8. (Bhuwakul Fam) Mengapa Terjadi?

177 38 4
                                    

Sujeong membaringkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang king size di kamarnya dan Bambam. Berbicara perihal Bambam, ia belum mendapatkan kabar apapun darinya. Terakhir Sujeong mendengar suara Bambam adalah kemarin, ketika ia memberi kabar kehamilannya. Saat itu, Bambam terdengar sangat senang bahkan tak henti-hentinya lelaki itu tertawa bercakap-cakap tentang calon buah hati mereka.

"Apa dia sibuk menjelang pulang?" tanya Sujeong, lebih pada dirinya sendiri.

Diambilnya bantal guling yang berada di sisinya, kemudian Sujeong peluk erat seraya berpikir bahwa bantal guling itu adalah Bambam. Ia amat merindukannya. Sungguh.

Ponsel yang ada di sisinya berbunyi, membuat Sujeong kembali bersemangat karena ia pikir itu adalah panggilan dari suaminya. Namun, lagi-lagi ia harus kecewa karena panggilan itu dari Kei.

"Iya, Eonnie?" balas Sujeong setelah mengangkat panggilannya.

"Jeong, kau baik-baik saja?" tanya Kei khawatir di seberang sana.

Sujeong mengernyit heran. "Aku baik, Eonnie. Hanya sedikit tidak enak badan, sih."

"Apa kau belum membaca artikel berita hari ini?"

Sujeong menggeleng pelan. Sedikit bingung dengan pembicaraan Kei.

"Aku akan ke rumahmu. Jangan ke mana-mana, Jeong. Ingat, jangan dulu keluar rumah sebelum aku sampai di rumahmu!" tegas Kei, yang lalu memutus sambungan.

Sujeong menatap ponselnya dengan alis bertaut. Merasa penasaran dengan apa yang terjadi sampai Kei bisa sebegitu cemasnya, Sujeong membuka berita hari ini. Dan ia dikejutkan oleh satu kabar yang membuatnya bergeming cukup lama, hingga air matanya menetes dalam hening, membasahi hatinya yang teramat sakit.

***

"Eonnie...," Sujeong menatap hampa kedatangan Kei, dan langsung berhambur ke pelukannya. Dadanya benar-benar sesak dan sakit, hingga membuat seluruh tubuhnya berubah menjadi jelly. Sujeong tidak sanggup menerima kabar ini.

"Eonnie, ini pasti salah, kan? Bambam seharusnya pulang besok pagi, bukan hari ini. Dia masih di Swiss, Eonnie. Berita itu pasti bohong," isak Sujeong di pelukan Kei. Dadanya teramat sesak dan sakit.

Sujeong tidak menyangka, perpisahan kemarin adalah perpisahan yang sesungguhnya. Bambam, Bambam-nya pergi.

"Jeong, dengar. Belum ada kabar ditemukannya jasad Bambam. Jadi selama itu, kita masih punya harapan. Tenanglah, Jeong." Kei mengusap punggung ringkih Sujeong dengan lembut.

Tapi tangis Sujeong masih saja tak berhenti. Ia takut, sangat takut. Bagaimana bisa, Bambam pulang tanpa mengabarinya. Dan tiba-tiba, media melaporkan bahwa salah satu korban pesawat jatuh adalah suaminya. Sujeong tidak terima ini. Tidak.

"Tenanglah. Kita akan tanyakan perkembangan kasus ini dan bagaimana dengan Bambam. Oke? Kau harus percaya bahwa Bambam masih hidup."

Namun nyatanya kini, lebih dari lima bulan... Bambamnya tidak pernah pulang. Dan tidak ada kabar apapun lagi.

***

Sujeong menatap hamparan laut di hadapannya dengan nanar. Polisi bilang, pesawat yang jatuh ke laut tidak memberi harapan hidup bagi korbannya.

Kini, Sujeong hampa, menanti Bambamnya kembali. Hatinya seolah mati, tak mampu lagi melangkah, tak mampu lagi tertawa. Bambam adalah cintanya, hidup dan matinya. Namun Tuhan merenggut Bambam begitu saja. Tuhan merenggut cinta dan kebahagiaan yang Sujeong miliki.

"Bambam brengsek! Kapan kau akan kembali, ha? Kaubilang kau ingin memiliki anak kembar dariku! Dan sekarang aku mengandung, tapi kau malah pergi! Kau brengsek, Bam! Kau brengsek!" isak Sujeong, terduduk rapuh seraya memegangi perutnya yang membuncit

Ini sulit bagi Sujeong. Sangat sulit. Ingin mati, tapi ia tak berhak memutus takdir anaknya yang sudah selayaknya melihat dunia.

"Kau brengsek!" isak Sujeong, mulai kehabisan tenaga.

Wanita itu terisak lirih, ditemani semilir angin dan debur ombak yang bernyanyi sendu.

Berbulan-bulan, penantiannya sia-sia. Bambam telah pergi, tanpa memberinya pesan terakhir, dan kecupan hangat yang biasa ia dapatkan.

Bambam pergi, membawa seluruh janji yang tak pernah ia tepati. Dan Sujeong, hampa.

***

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now