3. (Bhuwakul Fam) Bambam Bodoh!

238 36 8
                                    

Sujeong menatap wanita paruh baya yang saat ini berdiri angkuh di dalam tokonya. Wanita paruh baya yang terlihat masih cantik dengan dandanan glamour itu melihat-lihat seluruh barang di toko Sujeong dengan tatapan mencemooh.

"Barang-barang ini murahan, sama seperti yang menjualnya," ucap wanita itu sarkastis, yang membuat Sujeong hanya menghela napas pelan.

"Maaf, Eomma--"

"Jangan panggil aku eomma, karena aku tidak pernah memiliki anak sepertimu!" sela wanita itu cepat. "Aku ke sini hanya ingin melihat seberapa kecilnya tokomu dan juga seperti sebelum kau menikahi puteraku, aku ingin menyampaikan padamu agar kau meninggalkan Bambam dan cari pria kaya lain yang bisa kau bodohi."

Sujeong membuka mulut, hendak berbicara, tetapi wanita itu lagi-lagi menyela. "Tinggalkan dia. Kau tak pantas bersanding dengannya. Mengerti?" ucap wanita itu sinis, sebelum meninggalkan Sujeong dengan dua pengawal berpakaian formal yang membuntutinya.

Sujeong menatap nanar kepergian wanita itu, ibunya Bambam. Sujeong tidak apa-apa jika ibunya Bambam merendahkannya, tetapi hati Sujeong mencelos setiap kali wanita itu memintanya untuk pergi dari Bambam. Sujeong tidak bisa berpisah dengan Bambam. Bambam satu-satunya orang yang membuat Sujeong bertahan hidup. Bambam satu-satunya pria yang Sujeong cintai. Entah bagaimana jadinya jika ia kehilangan Bambam. Sujeong tak akan sanggup.

Ponsel Sujeong berbunyi. Foto manis Bambam dan dirinya terpampang di layar.

"Hallo?" jawab Sujeong setelah menormalkan suara dan memasuki ruangannya.

"Sayang, apa kau sibuk?" tanya Bambam di seberang sana. "Aku merindukanmu."

Sujeong tersenyum kecil mendengar suara prianya. "Apa yang kau rindukan dariku, hm?" tanya Sujeong manis.

"Semuanya. Matamu, bibirmu, hidungmu, suaramu, pelukanmu, ciumanmu, dan..."

"Dan?"

"Ranjang kita."

"Ck! Dasar mesum!" decak Sujeong dengan kekehan tertahannya. "Aku sedang datang bulan, jadi bye."

"Apa?" pekik Bambam keras, membuat Sujeong cekikikan keras. "Kau bohong, ya? Semalam kau masih bisa."

"Itu semalam, Bam. Barusan tamu itu datang," balas Sujeong jenaka.

Terdengar erangan kesal di sana. Sujeong yakin, Bambam pasti sedang memasang wajah ditekuk dengan bibir mengkerucutnya.

"Aku bersumpah bahwa aku pasti akan tersiksa selama tamu bulananmu itu belum pergi!" gumam Bambam.

"Apa kau menikahiku hanya karena itu?" tanya Sujeong.

"Jeong! Jelas tidak. Kau tahu aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Bahkan jika di kehidupan selanjutnya aku tak bisa mengingatmu, aku pasti akan tetap mencintaimu."

Sujeong mengulum tawa. Menyandarkan punggung pada sandaran kursi, wanita itu menatap foto pernikahannya dengan senyuman hangat sekaligus sendu.

"Jeong! Aku akan ke sana. Tunggu aku."

"Eh?" Sujeong menegakkan tubuh. "Ini masih jam lima sore. Bagaimana bisa kau akan ke sini? Jam kerjamu belum berakhir, bodoh!"

"Aku merindukanmu!"

"Bam, jangan kekanakan. Kau harus bertanggung jawab dengan pekerjaanmu. Biar aku yang menyusulmu ke sana nanti."

"Tapi--"

"Tidak ada tapi-tapian! Aku akan ke sana satu jam lagi." Tuut. Sujeong menutup panggilan sepihak. Ia berdecak kesal, Bambam selalu saja begitu.

***

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang