya Min cemas.

Yoongi hanya menggeleng lemah dan kemudian memejamkan mata. Yoongi tak menyangka ia bisa selemah ini. Bahkan untuk menyangga beban tubuhnya sendiri ia tak mampu. Padahal hari ini ia harus terbang ke Swiss melakukan pertemuan dengan koleganya.

"Eomma," panggil Yoongi tiba-tiba. "Bisakah tolong beritahu Jimin untuk menggantikan aku pergi ke Swiss?" tanyanya lemah.

Nyonya Min tersenyum kecil lalu menjawab, "Jiae sudah menelpon orang kantor untuk menggantikanmu tadi. Tenang dan istirahatlah," balas Nyonya Min lembut.

Yoongi terdiam, lantas menatap Jiae yang juga hanya terdiam. Saat pandangan mereka bertemu, Jiae segera memutus kontak mata mereka dan memilih keluar dengan alasan akan membawakan persediaan air minum untuk Yoongi.

"Yoongi-ya!" panggil eommanya pelan, duduk di sudut ranjang dan menatap Yoongi dengan keibuan. "Tolong perlakukan Jiae dengan baik. Terima dia sebagai istri sahmu. Tidak ada wanita mana pun yang akan mengerti dirimu seperti Jiae. Tidak ada wanita mana pun yang akan sebaik dia."

Yoongi melengos lemah. "Aku tidak mencintainya, Eomma. Dan tidak akan pernah mencintainya," balas Yoongi.

Nyonya Min menghela napas gusar, menatap anak keduanya dengan sendu. "Mencintai atau tidak, itu soal hatimu. Tapi Eomma hanya meminta agar kau tidak menyakitinya. Dia terlalu baik untuk kausakiti, Yoongi-ya."

Yoongi tak menjawab, karena apa yang eomma-nya bilang memang benar, Jiae terlalu baik untuk disakiti. Tapi sungguh, alasan Yoongi menyakiti Jiae juga bukan karena ia membencinya. Ia hanya marah karena hadirnya Jiae membuat kisahnya dengan Nayeon berubah sulit. Juga, setiap kali menatap wanita itu, ada perasaan bersalah yang menikam batinnya kuat-kuat. Pada akhirnya Yoongi hanya ingin satu, Jiae segera sembuh dan pergi dari kehidupannya, sehingga ia tidak akan lagi dihantui rasa bersalah setiap kali menatap mata sendu Jiae dan kakinya yang lumpuh.

Eomma keluar dari kamar, tepat setelah Jiae masuk dengan nampan berisi seteko air dan sebuah gelas. Jiae tampak serius menyimpan teko dan gelas tersebut di atas nakas. Setelah selesai, ia bergerak mendekati Yoongi dan menatapnya, kemudian tersenyum ragu.

"Jika kau butuh sesuatu, panggil aku. Aku ada di balkon," ucap wanita itu dengan suara kecilnya.

Yoongi mengangguk pelan, lantas menatap Jiae yang bergerak menuju pintu yang menghubungkan ke balkon. Dari jendela yang terbuka, Yoongi bisa melihat bahwa perlahan Jiae berdiri di depan pagar besi. Tak ada yang dilakukan Jiae selama beberapa menit, selain hanya berdiri di sana. Dan Yoongi dengan setia terus memperhatikan Jiae dalam hening.

"Kenapa dia harus selalu setegar itu? Hidupnya seolah baik-baik saja, padahal ia kehilangan segalanya," gumam Yoongi, bermonolog.

Dilihatnya Jiae berbalik untuk mengambil sesuatu di kursi roda. Gadis itu terpeleset dan hampir saja jatuh, membuat Yoongi terhenyak kaget. Tapi ternyata, Jiae berhasil menyeimbangkan tubuhnya dan tidak jadi terjatuh. Yoongi bernapas lega. Ternyata Jiae mengambil ponsel dan juga headset di sana. Jiae kembali berdiri menghadap keluar, dan memasang headset di telinga. Diam-diam Yoongi tersenyum kecil saat melihat Jiae mengetuk-ngetukkan jarinya di atas pagar besi, menikmati musik yang ia dengarkan.

"Seandainya aku tidak mengenal Nayeon dan tidak membuatmu kehilangan segalanya, mungkin aku akan berpikir untuk mencintaimu dan menjadikanmu istriku yang sesungguhnya. Tapi realitanya tidak seperti itu. Jadi maaf jika aku terus berusaha menyingkirkanmu dari hidupku."

***

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu