Yira menjerit takut. Ia bahkan bangkit dari duduknya dan hendak berlari tetapi begitu mendapatkan Pak Tata, sopir kepercayaan laki-laki brengsek itu, membuat Yira sedikitnya lebih tenang. Yira baru saja akan menghela napas lega saat beberapa laki-laki berpakaian hitam keluar dari mobil dan mengelilingi Yira.

"Pak ... ini ..." Yira melangkah mundur tetapi para laki-laki itu semakin mendekat. Di telinga mereka terpasang sesuatu dan Yira bisa melihat pistol di sekitar pinggang mereka. Mereka memang tidak berbicara tetapi mereka berkomunikasi melalui mata. Gawat!

Yira menggeleng. Ia menatap Pak Tata dengan penuh permohonan tetapi Pak Tata hanya diam. Laki-laki paruh baya itu menunduk memberi salam kemudian berkata,"Bawa dia ke mansion sebelum Pak Richard kembali."

***

"Kemana lo?"

Suara itu terdengar berat dan mengejutkan Yira. Yira segera berbalik, hendak keluar dari kamar, tetapi Richard lebih dahulu menahan langkah Yira. Laki-laki itu meremas pergelangan tangan Yira yang masih bengkak itu tanpa perasaan.

"Lo kira lo bebas? Lo selalu diawasi! Mana foto abang gue?"

Bahkan cekikan yang hampir merenggut nyawa Yira yang dilakukan Richard dulu tidak semenakutkan hari ini. Tidak. Yira tidak bisa memberikan satu-satunya peninggalan foto dokter Yuda. Yira tidak akan pernah bisa!

"Foto apa?" balas Yira hati-hati kemudian tawa mengejek Richard terdengar. Yira mulai waspada. Ia meremas erat tas-nya.

"Jangan buat gue marah,Yira Yasmine Anastacia." Yira merinding. Richard selalu menyebut nama lengkap Yira pasca marah besar yang berujung pada keterlukaan Yira. Yira menggeleng.

"Gue ngga ada foto dia lagi. Semua udah lo bakar." Ujar Yira

"Jangan buat gue marah. Sekali lagi, Yira Yasmine Anastacia, keluarkan foto itu sebelum gue benar-benar marah."

Sejak kapan Richard pernah pura-pura marah?

Yira menggeleng lagi. Dan ketika itu Richard benar-benar marah. Ia merampas tas Yira dan menjatuhkan semua barang Yira. Dari ponsel, dompet, kaca, liptint, kunci, notebook, dan beberapa barang lainnya. Laki-laki itu menyipit marah karena tidak menemukan foto Yuda seperti dari laporan yang ia terima.

"Mana foto abang gue!" Yira tidak menjawab. Ia bergegas keluar, tidak mau bertengkar di hari yang seharusnya menjadi hari yang tenang ini.

"Mana foto abang gue,bitch!" Richard mendorong Yira hingga membentur dinding dan laki-laki itu dengan segala akal meraba tubuh Yira. Rahangnya mengeras karena merasakan permukaan foto di dada Yira. Jadi wanita licik ini menyimpan foto mendiang abangnya di dada? Dasar sialan!

Richard mengoyak pakaian Yira tanpa perasaan sama sekali. Kuku jari Richard menggores tubuh Yira dan laki-laki itu mengoyak habis foto dokter Yuda. Kedua mata Yira terbuka lebar, terkejut, dan air mata kembali jatuh membasahi tanpa bisa dikontrol.

Itu foto terakhir yang Yira miliki .....

"Lo ngga pantas simpan foto abang gue!" ujar Richard menginjak-ginjak foto itu kemudian meninggalkan Yira dengan atasan yang terbuka. Yira ingin melawan tetapi ia tidak bisa. Ia ingin marah tetapi ia tidak mampu. Hanya jemari tangannya yang meraih sobekan foto itu dan menempatkannya di jantungnya.

Da .... Yuda, aku butuh kamu .... Aku butuh kamu sekarang!

Tiba-tiba isakan tangis lain terdengar. Itu berasal dari sudut kamar yang lain. Tangisan bayi itu meremas jantung Yira. Dan Yira bersumpah jika tangisan itu terdengar jauh lebih menyakitinya. Yira bergegas mengambil pakaian ganti dan berlari ke kamar sebelah untuk mengendong Jingga, putrinya yang malang.

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now