6. (Kim Fam) Menikah?

241 39 4
                                    

Myungsoo memperhatikan Kei yang saat ini tengah menyajikan makan malam untuknya. Jika dipikir-pikir, ini mungkin sudah sebulan lebih sejak ia menjadi lebih dekat dengan Kei. Bukan berarti sebelumnya mereka tak dekat. Myungsoo tentu dekat dengan Kei, bahkan hubungan keduanya terkesan manis menurut siapa pun yang melihatnya. Orang bilang, hubungan Kei dan Myungsoo adalah hubungan ideal yang mereka inginkan. Setidaknya, itu yang orang-orang lihat. Namun kali ini, Myungsoo terasa lebih nyaman tinggal di sisi Kei. Tak ada bayang-bayang Dain saat bersamanya, meski nyatanya Myungsoo dan Dain juga masih berhubungan.

Myungsoo tidak tahu tepatnya sejak kapan semua berubah. Myungsoo masih mencintai Dain dan menyayangi Kei di saat yang sama. Tapi semuanya terasa berbeda sekarang. Biasanya saat di dekat Kei, pikiran Myungsoo tetap terfokus pada Dain. Ketika bersama Dain, ia sama sekali tidak memikirkan Kei. Namun kini sebaliknya. Myungsoo merasa khawatir saat berada di sisi Dain, dan begitu tenteram saat berada di pelukan Kei.

Apakah itu artinya, hati Myungsoo benar-benar telah dimiliki Kei? Tapi bagaimana bisa? Belum lama sejak dia gagal meninggalkan Dain dan memilih untuk tetap bersamanya serta mengkhianati kembali kepercayaan Kei. Lantas kenapa semuanya kini berubah menjadi seperti ini?

"Oppa, kenapa kau tersenyum begitu?" tanya Kei, menyimpan piring Myungsoo di depan lelaki itu.

Myungsoo terkekeh malu, menyembunyikan wajahnya yang tertangkap basah sedang memperhatikan istrinya itu.

"Tidak ada. Ayo makan," ujar Myungsoo, mengabaikan delikan yang Kei layangkan padanya.

Kei hanya menatap lelaki itu dengan heran selama beberapa detik. Tapi kemudian mengabaikan hal itu lalu duduk dan ikut makan bersama dengan Myungsoo. Sesekali, mereka berdua berbincang ringan di sela-sela kegiatan makannya. Hal yang sudah rutin mereka lakukan sejak dulu.

Usai makan, seperti biasa Kei merapikan meja dan mencuci piring di westafel. Di tengah kegiatan tersebut, tiba-tiba saja Myungsoo berdiri di belakang, memeluk pinggang rampingnya dan menyimpan dagu di bahu Kei.

Kei tersenyum tipis saat mendapatkan perlakuan seperti itu dari suaminya. Namun tetap saja, apa yang dilakukan Myungsoo membuat pekerjaannya menjadi terhambat.

"Oppa, pergilah tidur atau menonton tv, jangan menggangguku," ucap Kei, masih terfokus pada cucian piringnya.

Myungsoo menggeleng pelan, tetap pada posisi semula. "Kei-ya, kenapa kau selalu wangi? Aku jadi tak bisa melepaskanmu," gumam Myungsoo dengan nada manja yang kentara. Pria itu terus mengendus leher Kei, membuat Kei bergidik kegelian.

Lalu Kei berdecak mengejek. "Apa kau sedang merayuku, Oppa?" tanya wanita itu, berbalik dan menatap Myungsoo dengan senyuman kecilnya yang manis.

Myungsoo terkekeh. "Tidak. Aku tidak merayu, hanya mengatakan kebenaran," balas Myungsoo, ikut tersenyum hingga lesung pipitnya tercetak sempurna. "Sini, biar kubantu mencuci piring-piring kotor ini. Kau pergilah istirahat."

Myungsoo meraih sarung tangan karet dari tangan kei dan memakainya. Kemudian dengan cekatan mulai menggantikan Kei mencuci piring.

Diam-diam Kei tersenyum memperhatikan Myungsoo. Meski jauh dari dalam lubuk hatinya, Kei tetap ketakutan. Takut Myungsoo akan kembali berpaling, meski di depan dia terlihat sangat manis dan hubungan mereka baik-baik saja.

***

Larut malam, Kei masih terjaga. Dia tidak bisa tidur dengan tenang malam hari ini. Beberapa masalah terus mengganggu pikirannya sehingga Kei begitu sulit untuk memejamkan mata.

"Kenapa belum tidur?"

Kei menyimpan ponsel yang sejak tadi ia pergunakan dan menatap Myungsoo yang baru saja masuk ke kamar setelah membersihkan dirinya.

Kei menghela napas dalam. "Aku hanya sedang khawatir dengan Yein, Oppa."

"Ada apa lagi dengan Yein?" tanya Myungsoo hati-hati.

Myungsoo naik ke atas ranjang, membuat posisi tubuh yang nyaman dan kembali menatap Kei dengan teduh. Tatapan mata yang selalu meluluhkan Kei dan membuatnya merasa pulang. Tapi kini, entah. Terkadang, rasa takut itu masih menghantui Kei dengan begitu jelas.

Kei ikut berbaring di sisi Myungsoo. "Sepertinya, hubungannya dengan Jungkook sedang tidak baik. Aku mengkhawatirkan Yein dan kandungannya," dia menjawab pelan. Raut khawatir benar-benar tergambar jelas di wajah wanita itu.

Sementara itu, Myungsoo mengangguk mengerti, lantas meraih kepala Kei untuk disandarkan di bahunya. "Aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi bagaimana pun, kau tidak boleh terlalu memikirkan banyak hal. Yein dan Jungkook sudah sama-sama dewasa. Kau harus yakin bahwa mereka bisa menyelesaikan masalahnya," jelas Myungsoo panjang lebar. Dia juga tidak ingin Kei memiliki banyak pikiran sehingga akan membuat wanita itu sakit.

Myungsoo mengusap puncak kepala Kei dengan lembut. "Ingat kata-kataku ini, kau harus mendukung mereka, tapi jangan mencampuri urusannya, hm?" pria itu melanjutkan kalimatnya.

Kei mendongak, menatap Myungsoo dengan senyuman kecilnya. "Baiklah, terima kasih, Oppa."

Myungsoo membalas senyum manis wanita tersebut. Mengecup singkat kening Kei dengan lembut. "Sekarang kau tidur, ya. Jangan banyak pikiran dan istirahat yang cukup."

Myungsoo menarik tubuh Kei ke dalam dekapannya. Membiarkan tubuhnya membagi suhu hangatnya pada Kei. Sementara sebelah tangannya bergerak untuk membelai kepala Kei agar wanita tersebut bisa cepat tertidur.

Kei mengangguk pelan. "Kau juga, Oppa. Tidurlah, memikirkan dua wanita yang mengisi hati dan pikiranmu pasti lelah," gumam Kei sebelum memejamkan mata.

Myungsoo bergeming, menatap Kei yang terpejam seolah tak mengatakan apa-apa barusan. Sementara dirinya terkejut bukan main.

Kenapa Kei mengatakan itu? Apa mungkin, Kei tahu ia masih berhubungan dengan Dain? Tapi bagaimana bisa? Apa Kei bertemu dengan Dain? Tapi, sikap Kei begitu santai dan biasa saja, seolah ia tak tahu apa pun.

Apa ini?

***

Pagi ini, sikap Kei sama dengan pagi-pagi sebelumnya. Membuatkan sarapan, membangunkan Myungsoo, dan menyiapkan pakaiannya. Tak ada yang terlihat janggal, kecuali ucapannya yang semalam.

Myungsoo menatap gadis di hadapannya, Dain. Ia juga bersikap biasa saja, bahkan pagi ini terkesan lebih manja. Apa mungkin ini hanya pikiran Myungsoo saja?

Ah, entahlah.

"Ada apa dengan wajahmu itu, Oppa? Kusut sekali," gumam Dain dengan senyuman lucunya.

Myungsoo menoleh, menatap Dain yang bertanya menggoda. "Apanya? Aku hanya merindukanmu," balas Myungsoo jenaka.

"Hm, padahal setiap hari juga bertemu di kantor."

"Tetap saja, di kantor, kan, walau pun kita bertemu tidak bisa memeluk."

Dain terkekeh. "Makanya, nikahi aku agar kau terbebas memelukku kapan saja," celetuk Dain yang membuat Myungsoo hampir saja melajukan mobilnya dengan oleng.

Menikah? Bagaimana bisa Myungsoo menikahi Dain sedangkan Kei masih berstatus sebagai istrinya dan akan tetap selalu begitu.

Juga, kenapa Myungsoo tak memikirkan ini ketika pertama kali mengencani Dain? Setiap perempuan pasti ingin mengakhiri masa berkencan dengan pernikahan. Lagi pula, Dain bukan lagi remaja. Dia sudah menjadi gadis dewasa yang tentu akan lebih sering memikirkan pernikahan.

***

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now