Part 54

7.9K 224 1
                                    

~~~

“Kamu kenapa ngajakin aku ketemuan?” tanya Sye di tengah perjalanan mereka menuju sebuah tempat yang belum Sye ketahui.

“Ya nggak ada salahnya kan, kalo aku mau habisin waktu satu hari penuh sebelum kamu berangkat lagi ke Belgia?” Faldo tak memalingkan wajahnya sedikitpun ke arah Sye yang kini berada di sebelahnya dan memilih untuk tetap fokus mengemudi.

Sye tertawa kecil mendengar perkataan Faldo yang mengira bahwa dirinya akan kembali melanjutkan studinya di Belgia. “Kenapa ketawa?” tanya Faldo tak tahu mengapa kekasihnya itu justru menertawainya.

“Ya lagian siapa juga yang mau ke Belgia?” ujar Sye santai dengan tawa kecil yang masih mengikuti.

Faldo menepikan mobilnya lalu menatap dalam-dalam iris mata kekasihnya itu. Faldo seolah tuli ketika Sye mengucapkan kalimat itu beberapa detik yang lalu. “Maksud kamu, kamu nggak jadi kuliah di Belgia?” tanya Faldo dengan ekspresi yang sulit disiratkan. Antara senang, kaget, dan bingung akan ucapan Sye.

Sye menganggukan kepalanya mantap dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya. “Bang Carlos sama Kak Tresya mau pindah ke rumah mereka sendiri. Kalo aku tetep kuliah di Belgia, nanti Papi nggak ada yang jagain di sini. Jadi aku yang ngalah buat batalin rencana aku mau kuliah di sana. Aku kuliah di Jakarta juga sama aja kok,” jelas Sye yang kemudian dibalas anggukan oleh Faldo yang hatinya tengah bersorak sorai terlalu senang.

“Terus, Papi kamu setuju?”

“Waktu aku bilang kalo aku nggak jadi kuliah di sana sih, Papi nggak setuju. Cuma aku bilang ke Papi kalo setuju nggak setuju, aku tetep batalin rencana aku buat kuliah di sana.” ujar Sye kembali menjelaskan kepada kekasihnya.

“Aku harus seneng apa pura-pura sedih nih?” goda Faldo dengan menaikkan satu alisnya.

Sye sedikit menengadahkan kepalanya seolah berfikir dengan telunjuknya yang ia ketuk-ketukkan di dekat pelipisnya. “Nggak dua-duanya. Harusnya traktir aku seharian ini!” seru Sye yang kemudian pucuk kepalanya diacak oleh Faldo karena tingkahnya.

“Baiklah, tuan putri,” ramah Faldo yang kemudian kembali melajukan mobilnya menuju sebuah cafe yang berada di daerah Kemang.

Tak seperti biasanya, perjalanan mereka kali itu justru diramaikan oleh canda tawa yang diciptakan dari keduanya. Faldo yang seringkali mengeluarkan wajah konyolnya dan Sye yang bertugas untuk menertawainya hingga terpingkal-pingkal. Tak jarang pula lengan kiri Faldo menjadi sasaran pukulan dari Sye karena tidak kuasa menahan gelinya saat melihat tampang konyol Faldo dan candaan yang ia buat lainnya.

Sesampainya mereka di cafe itu, Faldo langsung memesan pesanan untuk mereka berdua dan Sye yang memilih tempat paling tenang di sana. Setelah selesai memesan, Faldo berjalan menghampiri tempat di mana Sye berada. Mereka duduk berhadapan sehingga Faldo dapat melihat dengan jelas paras ayu milik kekasihnya itu. Seulas senyum tipis tak kunjung hilang dari wajah tampannya ketika memandang Sye yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekitar cafe itu.

“Kamu gimana? Mau kuliah di mana rencananya?” tanya Faldo membuka pembicaraan diantara mereka berdua.

Sye menatapnya seraya menaikkan satu alisnya. “Belum tau deh. Belum sempet searching tentang kampus yang bagus di Jakarta,” ujar Sye yang kemudian dibalas anggukan paham oleh Faldo yang ada di hadapannya.

Sepersekian menit kemudian, pesanan mereka berdua pun datang. Sye dengan matcha latte dan pancake duriannya. Sedangkan Faldo yang memesan lemon tea dan fried frice-nya. “Kamu tau dari mana cafe ini?” tanya Sye yang merasa jatuh cinta dengan pancake buatan cafe tempat yang tengah mereka kunjungi saat ini.

Love Is Miracle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang