8. (Kim Fam) Kalah Telak

235 45 6
                                    

Beberapa tahun lalu sebelum pernikahan...

Semilir angin musim dingin begitu menusuk, membuat Kei mengeratkan mantel semakin kuat. Jika saja bukan karena boss-nya memberi tugas dadakan, mungkin saat ini Kei sedang duduk di depan tungku api sambil meminum segelas kopi panas.

Halte bus begitu sepi, hanya ada Kei sendiri. Kei mengembuskan napas berkali-kali, menciptakan kepulan asap saking dinginnya udara.

Malam sungguh sunyi selama Kei menunggu bus, sehingga suara sekecil apapun mampu Kei dengar. Dan dari ujung jalan, dapat Kei lihat sebuah pemandangan mengejutkan. Suara-suara gaduh berupa makian juga terdengar samar-samar.

Kei beranjak, memastikan apa yang terjadi.

"Oh, Tuhan!" pekik Kei, melihat seorang pria dipukuli membabi buta oleh dua orang lelaki.

Buru-buru Kei berlari menghampiri pusat keributan, meski sebenarnya takut.

"Hentikan!" jerit Kei takut. Pasalnya, pemuda berkemeja merah sudah babak belur bukan main.

"Aku sudah memanggil polisi! Hentikan atau kalian..."

"Shit! Lain kali bersikaplah lebih sopan pada seniormu!" gertak seorang lelaki bertubuh besar sebelum meninggalkan Kei dan pria berkemeja merah.

Kei berusaha membantu pemuda itu terbangun, menyeka darah yang mengalir di hidung dan bibirnya menggunakan syal yang ia pakai. Lantas membawa lelaki itu ke bahu jalan.

"Kenapa kau bisa berkelahi dengan mereka?" tanya Kei, tetapi tak dapat jawaban.

"Ke mana kau pulang?" Kei bertanya lagi, sambil membalut luka di tangan kanan Myungsoo, lelaki itu, dengan syal putih miliknya.

"Jangan hiraukan aku. Pergilah." Myungsoo berkata datar, sedikit mendorong Kei menjauh darinya. Kemudian ia berdiri, tetapi terjatuh kembali.

Kei berdecak. Mendekati Myungsoo dan membantunya bangun.

"Kau akan mati jika keras kepala seperti ini." Kei menggerutu sesaat setelah mendudukkan Myungsoo di bahu jalan lagi.

Ingin rasanya Kei ikut memukul wajah Myungsoo karena lelaki itu begitu angkuh dan datar. Untung saja Kei bisa mengontrol emosinya.

"Maka biarkan saja aku mati."

Kei terbelalak. Ingin marah saja rasanya.

"Jangan mengoceh soal kematian." Kei membuka mantelnya, kemudian menyampirkan mantel tersebut di pundak Myungsoo, mengabaikan kenyataan bahwa sebenarnya ia juga kedinginan bahkan hampir membeku. "Jangan hanya pikirkan dirimu, tapi pikirkan perasaan orang yang akan kau tinggalkan juga. Mungkin, mereka akan sangat terpukul jika kaumati."

Kei duduk di sisi Myungsoo, menatap lurus ke jalanan yang hanya dilalui beberapa kendaraan.

Myungsoo menoleh untuk pertama kali. Menatap Kei lamat-lamat. "Kenapa membantuku?" tanyanya kemudian.

"Karena kau butuh bantuan."

"Aku tidak."

"Terserah. Yang kulihat kau butuh bantuan."

Kei berdiri saat melihat sebuah taksi dan menghentikannya.

"Naiklah, dan pulang dengan selamat!" Kei tersenyum, membantu Myungsoo masuk ke dalam taksi.

*

Saat ini Kei bergeming lemah, menatap nanar pemandangan paling menyakitkan di depannya. Cukup lama Kei hanya berdiri menyaksikan cinta yang begitu besar di antara Myungsoo dan Dain. Setelah dirasanya hatinya tak lagi sanggup, Kei berjalan pergi beserta air mata yang meluruh di pipinya.

Kei sudah lelah mempertahankan. Kei sudah lelah memperjuangkan. Nyatanya, hati Myungsoo tak pernah bisa ia dapatkan. Sejak dulu, Myungsoo hanya mencintai Dain, dan Kei-lah yang keliru akan kelembutan Myungsoo selama ini.

Di sini, hanya Kei yang mencintai Myungsoo sendirian. Kei membantu Myungsoo muda yang terpuruk, untuk bangkit dari pedihnya kegagalan cinta. Kei menggenggam Myungsoo, memberinya kekuatan, dan meyakinkannya bahwa cinta sejati itu ada. Ya, Kei bilang cinta itu adalah dirinya.

Namun semua itu salah. Myungsoo tak pernah bisa bangkit. Myungsoo hanya pura-pura selama ini. Pura-pura mencintai Kei, dan pada akhirnya kembali pada seseorang yang meninggalkannya.

Di sini Kei yang keliru. Di sini Kei yang salah. Dan Kei baru menyadari itu.

Yah, seandainya wanita yang Myungsoo kencani adalah orang lain, mungkin Kei tidak akan menyerah secepat ini. Tapi ini Dain, wanita yang Myungsoo cintai bahkan sebelum dirinya hadir. Tapi ini Dain, wanita yang Myungsoo cintai hingga memilih mati.

Kei kalah telak.

Lihat, bahkan janji pernikahan saja tak bisa meluruhkan cinta Myungsoo untuk Dain.

Kei kalah telak.

Dain terlanjur memiliki hati Myungsoo sepenuhnya. Tak memberi ruang sedikit pun untuk Kei.

Kei hanyalah labuhan sementara. Hanyalah labuhan untuk menyembuhkan luka, dan kemudian ditinggalkan untuk selama-lamanya.

Kei sadar sekarang. Kei mengerti. Dan sudah waktunya pergi, daripada terus menyakiti hati sendiri.

Kei sadar, sudah waktunya menyerah. Sudah waktunya berhenti. Sudah waktunya untuk lari, menghadapi kenyataan, bahwa ia hanya mencintai kebohongan yang Myungsoo ciptakan.

Kei akan menyerah. Kei akan berhenti. Kei akan lari.

"Bahagialah, Oppa. Semoga, dengan hidup bersama cintamu, kau bisa mendapatkan sesuatu yang sulit kau dapatkan dariku. Seorang buah hati."

***

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusOnde histórias criam vida. Descubra agora