10. (Min Fam) Perbaiki Semua

305 61 25
                                    

Malam ini, Jiae berpura-pura tidur terlebih dahulu. Padahal, hal itu hanyalah salah satu cara untuk menghindari interaksi lebih banyak dengan Yoongi. Bagaimana pun, kecupan yang Yoongi berikan ketika di kafe membuat Jiae bingung, tidak tahu harus bersikap apa setelahnya.

Sekarang, dengan posisi tubuh membelakangi Yoongi, ingin sekali Jiae berbalik untuk menatap lelaki itu. Apa yang sedang ia lakukan dan apa yang ia pikirkan tentangnya dan kejadian tadi. Kenapa tiba-tiba tadi dia mengecupnya begitu saja? Astaga, memikirkannya membuat Jiae semakin tidak bisa tidur.

Jiae menatap jam weker yang berada di sisinya. Sudah sangat larut malam, dan tidak ada pergerakan apa pun dari Yoongi sejak setengah jam lalu lelaki itu menaiki ranjang.

Mungkin Yoongi sudah tidur, pikir Jiae.

Perlahan-lahan, Jiae duduk untuk menatap Yoongi. Dan, betapa kagetnya saat ternyata Yoongi masih membuka mata. Dan Yoongi jelas memergoki dirinya barusan! Buru-buru Jiae mengalihkan pandangan. Betapa bodohnya kejadian itu.

"Kenapa? Kau butuh sesuatu?" tanya Yoongi.

Alih-alih menjawab, Jiae justru mengusap dadanya sendiri, berusaha menetralkan detak jatungnya yang menggila karena terlalu terkejut.

"Kaget karena aku masih terbangun?" Yoongi menatap Jiae dengan intens.

Ya ampun, Yoongi terlalu blak-blakan, membuat Jiae memejam dengan ringisan malunya. Yoongi tahu akan kenyataan itu, tetapi apakah dengan mengatakannya secara terang-terangan cukup bijak?

"Ti-tidak. Aku hanya ingin ke toilet," balas Jiae pelan. Lantas ia turun dari ranjang. Namun, tiba-tiba sebuah tangan memegang lengan atasnya, membantu Jiae berdiri.

"Biar aku bantu," gumam Yoongi. Pemilik tangan yang saat ini tengah membopong Jiae.

Jiae mendongak dan tersenyum miris. "Tidak apa, Yoongi-ssi. Aku bisa sendiri," balas Jiae canggung. Lagi-lagi, otak sialannya mengingat akan kecupan yang dilakukan Yoongi beberapa jam lalu. Membuat pipi Jiae seketika merona.

Lalu, bukan Yoongi namanya jika dia mendengarkan orang lain. Meski mendengar penolakan halus Jiae, dia tidak peduli. Tanpa bicara, Yoongi berusaha membantu Jiae berdiri, bahkan menuntun wanita itu sampai ke toilet.

"Jika sudah selesai, panggil aku." Pesan Yoongi pada Jiae.

Jiae hanya mengangguk pelan, membiarkan Yoongi keluar dari toilet, dan ia duduk di atas closet sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Sungguh malu rasanya. Dia mengintip ke depan. Yoongi sudah menutup pintunya. Serta bayangan kepala pria itu terlihat melalui kaca buram berukuran 3/4 pintu tersebut.

Jiae ingin berteriak sekarang. Memaki dan mencaci Yoongi, kenapa tadi ia menciumnya dan tidak memberikan penjelasan apa pun atas kejadian itu! Jiae kesal, sangat kesal, karena ia harus mulai berharap setelah kejadian itu.

***

Acara sarapan keluarga Yoongi seperti biasa akan ramai jika Donghyun datang. Ya, remaja itu memang sangat lucu dan menggemaskan. Jiae menyukainya. Dia selalu bercerita banyak hal, mulai dari yang serius hingga yang terlucu.

"Meskipun Namjoon-hyung itu galak, tapi dia selalu menjadi bahan bully kami. Entah kenapa," Donghyun berbisik pada Jiae. Jiae sekuat tenaga menahan tawa karena perkataan Donghyun.

"Hyunie, berhenti menggosipkan seseorang yang ada di hadapanmu!"

Tidak usah ditanya, sudah pasti itu Kim Namjoon, saudara tertua Donghyun. Donghyun berusaha mengulum tawanya karena ditegur Namjoon. Memang Namjoon dan Yoongi itu sebelas dua belas, sangat mudah marah. Donghyun akui itu.

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now