Sebenarnya, Faldo sudah sangat bosan dengan gaya hidupnya yang sangat hancur. Tapi menurut Faldo hanya itu satu-satunya cara untuknya menghibur diri dari semua permasalahan hidupnya.

♦♦♦

Dipandanginya jajaran novel-novel karya penulis ternama di rak buku paling ujung. Tak peduli dengan kakinya yang terkilir tadi, Sye justru memaksakan diri untuk tetap mencari novel karangan Boy Chandra.

Matanya tertuju pada sebuah novel berwarna hitam putih dengan tulisan 'hujan' yang tertera dengan jelas di bagian sampulnya. Ia urungkan niatnya untuk membeli novel terbaru karangan Boy Chandra setelah ia melihat novel lain yang menarik karangan walaupun masih dengan penulis yang sama.

"Kayaknya bagus tuh," gumam Sye yang berniat mengambil novel itu di bagian rak atas.

"Susah banget sih," keluh Sye yang tak dapat mencapai novel itu.

Tanpa Sye sadari, tangannya menyenggol sebuah guci antik yang ada di sebelahnya.

TAP!!!

Guci itu berhasil ditangkap oleh seorang laki-laki yang entah darimana datangnya.

"Huh untung nggak jatuh," gumam cowok itu.

"Eh, lo ngapain? Mau ambil buku juga ya? Bentar ya, gue juga belum dapet nih bukunya," ucap Sye panjang lebar.

"Oh, nggak kok. Gue tadi cuma nangkep guci yang mau jatuh aja,"

"Gucinya mau jatuh? Oh, pasti karena tadi ke senggol tangan gue ya? Aduh jadi ngerepotin kan," tutur Sye pada cowok itu.

"No prob," jawab cowok itu singkat.

"Dirga Karel Ganendra," Karel mengulurkan tangannya pertanda mengajak Sye berkenalan.

"Oh, oke, Di-Dirga?"

"Karel," ucap cowok itu memberitahu Sye panggilannya.

Sye menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Atika Syeila Putri Adinata, panggil aja Sye," kenal Sye.

Karel tersenyum kepada Sye. Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke sebuah pasar malam yang baru saja dibuka malam itu. Wahana demi wahana mereka jajali satu-satu hingga mereka tak sadar jika waktu sudah menunjukkan pukul 22.15 WIB.

"Udah malem Rel, balik yuk," ajak Sye.

"Ya udah yuk, gue anter ya?" tawar Karel pada Sye untuk pertama kalinya.

"Eh, nggak usah, biar nanti gue naik taxi aja," tolak Sye karena ia belum terlalu percaya pada Karel karena baru sekali mereka bertemu. Walau kenyataannya Karel cowok yang care padanya.

"Jam segini agak susah nyari taxi Sye," ucap Karel sedikit menakut-nakuti supaya Sye mau pulang dengannya.

"Emm, iya sih, tapii--" Sye berusaha memberi alasan namun Karel sudah lebih dulu memotong perkataannya.

"Udah ayok," paksa Karel dengan halus.

Hanya ada kesunyian diantara mereka selama perjalanan. Bibir Sye terkatup enggan bersuara. Matanya tertuju pada jalanan Ibukota yang mulai sepi karena satu persatu penghuninya sudah mulai terbaring menyambut mimpi. Karel yang tak tahu apa yang harus ia katakan juga ikut hanyut dalam kesunyian malam.

Love Is Miracle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang