Aku kembali ke dalam rumah kontrakanku. Aku melihat Pusspyo masih tertidur pulas. Mungkin, dia masih lelah atau masih merasakan nyeri akibat luka yang dideritanya. Aku membiarkan binatang lucu itu tertidur di tempatnya, sementara aku sendiri memulai untuk membuka bungkusan Sego Megono dan berdo'a:
الَّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar"
Artinya :
Yaa Allah, berkatilah rezeki yang engkau berikan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa api neraka.Lalu perlahan menyantap hidangan khas kota tetanggaku berasal. Maksudnya? Aku berasal dari kota Pemalang, bukankah Pemalang tetanggaan dengan Pekalongan! Iya, 'kan? Bener atau betul?
Oke, aku telah menghabiskan makananku. Alhamdulillah, kenyang!
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْنَ اَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
"Alhamdu lillahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja'alanaa minal muslimiin"
Artinya :
Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan dan minum serta menjadikan kami memeluk agama islam.Usai makan aku kembali memeriksa kondisi Pusspyo. Saat itu dia terjaga, matanya terbuka dan menatapku dengan pandangan nanar. Aku mendekati dan mengusap kepalanya, lalu disambut dengan suara meongan yang imut.
''Meong ... Meong!'' ujarnya dengan volume yang sangat pelan.
''Hai ... kamu sudah bangun, Puss!'' kataku.
''Meong ...'' jawab dia.
''Apakah kamu lapar?''
''Meong ...''
Sungguh, aku tidak mengerti maksud binatang kecil ini. Aku hanya berpikir, mungkin dia lapar, lalu aku segera mengambil nasi yang telah kucampur dengan daging ikan bandeng presto. Selanjutnya kusodorkan makanan tersebut ke hadapan Pusspyo. Namun, kucing jantan ini melengoskan kepala sambil mengeong keras.
''Hmmm ... apa sih, mau kamu, Puss?'' Aku bersingut rada kesal.
''Meong ... Meong!'' ujarnya.
''Kamu haus?'' tanyaku.
''Meong ...''
Hmmm ... aku mengambil sebuah mangkok plastik, lalu aku mengisinya dengan air. Kemudian aku menyodorkan mangkok tersebut ke mulut Pusspyo. Tak kusangka, mata kuning Pusspyo langsung menatapku dengan pandangan teduh, lalu tanpa ragu ia menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati air dalam mangkok itu. Setelah puas meminum, kucing berbulu abu-abu ini menatapku kembali seolah ingin mengucapkan kata, ''terima kasih!'' tapi tentu saja dengan bahasa ia sendiri yang terdengar oleh kupingku hanya ucapan, ''Meong ... Meong ...''
Aku tersenyum menatap hewan mungil ini, ketika ia mengenduskan hidungnya di telapak tanganku. Entah, apa maksudnya! Sambil mengeong dia terus mengusap-ngusap lembut telapak tangan ini.
''Kamu mau makan?'' ujarku.
''Meong ... Meong ...''
''Oke, tunggu sebentar!'' Aku mengambil kembali makanan yang telah kusingkirkan di atas meja. Kemudian aku membawanya ke hadapan kucing abu-abu lagi.
''Meong ... Meong!'' teriak Pusspyo girang sambil segera melahap makanan tersebut.
Aku cukup tersenyum menyaksikan binatang menggemaskan ini menghabiskan makanan yang kuberikan. Mata kuningnya menatapku tanpa berkedip, setelah makanannya habis tak bersisa. Kemudian ia mengeong satu kali sambil menyulurkan lidahnya, seolah membersihkan gigi-giginya dari sisa makanan yang menyelip. Lalu tak seberapa lama, Pusspyo membaringkan tubuhnya di tempat yang telah kusiapkan untuknya. Sejurus kemudian ia memejamkan matanya dan tertidur kembali.
Selamat malam, Puss ... selamat beristirahat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Jantan Abu-abu
Short StoryUntuk 13++ Kucing Jantan Abu-abu itu bernama Pusspyo yang kutemukan tergeletak di jalanan. Suatu hari, Pusspyo pergi menghilang entah ke mana? Saat aku mencarinya, aku berjumpa dengan seorang pria muda yang memiliki sikap dan ciri-ciri persis sepert...
Part 5 : Pusspyo
Mulai dari awal