11. (Jeon Fam) Peran Pengganti

Start from the beginning
                                    

Soehyun send a picture.

Soehyun send a picture.

Itu foto kemarin dan barusan, Kook. Kebetulan aku sedang di kafe ini juga.
_____________________________

Tiba-tiba saja kemarahan merayap hingga ke ubun-ubun Jungkook. Bisa-bisanya Yein pergi dengan laki-laki lain lebih dari sekali sementara ia mengabaikannya dan tidak ingin pulang ke rumah? Apa ini alasan di balik itu semua?

Jungkook menarik napasnya dengan panjang, berusaha mengatur emosi. Ia tidak boleh gegabah. Iya, tidak boleh.

***

Yein menatap makanannya dengan tatapan kosong. Rasanya, seluruh napsu makannya hilang. Kesedihan yang begitu pekat membelenggu Yein. Pikiran tentang Jungkook dan Soehyun juga tentang ibunya. Yein ingin menangis menumpahkan seluruh sakitnya, tapi tak bisa. Bahkan yang biasanya ia menangis di pelukan Kei, kemarin tak melakukannya.

"Yein-a, kenapa melamun?" tanya lelaki yang sejak tadi duduk di depannya.

Yein mengerjap, baru menyadari bahwa saat ini dia tidak sedang sendiri. Ada Chanwoo yang menemaninya makan.

"Aku tidak apa, Chanwoo-ya," balas Yein, tersenyum sedikit.

Chanwoo meletakkan sumpitnya, kemudian menatap Yein lurus. Ia sudah lama mengenal Yein. Meskipun sudah lama tidak bertemu, tapi Yein tetaplah Yein yang tak bisa menyembunyikan apapun darinya.

"Yein-a, dengar. Aku sudah lama jadi temanmu. Yah, meski kita sempat lost contact. Tapi kau bisa cerita apapun, aku akan dengarkan."

Yein menunduk. Menyembunyikan kedua bola matanya dari tatapan Chanwoo. Sebab jika Chanwoo berhasil menatapnya, dia akan semakin meminta penjelasan padanya.

"Lihat aku, In!" ucap Chanwoo datar. "Kau boleh sedih, kau boleh marah, kecewa atau apapun. Tapi jangan pendam semuanya sendiri. Semakin perasaan sakit itu kaupendam, semakin ia menggerogoti jiwamu. Membuat hatimu mati perlahan."

Mendengar penuturan Chanwoo, Yein mendongak. Mata sayunya menatap Chanwoo. Dan di kala Chanwoo menganggukkan kepalanya sedikit, isyarat agar Yein menumpahkan seluruh sakitnya dengan tangis, air mata Yein benar-benar luruh. Wanita itu memegangi dadanya dengan sesak. Menangis sesak seolah sesuatu menghimpit jantungnya dengan keras.

Yein benar-benar menumpahkan segala kesakitannya dalam tangis. Meluruhkan sedikit lukanya dengan air mata. Yah, tak ada yang Yein bicarakan pada Chanwoo. Sejak dulu Chanwoo memang begitu. Hanya akan membiarkan Yein menangis. Jika Yein ingin cerita, ia akan dengarkan. Jika tidak, Chanwoo hanya akan jadi seseorang yang memeluknya hingga tangis itu reda.

"Kuharap perasaanmu membaik," gumam Chanwoo, menyentuh lengan Yein. Karena ia sadar betul, memeluk Yein bukan lagi hal yang pantas, mengingat status mereka saat ini.

Tapi... Bugh!

"Berani-beraninya kau menyentuh istriku!"

"Chanwoo!" pekik Yein, saat laki-laki itu terpental jatuh karena tinjuan seseorang. Baru saja Yein hendak membantu Chanwoo berdiri, Jungkook menarik lengannya secara paksa.

"Kook, lepaskan aku!" teriak Yein. Tapi Jungkook tidak menggubris. "Jeon Jungkook!" seru Yein marah.

Jungkook melonggarkan cekalan tangan Yein dan menghentikan langkahnya.

"Kenapa kau memukul Chanwoo?" tanya Yein dengan sorot sendunya.

Jungkook memejamkan mata, berusaha agar ia tidak memarahi Yein. Tapi emosinya sudah benar-benar tak terbendung sejak awal ia masuk dan melihat laki-laki lain menyentuh tangan Yein.

"Karena dia menyentuhmu. Karena dia berani-beraninya merebutmu dariku."

Yein mengernyit bingung. Ditatapnya Jungkook dengan sorot mencemooh. "Dia merebutku?" tanya Yein.

Jungkook mengangguk. "Ya, dia alasan kau tidak ingin pulang selama dua hari ini, kan? Dia alasan kau menuduh Soehyun yang tidak-tidak. Dia alasan...,"

Plak!

"Cukup, Kook!" pekik Yein tertahan. "Kau... menuduhku selingkuh?"

Hening. Jungkook memegangi pipinya yang Yein tampar.

Yein mundur beberapa langkah, dan matanya terbeliak begitu menemukan Soehyun berada di belakang Jungkook. Hatinya hancur berkeping-keping, tak menyisakan puingan berarti yang mampu ia dekap.

"Aku hanya meminta kejelasan dengan apa yang kulihat," ujar Jungkook, kini kembali menatap Yein.

Yein berdecih sinis. "Apa yang kaulihat?" tanya Yein dengan tatapan tegas yang menyembunyikan kerapuhannya.

Yein mundur, mengambil gelas berisi es jeruk dan berjalan cepat menghampiri Soehyun.

Byuuur!

Air es itu membasahi wajah cantik Soehyun. Membuat penghuni kafe yang untungnya hanya beberapa orang terhenyak kaget, termasuk Jungkook dan Chanwoo.

"Apa yang kaulakukan?" pekik Jungkook marah.

"Hanya melakukan apa yang ingin aku lakukan sejak dulu."

Dengan santainya Yein menyimpan gelas kosong itu di meja, kemudian tersenyum sinis begitu Jungkook melap wajah Soehyun dengan tissue.

"Kau keterlaluan, In! Benar-benar hilang akal!" bentak Jungkook emosi setelah menyembunyikan Soehyun di belakang. Hal itu membuat Yein semakin meringis sakit di dalam sana.

"Ada apa denganmu sebenarnya? Seharusnya aku yang marah karena kau keluar dengan lelaki lain, bahkan tidak pulang hanya..."

"Kau brengsek," desis Yein tajam tetapi rapuh, membuat Jungkook terdiam.

"Kau menuduhku selingkuh hanya karena melihatku keluar dengan lelaki lain sekali. Kau menuduhku selingkuh, tanpa mencari tahu siapa laki-laki yang pergi denganku." Yein menjeda ucapannya, menekan bibirnya agar isakan tangis tidak keluar dari sana.

"Apa kaupikir aku sehina itu, berselingkuh dengan suami orang lain di saat aku sendiri sedang hamil anakmu?" desis Yein.

Jungkook bergeming, benar-benar bergeming.

Yein berjalan pelan, menghampiri Jungkook. Air mata sialan yang sejak tadi mendesak ingin keluar, akhirnya jatuh dengan dramatis, tepat saat Yein sudah ada di jarak satu langkah dari Jungkook.

"Kaubuta, Kook. Kaubuta!" gumamnya pedih. "Kepercayaan yang kaupunya padaku hanya sebatas itu. Kau, tidak mencintaiku dengan tulus!" desis Yein, menekan dada Jungkook dengan telunjuknya.

"Yein-a."

"Jika kau tulus mencintaiku, Kook, kau akan selalu percaya padaku. Seperti aku yang percaya padamu, meski pada akhirnya kau menghancurkan semua kepercayaan itu."

Usai mengatakan itu, Yein berlalu meninggalkan Jungkook yang terdiam kaku. Air mata menyeruak jatuh dengan deras, membasahi pipi Yein. Kali ini, rasa kecewa yang ia rasakan lebih besar dari sebelumnya. Yein bahkan membenci melihat bayangannya sendiri, karena begitu mencintai lelaki bernama Jeon Jungkook, yang tidak lebih dari seorang brengsek. Kini Yein sadar, ia hanya jadi peran pengganti di saat cinta pertama Jungkook tak ada. Ia amat bodoh, amat buruk.

***

Gimana gaiseu?:"
Tim Yein mana?

TIM KOOKIE? SUARANYAAA!?

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now