11. (Min Fam) Benih-Benih Harap

Start from the beginning
                                    

Jiae memijit pelipisnya. Ia benar-benar gamang hingga saat ini. Tidak tahu apa yang harus ia katakan pada Yoongi. Bahkan, pagi tadi setelah Yoongi mengutarakan kalimatnya, Jiae hanya bergeming dan malah berlalu pergi meninggalkan Yoongi. Ini terlalu tiba-tiba, sehingga membuat Jiae merasa janggal.

Ponsel di genggaman Jiae berbunyi, mengembalikan Jiae dari lamunan jauhnya.

"Hallo, Jongin-a."

"Nona Yoo Jiae, sedang apa?"

Jiae terkekeh mendengar suara Kim Jongin yang seperti biasa sangat sok tampan. "Hanya sedang memandang langit," balas Jiae.

"Untuk apa memandang langit? Salju sebentar lagi turun. Kau akan membeku jika terus di luar."

"Ah, rupanya kau tahu aku sedang di luar," gumam Jiae, lalu terkekeh. "Ada apa menelponku, Jongin-a?"

"Tidak ada. Hanya merindukanmu."

"Merindukanku?" kekeh Jiae. "Kau..."

Belum sempat Jiae melanjutkan ucapannya, seseorang merebut ponselnya dan mematikan panggilan. Jiae terhenyak, saat tahu bahwa orang itu adalah Min Yoongi.

"Kau tahu ini musim dingin," gumam Yoongi datar. "Pakailah mantel saat keluar, meskipun hanya di balkon." Lelaki sipit itu menyampirkan mantel cokelat muda ke bahu Jiae, kemudian berdiri di sisi wanita itu.

"Yoongi-ya, ponselku," lirih Jiae.

Alih-alih memberikannya, Yoongi malah membuka ponsel itu dan mengetikkan pesan pada chatroom Kim Jongin.

______________________________

To: Jongin.
Maaf, kau bisa hubungi Jiae lain kali. Saat ini Handphone Jiae sedang aku pinjam.

-Min Yoongi, suami Jiae.
________________________________

Usai menekan tombol kirim, Yoongi memberikan ponselnya pada Jiae. Kemudian menatap Jiae, ingin tahu reaksinya.

"Yoongi-ya, ini..."

"Kenapa?" tanya Yoongi santai.

"Kenapa kau mengirimkan pesan ini?" ujar Jiae dengan tampang putus asa. Pasalnya, ia belum memberitahu Jongin kalau dia sudah menikah. Bagaimana pun, Jiae tidak enak jika Jongin tahu perihal status pernikahannya dari orang lain. Mereka berteman lama meski pernah batal menikah.

"Ingin saja. Bukankah, aku memang suamimu?" Yoongi mengangkat kedua alisnya.

"Tapi..."

"Bagaimana dengan jawabanmu tentang apa yang aku utarakan tadi pagi?"

Jiae kelabakan. Ia tidak tahu jawaban apapun. Padahal jawaban dari pernyataan Yoongi sangat simpel: ya, bersedia, atau tidak. Tapi bagi Jiae tentu sulit. Karena hal itu akan mengubah hidup Jiae mulai saat ini dan ke depannya.

"Apa kauragu?" tanya Yoongi.

Jiae menggeleng lemah. "Aku hanya bingung, kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Sungguh, ini bukan dirimu yang pertama kali menikahiku," balas Jiae setelah hening lebih dari tiga detik.

Yoongi tersenyum kecil, lantas meraih bahu Jiae dengan sebelah tangan, membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapan hangatnya. Dapat Yoongi rasakan tubuh Jiae menegang. Bahkan detak jantungnya yang cepat sampai bisa Yoongi dengar.

"Jiae-ya, boleh aku ceritakan sesuatu padamu?" tanya Yoongi, meletakkan dagu di atas kepala Jiae. Saat Jiae mengangguk kecil, Yoongi melanjutkan ucapannya, "Saat itu, saat aku tersadar dari koma dan melihatmu duduk di kursi roda, aku amat terpukul. Bukan karena keputusan Eomma dan Appa untuk menikahkanku denganmu, melainkan karena melihat kemalanganmu yang disebabkan olehku."

Yoongi mendekap Jiae semakin erat, saat wanita itu hendak keluar dari pelukannya.

"Sikap burukku padamu selama ini, bukan semata-mata aku membencimu. Tapi lebih ke-karena, aku marah pada diriku sendiri. Setiap kali melihatmu, membuatku merasa perasaan bersalah itu semakin besar."

"Lalu, kenapa? Kenapa kita harus bertahan jika melihatku hanya membuatmu semakin merasa bersalah?"

Yoongi menghela napas panjang, lantas melerai pelukan dan menatap bola mata sendu Jiae. "Karena aku sadar, melepasmu bukanlah sesuatu yang kuingin," ucap Yoongi pelan.

"Maksudmu?"

"Rasa bersalahku akan semakin bertambah jika aku membiarkanmu berjuang sendiri di luar sana." Yoongi menyentuh wajah Jiae dengan sebelah tangannya, tersenyum hangat, mengalirkan sensasi aneh di dalam hati Jiae.

"Apa kau tidak akan menyesal dengan keputusanmu ini?" tanya Jiae.

Yoongi menggeleng pelan. "Aku akan lebih menyesal jika melepaskanmu, dan membuatmu berjuang hidup sendiri." Yoongi kembali mendekap tubuh Jiae dengan hangat. Ia menoleh ke dalam kamar, tersenyum pada seseorang yang juga tersenyum dengan kedua matanya yang basah.

"Mulai saat ini, kita akan mulai semuanya dari awal," bisik Yoongi, mengecup pucuk kepala Jiae.

***

Marriage Life Lovelyz ➖ HiatusWhere stories live. Discover now