***

Dara terpaksa membatalkan janji makan malam dengan William karena pekerjaan yang harus ia selesaikan berhubung untuk menutup akhir tahun. Tiga gelas kopi pun telah kandas tetapi pekerjaan Dara masih belum selesai. Hari sudah benar-benar larut. Pukul sepuluh malam. Tetapi Dara tidak sedang sendiri. Ada beberapa teman kantornya yang juga sedang lembur karena penutupan akhir tahun.

Mengesalkan, pikir Dara. Dara benar-benar harus mengambil cuti untuk satu minggu ke depan setelah pekerjaannya selesai. Perkara akhir tahun ini membuat Dara harus lembur selama dua minggu berturut-turut.

"Lo ngga makan,Dar?" tanya Leo

Dara menggeleng.

"Ngga deh. Nanggung. Pekerjaan aku udah mau selesai bentar lagi. Kalau makan, bisa-bisa pekerjaan gue makin lambat." balas Dara sambil tersenyum sopan sementara itu teman-temannya hanya menggelengkan kepala akan Dara. Sering sekali mereka heran dengan Dara yang selalu ingin berada di 'rumah'. Wajar saja. Bagi mereka, Dara masih muda dan butuh kebebasan tetapi tidak ada satupun dari mereka yang tahu jika Dara telah memiliki satu anak yang berusia lima tahun di usianya yang baru menginjak dua puluh tujuh.

Dara akhirnya menyelesaikan pekerjaannya tepat pada pukul setengah dua belas. Bersamaan dengan itu Dara langsung mengisi form cuti untuk dua hari kedepan sebelum tahun baru serta sepuluh hari untuk awal tahun 2017.

Jalanan begitu sepi. Tak sadar Dara mengusap punggung tangannya sendiri. Beruntung ia mengendarai mobil sendiri. Jika tidak maka Dara tidak bisa membayangkan hidupnya karena pulang tengah malam, seorang diri lagi.

Perjalanan yang hampir memakan waktu setengah jam itu membuat Dara beberapa kali menguap. Berkali-kali pula ia memijit lehernya yang terasa sakit akibat lembur setiap hari belakangan ini. Dara menyergit saat menemukan sebuah mobil hitam yang terparkir di rumah orang tuanya.

Siapa yang malam-malam bertamu? Pikir Dara kesal karena mobil itu Dara harus memarkir mobilnya di luar rumah.

"Hai,Dara..."

Dara berhenti melangkah begitu mendengar namanya disebut. Dara menggeleng beberapa kali sambil memukul pipinya berkali-kali. Apa-apaan itu? Dara pasti hanya terlalu merindu. Ah. Gila. Dara benar-benar membutuhkan istirahat yang panjang tetapi suara itu kembali terdengar lagi dan lagi. Dara hampir menggeram ketika melihat wajah itu lagi dihadapannya.

Senyum itu masih sama, hanya saja sorot matanya terlihat begitu lelah sejauh bagaimanapun laki-laki itu mencoba menyembunyikannya. Kedua mata Dara berkaca-kaca. Jantungnya berdegup kencang dan ia sendiri menjadi binggung. Apakah laki-laki dihadapannya kali ini benar-benar merupakan Eka? Bukan hanya khayalannya saja?

"Hei, Dara. Can you give me one hug? I miss you so much.... I feel... I would die now...."

Dara tidak tahu. Walau nyatanya ia memang ingin memeluk laki-laki ini tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak. Ia hanya terdiam, mungkin terlalu terkejut akan kehadiran Eka setelah satu tahun lamanya. Tak sadar air mata Dara jatuh. Bahunya mulai naik turun, ia mulai terisak. Kemudian tiba-tiba yang Dara rasakan adalah hangatnya pelukan Eka.

"Sorry.... Sorry for take so long time. I'm sorry,baby. I love you.... I love you sayang." Eka memberi kecupan hangat di kening Dara, cukup lama hingga membuat Dara kembali terisak lagi. Dara menggelengkan kepalanya, mencoba untuk memproses satu per satu kejadian yang menimpanya. Tak sadar Dara mendorong dada Eka agar menjauh.

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now