11. (Min Fam) Benih-Benih Harap

314 67 39
                                    

Di tengah keramaian kafe Kim Taehyung, Min Yoongi duduk di salah satu meja dengan tatapan kosongnya. Tak ada yang laki-laki itu lakukan sejak beberapa menit lalu selain terpekur, menatap lurus gelas di atas mejanya. Bahkan, saat ada Hoseok datang, ia mengabaikannya sampai sahabatnya itu pergi karena jengah dengan kegemingan Yoongi. Hingga seorang gadis datang, menghampirinya dengan wajah merajuk.

"Kenapa kau memintaku bertemu di sini?" ketus gadis itu, yang tak lain adalah Nayeon.

Yoongi memejamkan mata sejenak, kemudian menatap Nayeon. "Hei, bisakah kau tersenyum begitu melihatku?" tanya Yoongi dengan senyuman kecilnya.

"Tidak. Aku tidak ingin tersenyum padamu. Sudah dua hari kau mengabaikan aku di kantor," balas Nayeon kesal.

Gadis cantik itu mensedekapkan tangan di dada dengan bibir mengkerucut. Sesekali ia mencuri pandang pada Yoongi dengan wajah kesalnya.

"Maafkan aku. Kau tahu sedang banyak pekerjaan di kantor, sehingga mempengaruhi mood-ku," jawab Yoongi, meraih sebelah tangan Nayeon lembut. "Bisakah aku berbicara sesuatu padamu?"

Nayeon menoleh, menatap Yoongi datar. "Kau tahu, Oppa. Kau sangat keterlaluan. Aku sangat kesal," gerutu Nayeon.

"Lalu maafkan aku."

"Aku kesal padamu."

"Bukan karena itu. Maafkan aku, kita... harus selesai sampai di sini."

Nayeon membulatkan mata mendengar penuturan Yoongi. Ia sampai harus mendekatkan wajah pada lelaki itu, agar bisa mendengar dengan pasti apa yang ia ucapkan barusan.

"Ulangi lagi. Sepertinya aku salah dengar," gumam Nayeon pelan.

Yoongi memejam lirih. "Kita putus, Nayeon-a," ucap Yoongi lebih jelas kali ini.

"Kau... tidak sedang bercanda, kan, Oppa?" lirih Nayeon. Yoongi menggeleng pelan, membuat Nayeon meringis sakit sampai air mata menggenang di pelupuk matanya. "Kenapa? Bukankah kau akan menikahiku, hm? Kau akan menceraikan... tunggu! Apa ini karena Jiae?"

"Bukan, Nayeon-a. Ini bukan karenanya. Ini karenaku," balas Yoongi. "Kita memang tidak bisa terus berjalan seperti ini."

"Seperti ini bagaimana, Oppa? Aku bahkan sudah menyerahkan semuanya untukmu!" isak Nayeon.

"Nayeon-a, maafkan aku. Aku..."

"Sudahlah. Aku tak apa," ujar Nayeon tiba-tiba. Gadis itu berdiri, menatap Yoongi lurus. "Aku tahu, hatimu sudah berpaling pada wanita itu. Aku menyadarinya sejak awal. Jika dengannya kau bahagia maka, aku juga bahagia."

Nayeon lantas pergi, meninggalkan Yoongi dengan air mata yang terus mengalir. Sedangkan Yoongi, laki-laki itu terduduk lemas seraya menutup wajahnya dengan telapak tangan. Ia tidak bermaksud menyakiti Nayeon, atau siapa pun. Ia hanya ingin memulai hidupnya dengan tenang, tanpa rasa bersalah atas hancurnya hidup Jiae. Ia ingin memperbaiki kesalahannya, dengan mengganti seluruh cinta yang hilang dari hidup Jiae dengan cintanya. Hanya itu. Meski, ia harus merelakan Nayeon, seseorang yang juga ia cintai, atau... hanya obsesi.

"Kau sudah melakukan yang terbaik."

Yoongi menegakkan dagu saat seseorang menepuk bahunya. Ia lantas tersenyum kecil, menatap Kim Taehyung yang juga tersenyum bangga padanya.

"Jika Nayeon dewasa, ia pasti paham bahwa apa yang kaulakukan benar-benar tepat. Jangan ragu untuk memulai mencintai. Karena pada awalnya juga, memang Jiae Nuna yang berhak mendapatkan cintamu, Hyung."

***
J

iae termenung di balkon kamar. Menatap hampa langit yang begitu biru. Benak Jiae berkelana pada peristiwa di mana Yoongi mengutarakan kalimat untuk tetap bersamanya. Batin Jiae terisak haru, namun juga ragu. Apakah benar, Yoongi ingin bertahan? Apakah kisahnya akan bahagia, atau...

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang