15. (Min Fam) Cheongsando Island

325 56 7
                                    

"Yak, Yoongi-ssi. Kau tidak sedang demam, kan?" Jiae tanya. Wanita itu berdiri di sisi Yoongi sejak beberapa menit lalu, tetapi terus saja diabaikan. Yoongi sibuk sendiri mengepak pakaiannya dan pakaian Jiae ke dalam koper.

"Aihs, berikan padaku. Biarkan aku yang mengepak pakaian," cetus Jiae, berjongkok untuk mengambil beberapa pakaiannya di lemari.

"Kenapa tidak dari tadi? Alih-alih terus bertanya aku kenapa," gumam Yoongi tersenyum miring. Karena urusan koper sudah Jiae lanjutkan, Yoongi memilih berbaring di ranjang, memejamkan matanya sebentar.

"Pakaian sudah siap," guman Jiae, duduk di sudut ranjang. "Yak, kenapa malah tertidur?" decak Jiae sebal, saat dilihatnya ternyata Yoongi terlelap nyenyak.

Wanita itu menghela napas. Tidak mengerti dengan kelakuan Yoongi kali ini. Dia yang ngotot untuk pergi, bahkan merapikan pakaiannya sendiri ke dalam koper. Tapi sekarang malah tertidur. Dasar.

Kesal sekaligus lelah, Jiae ikut berbaring memejamkan mata. Sampai kantuk itu datang dan merenggut kesadarannya.

***

Jiae tidak pernah tahu bahwa ia akan melihat syurga yang begitu nyata saat ia membuka mata. Bahkan Jiae sempat berpikir bahwa ia masih bermimpi. Tapi begitu ia memukul Yoongi dan Yoongi berteriak, ia sadar bahwa ini adalah nyata.

Langit biru yang cerah, udara hangat yang mendekap, dan jalanan panjang yang dikelilingi bunga-bunga canola berwarna kuning menawan. Jiae tidak tahu ini di mana yang pasti, Jiae teramat bahagia.

"Kau suka dengan pemandangannya?" tanya Yoongi di balik kemudi

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

"Kau suka dengan pemandangannya?" tanya Yoongi di balik kemudi.

Jiae lantas menoleh, dan tersenyum haru dengan kedua bola mata berkaca-kaca. "Lebih dari suka," balas Jiae serak. "Terima kasih."

Yoongi menghentikan mobilnya di sebuah lahan kosong. Ia turun, mengajak serta Jiae.

"Yak, Yoongi-ya. Ini sangat indah sampai membuatku ingin menangis," bisik Jiae, mengatupkan lengannya di bawah wajah. Netranya menatap haru ke sekeliling alam yang tenang. Begitu sejuk, tenang, dan damai. Alam seolah memeluk mesra Jiae dengan keindahannya yang terpampang nyata.

"Bagiku ini tidak ada apa-apanya dibandingkan senyummu," gumam Yoongi, tersenyum manis.

Yoongi berjalan menghampiri wanitanya yang kini tersipu, kemudian memeluk pinggang ramping wanita itu dari belakang. Menjadikan bahu Jiae sandaran dagunya yang nyaman.

Kini, keduanya saling terdiam. Merasakan kehangatan tubuh masing-masing seraya menatap hamparan bunga-bunga canola yang bermekaran indah di awal musim semi ini.

"Apa kau sudah mencintaiku, Ji?" tanya Yoongi tiba-tiba.

Jiae mengamit tangan Yoongi yang kini berada di perutnya. Menautkan jari jemarinya yang lembut di sela-sela jari jemari Yoongi yang kokoh, seolah Tuhan memang sengaja menciptakan jemari mereka untuk saling bertaut.

Jiae menggesekkan pipinya dengan pipi Yoongi yang kini berada di bahunya, kemudian berkata, "Jika aku tidak mencintaimu, aku tidak akan memberikan kesempatan untuk rumah tangga kita," ucapnya.

Mendengar itu, Yoongi mengeratkan genggaman tangannya. "Kalau begitu, berjanjilah untuk tetap tinggal di sisiku apapun yang terjadi nanti, Ji. Jangan pernah berpikir untuk pergi, apalagi menghilang selama-lamanya dari hidupku," tegas Yoongi, syarat akan kerapuhan hatinya.

Yoongi membalikkan tubuh Jiae, membingkai wajah kecil wanita itu dengan kedua telapak tangannya.

"Berjanjilah untuk memaafkan semua kesalahan yang kuperbuat, Ji. Dan tinggallah di sisiku, percaya padaku, apapun yang akan terjadi."

"Hei, kau kenapa..."

"Berjanjilah padaku," potong Yoongi segera. "Aku hanya ingin mendengar janjimu kali ini."

Jiae bergeming, tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Yoongi. Tapi pada akhirnya ia hanya bisa mengangguk kecil, lantas berkata, "Ya. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu, apapun yang terjadi."

***

Jiae memperhatikan Yoongi yang saat ini tengah menggosok giginya di depan westafel. Entah apa yang menarik dari hal itu, tapi tatapan Jiae tak bisa beralih. Sesekali ia tersenyum saat Yoongi mengkerutkan kening sampai kedua matanya yang kecil tenggelam. Itu sangat lucu, dan sayang untuk dilewatkan.

"Puas terus memperhatikanku?" tegur Yoongi, membuat Jiae memalingkan muka dengan senyuman malunya.

Yoongi menghampiri Jiae, duduk di sisi gadis itu di sudut ranjang. Saat ini, keduanya sedang berada di hotel yang terletak di Cheongsando Island. Yah, pulau yang terkenal dengan keindahannya di musim semi, karena seluruh pemandangan akan didominasi warna kuning yang berasal dari bunga canola yang tumbuh hampir di seluruh area pulau.

Yoongi sengaja memilih pulau ini untuk berbulan madu. Karena ia benar-benar ingin menenangkan pikirannya yang kacau balau. Dan pulau dengan julukan slow city pertama di Asia inilah yang ia pikir cocok. Pulau dengan keindahan alam yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota layaknya Seoul.

"Sebentar lagi matahari terbenam. Kau ingin jalan-jalan?" tawar Yoongi.

Jiae mengangguk antusias. Bahkan tanpa pikir lama, wanita itu segera mengambil tas kecilnya.

"Kau antusias sekali," seperti biasa Yoongi tersenyum miring. Lantas keduanya berjalan beriringan, keluar dari hotel.

"Aku belum pernah melihat senja seindah ini," gumam Jiae, saat mereka sampai di tengah kebun bunga canoli

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

"Aku belum pernah melihat senja seindah ini," gumam Jiae, saat mereka sampai di tengah kebun bunga canoli. Jiae menatap nyalang langit yang berwarna jingga, tersenyum haru.

Yoongi yang tengah berbaring di paha Jiae hanya bisa tersenyum. Bukan melihat bagaimana eksotisnya saat mentari terbenam di atas sana. Tapi melihat siluet wajah Jiae yang begitu cantik.

Yoongi meraih tangan Jiae, menyelipkan jari-jarinya di antara jari Jiae. Diletakkannya tangan mereka di atas dadanya, dan Yoongi memejamkan mata. Baginya, seperti ini saja cukup untuk melupakan seluruh beban yang ia punya. Entah sejak kapan yang pasti, saat ia gundah, yang kini ia butuhkan hanyalah Jiae. Entah itu senyumannya, genggamannya, atau pelukannya.

Jiae sendiri tersenyum, sadar bahwa akhir-akhir ini Yoongi benar-benar manis. Entah Jiae harus bersyukur, atau merasa waswas. Yang pasti, sikap Yoongi yang berubah secara tiba-tiba ini membuatnya takut. Takut, bahwa badai akan datang setelah Jiae lengah karena terlalu nyaman.

***

Marriage Life Lovelyz ➖ Hiatusजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें