14. (Min Fam) Maaf Selalu Menyakitimu

292 54 10
                                    

Sudah hampir dini hari ketika Jiae menatap jam dinding, tetapi Yoongi masih belum pulang. Bahkan, tak ada kabar sama sekali dari pria itu semenjak ia pergi. Sedikit banyak, Jiae khawatir. Memang Yoongi sudah biasa pulang larut seperti ini. Tapi itu dulu, saat hubungan mereka belum membaik. Dan sekarang ini terjadi lagi.

Jiae berjalan pelan menuju jendela, membuka tirai dan berdiri di sana, berharap dapat melihat mobil Yoongi datang. Namun hal itu tak kunjung terjadi, meski Jiae sudah menunggu hingga satu jam lamanya.

"Kau di mana?" lirih Jiae, menggenggam ponsel yang ia gunakan untuk menghubungi Yoongi sejak tadi. Namun nihil. Ponsel Yoongi mati, dan telepon kantor juga tidak ada yang mengangkat panggilannya.

Jiae kembali naik ke atas ranjang, berusaha memejamkan mata meski sulit. Konsentrasinya masih penuh. Bahkan suara sekecil apapun masih Jiae dengar dan membuatnya harap-harap cemas.

Hingga, saat suara deru mesin mobil terdengar, buru-buru Jiae turun dari ranjang. Berjalan cepat ke bawah untuk membukakan pintu, seolah lupa dengan kakinya yang baru sembuh.

"Yoongi-ya, kau dari mana saja?" tanya Jiae cemas, begitu ia menemukan Yoongi berdiri tak tegap di hadapannya.

"Kau belum tidur," balas Yoongi alih-alih menjawab pertanyaan Jiae.

Jiae maju untuk merangkul tangan Yoongi, karena Yoongi sepertinya tak bisa menegakkan tubuh terlalu lama lagi.

"Kau mabuk," ujar Jiae, membawa Yoongi masuk pelan-pelan ke kamarnya.

Dibaringkannya tubuh Yoongi di atas ranjang. Sangat telaten, Jiae membuka sepatu dan kaus kaki Yoongi, kemudian mengangkat kedua kaki itu untuk ikut naik ke atas ranjang.

Jiae mengambil handuk basah, membersihkan peluh Yoongi yang bercucuran di sekitar wajah dan lehernya.

"Jiae-ya." Yoongi menarik tubuh Jiae, tepat saat Jiae mengusapkan handuk basah di dahinya. "Kau tahu, aku mencintaimu," bisik Yoongi dengan nada --yang entah mengapa, terdengar putus asa di telinga Jiae. "Maaf aku telat menyadarinya. Maaf aku... selalu menyakitimu lagi dan lagi."

"Yak, berhentilah meminta maaf," gumam Jiae lembut. "Bukankah kita sudah sepakat untuk melupakan masa lalu, hm?"

"Maafkan aku, Ji. Maafkan aku," racau Yoongi, tak menghiraukan Jiae. Ia bahkan memeluk erat tubuh Jiae yang berada di atasnya seolah tiada lagi hari esok. "Jangan membenciku. Aku... aku... takut kehilanganmu."

***

Tidak ada yang tahu tentang kapan perasaan manusia akan berubah. Seperti halnya Yoongi. Dulu, setiap kali tertidur di sisi Jiae, Yoongi sering kali gelisah. Setiap kali membuka mata dan menemukan Jiae terlelap di sisinya, ada perasaan sesak yang selalu membelenggu Yoongi. Perasaan sesak yang disebabkan oleh rasa bersalahnya yang begitu besar.

Tapi sekarang, saat ia telah membuka hati dan berpikir untuk menebus kesalahannya, semua sesak itu seolah sirna. Tak ada lagi pengikat yang membelenggu hatinya. Yang ada, setiap kali menatap Jiae terlelap, Yoongi ingin mendekap tubuh itu dan merasakan kehangatan yang nyata di hatinya.

Yoongi tersenyum sendu, seraya mengusap pipi putih Jiae dengan jarinya. Rasanya Yoongi ingin menangis. Di kala ia mulai memaafkan dirinya sendiri atas kesalahan masa lalu, kesalahan lainnya datang. Kesalahan yang Yoongi takutkan akan menghancurkan Jiae berkeping-keping. Sejujurnya Yoongi ingin sembunyi, tak ingin melihat Jiae setelah kesalahan besar yang ia perbuat kali ini. Tapi Yoongi tak bisa lari begitu saja, saat ia bahkan baru memulai semuanya dengan Jiae.

Seandainya boleh memilih, Yoongi ingin Tuhan tak pernah mempertemukannya dengan Jiae, jika pada akhirnya yang ia lakukan hanya menyakiti Jiae seperti ini. Sungguh, Yoongi merasa menjadi laki-laki paling brengsek di dunia karena harus menyakiti wanita seperti Jiae.

"Yoongi," bisik Jiae. Rupanya, wanita yang ada di dekapan Yoongi itu sudah terbangun.

Yoongi tersenyum kecil, mengecup kening Jiae sayang. "Tidurlah lagi, ini masih sangat pagi," gumam Yoongi serak.

"Tapi...,"

"Tidak ada bantahan." Yoongi berkata mutlak, membuat Jiae mempoutkan bibir dengan lucu.

Sontak, Yoongi merengkuh Jiae semakin erat, menenggelamkan tubuh mungil Jiae di dalam pelukan hangatnya. Yoongi merasa penat, hanya dengan memikirkan nasib pernikahannya. Bagaimana pun ia tidak ingin kehilangan Jiae setelah semuanya. Setelah ia sadar apa yang ia rasakan selama ini.

"Apapun yang terjadi, aku tidak ingin kehilanganmu," bisik Yoongi pada lirihnya angin pagi itu.

***

"Yoongi, kenapa kau tidak mau masuk kerja?" protes Jiae pada pagi harinya. Kali ini pagi yang benar-benar pagi, saat mentari sudah mengintip malu-malu di balik tirai jendela.

"Pokoknya aku tidak mau, Ji. Aku ingin tidur saja," ujar Yoongi, masih menutup mata.

"Ada apa denganmu?" tanya Jiae heran. Pasalnya, tidak biasanya Yoongi seperti ini. Atau mungkin, Jiae saja yang tidak tahu kelakuan suaminya yang sesungguhnya(?)

"Tidak ada. Aku hanya ingin memelukmu seharian, itu saja."

Pipi Jiae memerah karena ucapan Yoongi. Ia jadi kesal, kenapa di saat seperti ini, bisa-bisanya dia tersipu?

"Jika appa-mu marah, bagaimana?" tanya Jiae, masih membujuk.

Yoongi mendesah kesal, tapi matanya masih tetap enggan terbuka. "Aku tidak peduli. Selama ini aku jarang mengambil libur kecuali saat sakit," jawabnya. "Lagi pula, anggap saja cuti bulan madu. Bukankah kita belum melakukannya?"

Lagi-lagi Jiae blushing. Untung saja Yoongi mengatakannya sambil memejamkan mata sehingga...

"Pipimu merah. Apa kau benar-benar ingin pergi bulan madu?"

"Apa kau cenayang?" rutuk Jiae. Bisa-bisanya Yoongi menebak dengan mata terpejam.

"Bukan. Hanya saja, tanganmu barusan meremas selimut dengan erat. Pastinya tanpa membuka mata, aku tahu kau tersipu."

Ck. Jiae mendorong dada bidang Yoongi, hendak pergi. Tapi Yoongi malah menariknya kembali telentang, dan kini setengah badan laki-laki itu berada di atas tubuh Jiae.

"Ke mana? Bukankah sudah kubilang ingin memelukmu seharian?" tanya Yoongi, menatap mata Jiae lurus.

Jiae gelagapan karena tatapan Yoongi benar-benar membuat seluruh syarafnya melemah. Belum lagi posisi tubuh mereka yang sangat sangat sangat membuat Jiae gugup bukan main.

"Itu... Yoongi-ya, aku..." Jiae melirik ke kanan dan ke kiri, bingung harus berbicara apa.

"Aku apa?" Yoongi mengangkat sebelah alisnya.

"Itu, aku... lapar." Jiae tersenyum lebar, merasa lega karena mendapat alasan yang sangat logis untuk menghindari Yoongi yang entah mengapa begitu menyeramkan saat ini.

Yoongi menyingkirkan tubuhnya dari atas Jiae, membuat Jiae bernapas lega, bahkan hingga embusan napasnya terdengar oleh Yoongi. Tapi, sebelum jantungnya berdetak normal, Yoongi sudah membungkam mulutnya, membuat Jiae melotot kaget.

"Kau tidak bisa membohongiku," ujar Yoongi setelah melepas ciumannya, kemudian tersenyum miring seraya menepuk-nepuk pipi Jiae yang memerah layaknya kepiting rebus.

"Sore ini kita akan pergi bulan madu," lanjut Yoongi, tak menerima bantahan dalam bentuk apapun.

***

Tbc.

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now