Fajar menjemput hari, kokok ayam jantan bersahutan menebar sandi, dan suara adzan subuh menghempas dunia mimpi. Aku terjaga dari lelapnya tidur, ketika pipi tembemku tersentuh lembut oleh jilatan lidah Pusspyo. Saat aku membuka kedua mataku, aku melihat kucing jantan ini sudah berdiri di atas dadaku sambil mencakar-cakar halus pakaianku.
''Hai ... Puss, kamu sudah bangun!'' sapaku sembari meraih tubuh Pusspyo dan menurunkan dari badanku.
''Meong ... Meong!'' erangnya.
''Ada apa?'' Aku mengelus kepala kucing abu-abu ini dengan penuh kasih sayang.
''Meong ...'' Mata kuningnya menatapku tajam dan bercahaya terkena lampu.
''Oh ya, bagaimana luka-lukamu?'' Aku memeriksa kaki dan pipi Pusspyo yang luka. Saat ini lukanya sudah mulai mengering.
''Nanti aku akan mengobati kamu lagi ya, biar lekas sembuh!''
''Meong ... Meong ... Meong ...''
''Hmmm ... kamu haus? Atau lapar?''
''Meong ... '' Kucing ini mendekatkan kepalanya dan menempelkan kupingnya di punggung tanganku.
''Oke ... nanti aku akan buatkan kamu segelas susu!''
''Meong ...''
Aku bangkit dari tempat pembaringanku dan bergerak menuju ke kamar mandi. Tak kusangka kucing abu-abu ini mengikutiku dari belakang. Lalu saat aku membuang air kecil, kucing jantan ini menatapku dengan pandangan yang aneh. Kemudian ia berdiri tepat di sampingku. Tanpa suara kucing jantan ini menekuk kedua kaki belakangnya seperti orang yang sedang jongkok dan selanjutnya ia memancarkan air seni dari lubang alat kelaminnya.
''Wow ... kamu ikutan pipis juga, Puss?''
''Meong ...''
''Hehehe ... kamu lucu juga ya, Puss.''
Kucing jantan berbulu abu-abu ini mendongak ke arahku. Matanya yang berkilauan memandangku dengan penuh seksama. Entah, aku tidak tahu apa yang dipikirkan binatang ini. Kaki depan bagian kanannya menarik ujung celanaku sebentar, lalu ia meloncat dari kamar mandi dan berlari menuju tempat tidurnya.
Di atas tumpukan baju bekas itu, Pusspyo merentangkan tubuhnya. Kemudian beberapa kali ia menggeliat nampak bergulingan memutar tubuhnya. Dan beberapa menit berikutnya, ia membaringkan tubuhnya seperti orang yang sedang duduk santai.
''Hehehe ...'' Aku jadi tertawa geli saat ia mulai menyulurkan lidahnya yang panjang dan segera menjilati organ kelaminnya sendiri. Mungkin, ia sedang membersihkan perkakas kejantanannya setelah membuang hajat kecil.
''Smart boy!'' gumanku dalam hati sembari menggeleng-gelengkan kepala. Aku jadi merasa bodoh di depan binatang itu. Ternyata ada banyak hal yang belum aku ketahui tentang dunia beserta isinya ini. Sungguh, masih terlalu dangkal ilmu yang aku pahami dari sekian luas dan dalamnya ilmu-ilmu yang semestinya dapat kita pelajari. Contoh kecil, bagaimana cara binatang berkomunikasi, bagaimana mereka menyucikan diri, bagaimana cara mereka berpikir dan lain sebagainya. Dan pertanyaan-pertanyaan itu memunculkan sebuah konklusi bahwa kita sebagai manusia kadang merasa sombong dengan kemampuan yang sebenarnya hanya seliprit ini. Patutkah kita sombong? Dan apa yang musti kita sombongkan?
Oke, tanpa aku sadari. Aku pun bisa belajar dari seekor kucing tentang sebuah makna kehidupan ini. Dari matanya yang bening dan tajam, mengajarkan aku untuk selalu bertindak optimis. Dari meongannya yang kadang berirama cepat dan lambat sesuai dengan yang ia rasakan. Setiap volume meongannya ada arti yang tersirat. Dia sedih, dia marah, dia lapar atau dia haus.
Kucing memiliki kepekaan yang tinggi, dia bangun saat mendengarkan suara adzan. Dia juga tahu mana yang menjadi hak dan yang mana yang bukan haknya. Buktinya dia akan blingsatan, bila dia mencuri makanannya, tapi dia akan tenang-tenang saja, bila kita yang memberi makanan itu.
Dan tentu saja masih banyak hal lain lagi yang bisa kita pelajari dari seekor kuicng.
Aduh ... sampai lupa, aku harus segera bersuci untuk menghilangkan hadats kecil. Usai bersuci, selanjutnya aku melaksanakan ibadah dua raka'at. Kemudian berdo'a dan menyiapkan sarapan buatku dan juga buat Pusspyo.
Kehadiran Pusspyo dalam hidupku seperti anggota keluarga baru yang cukup menggembirakan. Sejak keberadaannya di sisiku, ia mampu mengusir rasa jenuh dan juga kesepianku yang dulu kerap menghampiri jiwaku. Pusspyo laksana malaikat kecil yang dapat menuntunku ke dunia yang jauh lebih berwarna. Membuatku lebih banyak bersyukur dan memahami apa yang menjadi kekuranganku sendiri serta dapat mengembangkan kelebihan yang aku miliki.
Pusspyo, aku tidak pernah menyesal telah memungutmu dari kejamnya kehidupan liar jalanan ibu kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Jantan Abu-abu
Short StoryUntuk 13++ Kucing Jantan Abu-abu itu bernama Pusspyo yang kutemukan tergeletak di jalanan. Suatu hari, Pusspyo pergi menghilang entah ke mana? Saat aku mencarinya, aku berjumpa dengan seorang pria muda yang memiliki sikap dan ciri-ciri persis sepert...