11. (Jeon Fam) Peran Pengganti

333 70 23
                                    

Bagi Yein, kejujuran adalah hal yang paling utama. Karena apa, sekali seseorang berbohong maka, kepercayaan yang telah kita bangun akan hancur. Dan ketahuilah, membangun ulang kepercayaan tak pernah mudah, apalagi menyangkut perasaan.

Sedari dulu Yein selalu percaya bahwa Jungkook tidak akan pernah berpaling, meski sesekali ia takut hal itu terjadi. Tapi sejauh ini, semua baik-baik saja, sampai pada akhirnya Soehyun datang dan mengacaukan semua. Jungkook yang Yein kenal tidak pernah berbohong, pada akhirnya mulai membohongi Yein. Ingin sekali rasanya Yein berteriak memarahi Jungkook seperti biasanya. Tapi, tenaga Yein seolah terserap habis oleh kesedihan yang begitu pekat di hatinya akhir-akhir ini. Sehingga yang Yein lakukan hanyalah terdiam, menangis dalam hening.

Ini hari ke-dua Yein berada di rumah sakit. Rasanya tidak ingin pulang. Bukan karena masalahnya dengan Jungkook, tapi karena ibunya. Ya, Yein takut ia tak ada di samping ibunya ketika dia mengembuskan napas terakhir. Yein takut ibunya meninggal dalam keadaan Yein yang belum sempat mengucapkan kata maaf dan terimakasih padanya.

Dua hari lalu, Yein mendengar dengan jelas bahwa kanker yang sempat menyerang pankreas ibunya beberapa tahun lalu ternyata kembali tumbuh. Dokter bahkan mendiagnosa bahwa ibunya hanya tinggal menunggu waktu untuk pergi. Yein takut, sangat takut. Ini terlalu tiba-tiba untuknya.

Tindakan operasi sudah tidak bisa dilakukan. Dokter benar-benar telah pasrah. Tapi Yein tidak. Yein tidak pasrah untuk tetap berjuang di sisi ibunya. Yein ingin wanita itu membuka mata dan melihatnya melahirkan. Hanya itu.

"Yein-a, kau sudah dua hari di sini. Pulanglah, kasian Jungkook yang harus ke sini setiap kali dia pulang kerja," gumam ayahnya, duduk di sisi Yein.

"Tidak, Appa. Aku ingin di sini menemani Appa Eomma."

"Yein, kau sedang hamil. Lihatlah betapa pucatnya wajahmu karena kelelahan tinggal di sini."

"Appa..."

"Pokoknya hari ini kau harus pulang, istirahat yang baik di rumah. Appa akan keluar sebentar membeli makan siang untukmu."

"Tidak usah, Appa." Yein berdiri, mencegah ayahnya. "Yein akan makan di luar, hm. Bersama teman, Appa jangan khawatir." Yein tersenyum, mengusap bahu ayahnya pelan.

***

Jungkook merenggangkan otot-ototnya yang tegang dengan cara berolahraga ringan. Akhir-akhir ini pekerjaannya benar-benar menumpuk. Belum lagi sepulang dari kantor ia harus pergi ke rumah sakit untuk memastikan keadaan Yein baik-baik saja atau tidak. Padahal jarak dari kantor ke rumah sakit lumayan jauh. Fyi, sampai sekarang Yein masih belum mau berbicara banyak padanya. Jungkook tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia lelah.

Baru saja ia berdiri untuk keluar mencari makan, ponselnya berbunyi, tanda pesan masuk.

Soehyun?

_________________________

Soehyun:
Kook, akhir-akhir ini aku sering melihatmu makan di kafe dekat rumah sakit hallym. Apa ada sanak saudaramu yang dirawat di sana?
_________________________

Jungkook mengernyit, merasa ia tidak makan di sana. Eomma Yein memang sakit, tapi Jungkook ke sana hanya pada malam atau pagi hari. Jadi...

_________________________

Soehyun:
Maaf, Kook. Kukira itu dirimu, karena Yein terlihat sangat akrab. Tapi aku baru sadar itu bukan kau.

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now